Home » »

Posted by FACE BATAK on Jumat, 30 April 2010




MISTERY SILAU RAJA

Dalam sejarah si Raja Batak dikenal bahwa asal muasalnya adalah dari Pusuk Buhit Sianjur Mula-mula dan diperkirakan ada pada abad 12. Sejarah ini tidak terlepas dari sejarah peradaban Hindu-Buddha yang datang dari India masuk ke Asia Tenggara baik dibawah oleh dinasty Sanjaya maupun dinasty Syalendra

Mulai Abad 3 – 6 migrasi peradaban Hindu telah masuk ke Sumatera maupun Jawa termasuk semenanjung Malaya dibawah oleh saudagar India khususnya oleh dynasty Sanjaya. Dinasty Sanjaya ini sekaligus membawa kekuasaannya serta mendirikan kerajaannya dengan agama Hindu sebagaimana kita ketahui pada Kerajaan Mol’yu atau Cri’wijaya di daerah Jambi dihulu sungai Batang Hari Sumatera abad 4-6 dan Kerajaan Singhasari dan Mataram Kuno di Jawa.

Pada abad 7 -12 telah datang pula peradaban Buddha yang dibawakan oleh para dynasty Syalendra. Dinasty ini merupakan para pendeta China dan saudagar China yang pergi ke India Selatan untuk belajar dan telah menguasai daerah Asia Tenggara secara umum dengan berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Dinasty ini mampu menahlukkan kekuasaan dynasty Sanjaya yang ada berkuasa sebelumnya. Dinasty Syalendra berkuasa hampir seluruh Asia Tenggara tidak terkecuali dengan Barus.

Pada akhir abad 12 Kerajaan Sriwijaya ini perlahan pecah dan seluruh negeri bawahannya menuntut merdeka dari Sriwijaya. Disaat yang sama dimanfaatkan oleh dynasty Sanjaya untuk bangkit kembali dan berusaha mengambil alih kekuasaan pada bekas negeri bawahan Sriwijaya. Disaat itu pula salah satu raja bawahannya bernama Chandrabhanu telah berontak kepada Sriwijaya dan merebut negeri Tambralingga , daerah Kedah dan Grahi.

Raja Chandrabanu tidak tanggung-tanggung untuk berontak sebab dengan dukungan Kerajaan Chola maka seluruh daerah Asia Tenggara sampai dengan Sri Langka harus dikuasi kembali dibawah bendera dynasty Sanjaya. Barus sebagai salah satu pusat perdagangan rempah-rempah disaat itu tidak luput untuk dikuasainya pula. Chandrabanu mengirimkan tentaranya ke Barus yang dikenal dengan serangan dari pasukan Gergasi.

Harus diingat saat itu setelah Barus diserang oleh pasukan Rajendra Cola maka daerah tersebut selanjutnya dibiarkan untuk diurusi sendiri oleh raja sebelumnya dan menjadi raja bawahan Rajendra Cola karena demikian kebiasaan dari Rajendra Cola dalam menahlukkan musuhnya. Yang penting musuh yang ditahlukannya berkewajiban untuk membayar upeti dan memberikan tanda tahluk.

Untuk daerah Barus yang sebelumnya menjadi bawahan Sriwijaya tentu berlaku hal yang sama yaitu raja bawahan Sriwijaya tetap mempimpin daerah tersebut namun sekarang menjadi raja tahlukan Rajendra Cola dan membayar upeti. Rajendra Cola cukup meninggalkan orang-orang bawahannya disana untuk memungut upeti dan terlihat pula bukti sejarah yang tersisah disana yaitu adanya kelompok masyarakat Tamil pada abad 10-11. Bandar Barus sebagai Bandar perdagangan rempah-rempah dibiarkan berjalan seperti biasa dan cukup orang-orang bawahan Rajendra Cola yaitu orang Tamil dibuat untuk memungut segala bea-cukai perdagangannya. Sayang kemudian pada awal abad 12 , Barus direbut oleh laksamana Johan Jani yang datang dari Daya Pasai.

Kebangkitan Candrabanu di Grahi tidak menginginkan pula dynasty Johan Jani yang ada di Barus itu ,untuk tetap berada disana karena itu dia mengirim pasukan Gergasi ke Barus . Hal ini diperlukannya agar Barus menjadi daerah kekuasaannya sekaligus menjadikan Chandrabanu menjadi raja bawahan Rajendra Cola yang mampu menguasai daerah seluruh Asia Tenggara.

Akan tetapi kejayaan Chandrabanhu juga ternyata tidak lama karena kemudian para dynasty Syalendra dengan bantuan Tiongkok tidak menginginkan kekuasaan Chandrabanu tersebut. Pusat kekuasaan Chandrabanu di Grahi dapat direbut oleh tentara Siam dan tentara Siam tersebut terus mengejar para dynasty Sanjaya tersebut. Siam berhasil merebut kembali beserta kerajaan yang baru direbut dynasty Sanjaya satu persatu dapat direbut kembali para dynasty Syalendra.

Kekuatan dynasty Syalendra tidaklah tanggung-tanggung sebab dengan bantuan Tiongkok dan yang dikenal dengan serangan Panglima Chengis Khan telah membantu dynasty Syalendra tersebut merebut kembali negeri bawahannya. Tiongkok membantu Siam atau Chieng-san untuk menahlukkan Asia Selatan atau China Selatan. Melalui suku Thai yang berasal dari China Selatan atas bantuan Tiongkok menyerang seluruh daerah China Selatan. Hasil dari serangan tersebut berdirilah Kerajaan Siam.

Dengan adanya bantuan Tiongkok maka bekas raja bawahan Sriwijaya yang dynasty Syalendra bangkit pula menjadi kerajaan-kerajaan baru namun tida lagi tunduk kepada Sriwijaya. Perebutan kembali dengan bantuan Tiongkok telah membuat perpanjangan kekuasaan Tiongkok secara langsung dan merubah bekas negeri bawahan yang diperebutkan menjadi Kerajaan-kerajaan yang baru sebagai negeri bawahan Tiongkok langsung atau ada pula yang menjadi IndoChina.

Bekas tentara Grahi yang telah berkuasa di Barus tersebut dengan adanya kekalahan Grahi kepada Siam membuatnya tidak bisa kembali ke Grahi dan memilih untuk bertahan di Sumatera atau lari kenegeri lain. Kekalahan Kerajaan grahi terhadap serangan Siam membuat daerah Barus menjadi kacau dan tidak terhindar terjadinya peperangan.

Bekas raja bawahan Sriwijaya yang ada sebelumnya dapat saja menyerang kembali atau serangan itu datang dari suku bangsa lain seperti kekuatan bangsa Arab atau Eropa yang ada datang kesana berdagang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang sangat serius bagi bekas tentara Grahi tersebut karena itu mereka harus pergi mengungsi.

Sebagai pihak yang terpaksa harus mengungsi maka pilihan yang paling tepat mengungsi kepedalaman hutan. Melalui perjalanan darat menembus hutan dan adanya arah matahari maupun bintang dimalam hari mereka tahu arah dan letak negeri Grahi semula. Perjalanan itu telah membuat mereka sampai di Pusuk Buhit dan dikiranya pula telah sampai ditepi lautan karena persis ditepi danau Toba yang airnya maha luas seperti lautan.

Tempat itu ternyata cocok dan cukup aman dari perkiraan akan adanya serangan dan ditempat itu mereka kemudian tinggal membuat perkampungan barunya. Mereka menjadi cikal bakal orang batak dan untuk keamanan pula maka mereka mengeluarkan deklarasi sebagai upaya perlindungan Siam dengan menyebut daerah mereka sebagai SIAM JUR MULAMULA, mereka menjadi leluhur masyarakat Batak.

Mereka menjadi manusia yang dominant didaerah yang baru tersebut dan mampu menguasai serta mengendalikan para manusia proto Malayan yang ada disana. Yang jelas nenek moyang masyarakat batak itu tidaklah lahir di tanah batak sekarang bahkan anaknyapun mungkin saja sudah ada lahir dan ikut saat berangkat dari kerajaan Grahi

Si Raja Batak itu mempunyai beberapa keturunan dengan anak pertama bernama Guru Tetea Bulan atau Ilontungan atau Namarata atau Toga Datu sedangkan anaknya yang kedua bernama Raja Isumbaon.

Guru Tetea Bulan pada masa mudanya masih sempat memperoleh beberapa benda pusaka berupa Hujur Siringis, Batu Martaha dan cincin yang selalu cocok untuk semua jarinya. Guru Tetea Bulan kawin dengan Sibasoburning yaitu putri dari kalangan manusia primitive yang masih berkeliaran di hutan.

Dari perkawinan tersebut lahirlah masing-masing ;

Anak laki-laki pertama diberi nama Raja Biak-biak / Raja Miok-miok.

Anak Kedua laki-laki bernama Saribu Raja dan lahir kembar dengan seorang putrid bernama Siboru Pareme.

Anak Ketiga laki-laki bernama Limbong Mulana, anak ke-empat laki-laki bernama Sagala Raja sedangkan anak laki-laki yang kelima yaitu paling bungsu bernama Silau Raja dan diperkirakan ada lahir pada tahun 1250. Anak perempuan lainnya adalah Siboru Anting Sabungan dan Siboru Biding Laut dan Nan Tinjo.

Dalam pertumbuhannya setelah anak-anak Guru Tetea Bulan tersebut menjadi dewasa ternyata Saribu Raja dan Siboru Pareme menghadapi masalah sebab diantara mereka terjadi perkawinan incest. Hal ini dapat terjadi mengingat mereka adalah kembar dan kebersamaan membuat bibit rasa sayang yang lain timbul. Namun akibatnya perkawinan itu membuat keluarga marah dan memutuskan akan membunuh Saribu Raja. Rencana pembunuhan itu diketahui oleh Silau Raja dan oleh karena itu diberitahukannyalah rencana itu kepada Saribu Raja dan agar pergi melarikan diri saja.

Pada saat rencana melenyapkan Saribu Raja tersebut dilakukan dengan cara membakar rumahnya ternyata oleh keluarga tidak lagi dapat menemui Saribu Raja karena sudah melarikan diri dan akhirnya keluarga saling curiga siapa yang membocorkan rencana tersebut. Rapat keluarga akhirya dapat mengetahui bahwa yang membocorkan rahasia tersebut adalah Silau Raja, karena dia yang paling mungkin membocorkan hal itu dibandingkan dengan keluarga lainnya. Untuk itu maka Silau Raja diusir dari kampung tersebut dan disuruh mencari Saribu Raja yang sudah melarikan diri.

SILAU RAJA & SARIBU RAJA KELUAR

DARI SIANJUR MULAMULA

Karena Silau Raja telah dipersalahkan oleh keluarga dan Saribu Raja telah pergi melarikan diri maka Silau Raja harus menerima keputusan tersebut dengan terpaksa. Dengan kata lain Saribu Raja dan Silau Raja , keduanya terpaksa keluar dari Sianjur Mula-mula, keluar dari komunitas keluarganya. Mereka berdua pergi keluar dari Sianjur Mula-mula dan selanjutnya memilih jalan masing-masing sesuai pilihan hatinya. Sesuatu yang biasa dalam kehidupan manusia jika mengahadapi kesulitan dalam kehidupannya maka pilihannya pergi kembali ketempat asal muasal atau pergi mencari identitas yang baru. Antara Saribu Raja dengan Silau Raja mempunyai pilihan pula yaitu agar memilih arah jalan masing-masing. Untuk itu Saribu Raja memilih pergi menuju daerah yang kearah Selatan dari Sianjur Mula-mula sedangkan Silau Raja pergi menuju daerah kearah Timur.

Saribu Raja memilih pergi kearah selatan karena daerah itu telah terdapat pusat perdagangan yaitu pelabuhan Barus, sebab dengan kapal-kapal yang akan singgah di pelabuhan Barus akan dapat membawa dia kembali ke tempat asal muasal nenek moyangnya. Tujuan pergi untuk bersembunyi melalui daerah Barus dengan orang-orang yang sudah banyak terdapat disana membuat dianya akan dapat mudah menyembunyikan diri. Sedangkan Silau Raja pergi kedaerah timur untuk maksud bisa kembali ke tempat asal muasal nenek moyangnya di Tambralingga – Grahi melalui perjalanan daratan.

Sepanjang perjalanan ke pelabuhan Barus yang dilakukan oleh Saribu Raja ternyata merupakan perjalanan panjang dan jauh. Perjalanan itu telah membuatnya berulang kali mempunyai komunitas baru dan perkawinan baru di setiap kumunitas pada daerah yang dilalui maupun yang didirikannya. Hal ini sangat terlihat jelas dengan didapatinya banyak keturunan Saribu Raja yang terdapat hampir diseluruh selatan dan barat dari Sianjur Mula-mula sebagai klaim daerah asal atau bona pasogit dari pada para keturunan Saribu Raja.

Keturunan dari Saribu Raja tersebut dikenal pula dengan nama si Raja Borbor dan di bagian selatan ini selanjutnya mereka mempunyai dan menggunakan gelar dengan nama Raja Hatorusan . Sebagai daerah perniagaan bagian selatan ini sangat banyak mendapat pengaruh dari luar terutama dalam pengaruh ekonomi termasuk juga pengaruh politik dalam rangka penguasaan dagang rempah-rempah. Pengaruh dari luar dimaksud terutama untuk bagian selatan dan barat dari pada Sianjur Mula-mula datangnya dari bangsa-bangsa Eropah dan India.

Pengaruh bangsa Eropa telah meninggalkan akibat pada masyarakat yang ada berupa ajaran agama , pendidikan, pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari missi Kristen . Sama halnya juga dengan pengaruh bangsa India disana yang meninggalkan berbagai Candi sebagai bukti pernah terdapatnya komunitas Hindu disana.

Bangsa Arab dikemudian hari masuk juga ke daerah ini namun melalui Kesultanan-nya di Aceh atau Pasai , yang melalui penguasaan daerah Kampar Minangkabau turut pula memberikan andil pengaruhnya di bagian selatan Sianjur Mula-mula ini , apalagi letaknya saling berbatasan dengan daerah Minangkabau. Pengaruh itu telah meninggalkan pengaruh agama Islam mazhab Syiiah disana pada saat itu dan dengan ragam budayanya.

Dalam perkembangannya hingga sampai saat ini maka sangat mudah kita kenal para keturunan dari Saribu Raja tersebut baik dengan menyebut marganya saja maupun dengan menyebut asal daerahnya/bona pasogitnya. Apalagi pada saat pendirian Negara Republik Indonesia tidak sedikit pula para keturunan Saribu Raja turut serta menjadi bagian perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Ditambah lagi perjuangan para keturunan Saribu Raja tersebut bukan hanya terhadap penjajahan Belanda akan tetapi secara simultan telah mempunyai bibit-bibit perjuangan jauh sebelum Belanda menjajah di negeri ini. Perjuangan untuk suatu kesatuan masyarakat Sianjur Mula-mula yang ada dan keturunannya yang telah berpencar kemudian dari Sianjur Mula-mula.

Bila dibandingkan antara perjalanan Saribu Raja dengan keadaan pada perjalanan Silau Raja maka yang sangat banyak dan mudah untuk diketahui orang saat ini adalah perjalanan dari pada Saribu Raja , termasuk juga para keturunan Limbong Mulana, keturunan Sagala Raja serta perkembangan dari keturunan Raja Isumbaon.

Hal ini terjadi karena untuk perjalanan seorang anak bungsu seperti Silau Raja yang terbuang dari komunitasnya mungkin tidak pula penting dan tidak berfaedah pada saat itu .

Secara hirarkinyapun , yang mana pada komunitas Batak yang menganut patrineal membuat anak bungsu lebih terbatas dibandingkan dengan yang ada pada derajat para abangnya.

Silau Raja selaku anak bungsu, yang dalam kenyataannya adalah juga berbakat seorang pengembara. Pada mulanya sebelum perjalanannya semakin jauh maka di daerah sekitar Sianjur Mula-mula masih sempat juga ada meninggalkan seorang istri dan seorang putra yang diberinya nama Malau Raja.

Dalam perantauannya sesuai pengembaraan menuju kembali ke tempat asal muasal nenek moyangnya ternyata Silau Raja kemudian kawin lagi di daerah Salaon dengan seorang putri dan memberikannya tiga orang putra yaitu Manik Raja, Ambarita Raja dan Gurning Raja. Yaitu anak-anak yang lahir dikomunitas daerah yang didirikannya kemudian.

Daerah Sianjur Mula-mula sebagai daerah yang terletak diujung sebelah utara Pulau Samosir atau berbatasan dengan daerah Aceh. Pada masa mula-mula adanya Si Raja Batak telah lebih dahulu dimasuki oleh manusia-manusia urban yaitu manusia-manusia Proto Malayan yang datang dari semananjung Malaya. Manusia - manusia urban tersebut sudah datang sejak abad sebelum masehi dan hidup secara nomade/ berpindah-pindah didalam hutan belantara pulau Sumatera bagian utara.

Wilayah Sumatera bagian utara telah terdapat manusia-manusia Proto Malayan yang migrasi dari Yunan ataupun semenanjung Birma/Siam, migrasi yang sejak abad pertama telah terjadi. Para migran ini menghuni hutan belantara disana secara berpindah-pindah/nomade, semua ditentukan oleh kepala suku dan tempat tersedianya makanan. Hidup mereka hanya berjalan sederhana dan primitive dan splendid isolation atau tidak berbaur dengan pihak manapun.

Migrasi itu terjadi akibat adanya kebutuhan akan rempah-rempah yang banyak ditemukan dihutan Sumatera khususnya kemenyan . Hal itu mendorong manusia-manusia untuk melakukan eksplorasi hutan untuk mendapatkan rempah-rempah. Rempah-rempah menjadi mata dagangan utama, sekaligus juga telah mengusik manusia Proto Malayan yang terdapat mula-mula disana.

Perdagangan rempah-rempah semakin membuat daerah Sumatera bagian utara lebih banyak dimasuki oleh para saudagar dan kapalnya dan memberikan kontribusi pengaruh atas peradaban disana. Hanya pasti jelas saudagar-saudagar tersebut tidak pula memberikan kontribusi pada pembangunan manusia-manusia disana, hanya butuh rempah-rempahnya saja dan itu dilakukan dengan membawa budak-budaknya dan juga menangkapi manusia-manusia yang ditemukannya disana yang bisa pula untuk dijadikannya sebagai budak.

Perkembangan selanjutnya para saudagar-saudagar tersebut membuat base camp/agen dagang atau daerah kekuasaannya dan masing-masing para saudagar yang datang berbuat pula demikian. Padahal saudagar-saudagar itu ada yang dari Eropa, Arab, China dan India, dan sebanyak itulah mereka membuat daerah kekuasaannya masing-masing.

Dalam daerah kekuasaan tersebut dalam peningalan sejarah dapat dikenal adanya komunitas India dan candi Portibi di Barus, sedangkan di daerah Perlak sebagai komunitas Arab , di daerah Jambi sebagai komunitas yang dimulai dari India kemudian China sedangkan saudagar Eropa hanya berkuasa dikapal-kapalnya dan kuat berkuasa di pelabuhan Barus.

Masuknya berbagai suku bangsa di pelabuhan Barus membuat Barus dikenal sebagai Negara Lima Pulau Barus yang artinya disana terdapat lima suku bangsa besar yang saling ketergantungan untuk mengeksplorasi hutan guna memperoleh rempah-rempah. Lima suku bangsa tersebut tak lain dari Eropa, China, India, Arab dan Melayu atau Proto Malayan Primitif.

Pelabuhan Barus menjadi sentra bisnis yang diperhitungan secara internasional pada masa itu, membuat Negara/Kerajaan asal muasal dari suku bangsa yang datang tersebut berusaha untuk menguasai Barus. Silih berganti kekuatan datang menyerang dan memperebutkan pelabuhan Barus, dan berlangsung berabad-abad sampai akhirnya Barus itu sendiri habis dan ditinggalkan oleh akibat peperangan.

Si Raja Batak adalah komunitas Proto Malayan yang datang pada abad 12 disaat terjadinya serangan tentara Grahi di pelabuhan Barus . Pelabuhan Barus dapat direbut tentara Grahi dan menguasainya berpuluh tahun. Namun akibat Kerajaan Grahi yang berada di selatan Thaliand telah dimusnahkan oleh serangan tentara Siam membuat tentara Grahi yang ada di Barus terpaksa tertinggal di Barus dan kemudian melarikan diri kedalam hutan.

Sisa tentara Grahi ini terpaksa melarikan diri. Ada yang berlayar keluar Barus dan ada yang melarikan diri ke dalam hutan. Mereka yang lari masuk ke dalam hutan bisa pula sampai di Pusuk Buhit dan tempat itulah dijadikan perkampungan baru mereka dan diberi nama Sianjur Mula-mula.

Kata Sianjur Mula-mula adalah kata yang dalam bahasa batak sulit pula dicarikan arti kecuali menjadi nama suatu tempat asal muasal. Penulis menganggap kata Sianjur Mula-mula adalah perpaduan kata dari bahasa Grahi dan bahasa Sansekerta atau bahasa Tambraligga. Nama tersebut merupakan nama tempat yang diberikan tentara Grahi yang mengungsi itu dan dimaksudkan sebagai suatu tanda deklarasi atas pengakuan terhadap kekuasaan Siam dimasa itu.

Deklarasi dimaksud untuk mendapatkan perlindungan dan agar tidak mendapat serangan dari pihak manapun, karena dengan mendeklarasikan bahwa mereka adalah bagian dari kekuasaan Siam maka akan selamat dari ancaman serangan pihak manapun. Kata Sianjur Mula-mula boleh jadi berasal dari kata SIAM + JUR + MULAMULA.

Silau Raja dalam pengembaraannya yang juga adalah anak seorang bekas tentara kerajaan tentu mempunyai pengetahuan dan naluri menjadi seorang patriot dan pemimpin. Hal itu menjadi potensi yang cukup baik baginya untuk bisa menguasai setiap komunitas-komunitas manusia proto Malayan yang ditemuinya dimanapun dalam perjalanannya saat itu. Kelebihan yang ada pada Silau Raja yang mudah dapat beradaptasi cepat dengan manusia-manusia proto Malayan selaku komunitas primitive membuat Silau Raja untuk mudah pula menjadi pemimpin dan sangat memuluskan setiap perjalanannya.

Secara geografis di abad ke-12 maka daerah Sianjur Mula-mula saat itu diapit oleh masing-masing wilayah kekuasaan ;

  1. Sebelah timur laut terdapat Kesultanan Perlak yaitu kesultanan yang didirikan para saudagar Turky, Persia, Mesir, Arab, Qurais terutama kaum Ummayah dan Kesultanan Daya Pasai oleh dynasty Fathima. Kesultanan ini didirikan dalam rangka tempat transit setiap perjalanan dagang rempah-rempah antara China dan Persia. Daerah Perlak sengaja dikuasai dan membuat manusia-manusia proto malayan disana sebagai budaknya.

  1. Sebelah selatan/tenggara terdapat Kerajaan Criwijaya/ Melayu Jambi, yang didirikan para saudagar-saudagar India tetapi sayang pada abad 7M oleh bantuan Dinasty Syalendra yang datang dari China menguasai Criwijaya dan mendirikan kerajaan baru yaitu Kerajaan Sriwijaya serta memindahkan pusat kerajaan ke darah sungai Musi.
  2. Sebelah selatan/barat daya terdapat pelabuhan Barus yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah saat itu dan hampir seluruh bangsa-bangsa datang kesana dengan membawa pengaruh masing-masing.

  1. Sebelah barat laut/utara hanya terdapat berbagai manusia-manusia proto Malayan dan merupakan tempat awal para proto malayan mendarat di tanah Sumatera dan terutama didaerah Singkil.

Keadaan geografis demikian sangat mempengaruhi perjalanan dari pada Saribu Raja dan Silau Raja, dan membuat mereka harus bisa beradaptasi dan membawakan dirinya di setiap tempat dan komunitas yang ditemuinya. Untuk itu mereka mempunyai cara masing-masing sehingga untuk mengawini wanita ditempat yang ditemuinya itu dilakukan mereka juga.

Akan halnya dengan Silau Raja, sebelum perjalanannya makin jauh dari Sianjur Mula-mula masih beruntung sudah mempunyai anak yang lahir dahulu di daerah yang masih dekat dengan Sianjur Mula-mula – Rianiate yaitu anak pertamanya yang bernama Malau Raja. Kemudian mempunyai anak lagi dari istrinya yang berikutnya yaitu Manik Raja, Ambarita Raja dan Gurning Raja yaitu anak-anaknya yang lahir di daerah rantau berikutnya yakni di daerah Salaon.

Setiap anak-anak yang telah lahir itu hanya ditinggalkannya bersama istrinya dan datang dan kembali lagi sesuai dengan keperluannya sebab Silau Raja sendiri tetap berjalan sesuai pengembaraannya. Pengembaraan dimaksud tidak pula lagi hanya untuk mencari jalan menuju tempat asal muasal nenek moyangnya tetapi bertambah dan sudah lebih terfokus mencari keperluan hidup dan hasil mata pencaharian mengingat pada keperluan anak istrinya. Didaerah Sianjur Mula-mula, Silau Raja tidak dapat mempunyai kebebasan untuk mencari nafkah karena terbuang dari komunitas keluarga .

Saat itu bertentangan pula dengan abangnya, membuatnya tidak mendapat hak dan tidak mungkin dapat mengelolah tanah sekitar Sianjur Mula-mula untuk bisa diusahakannya sebagai areal pertaniannya. Kesulitan itu membuat Silau Raja harus berjuang dan terus mencari nafkah bagi anak istrinya jauh ke negeri-negeri lain dan atau hutan belantara lain, sambil mencari jalan untuk bisa sampai ke daerah asal nenek moyangnya.

Keadaan demikian itulah yang memaksanya harus selalu meninggalkan anak istrinya dan akan kembali setelah memperoleh hasil yang bisa dibawa pulang kepada anak istrinya tersebut.

Hal itu pula maka pada saat anaknya Malau Raja sudah besar dimana di daerah Sianjur Mula-mula sudah timbul system kemasyarakatan sebagai aturan hidup dikalangan orang batak disana, maka anaknya Malau Raja-lah yang tampil sebagai wakil dari pada bapaknya. Penampilan Malau Raja selaku anak tertua dari Silau Raja membuatnya kemudian lebih dikenal dibandingkan dengan nama bapaknya. Tugas dan kewajiban Malau Raja sebagai wakil bapaknya tidak pula hal yang sepele sebab Malau Raja juga harus mampu menjadi pengganti orangtua bagi seluruh adiknya.

Aspek lain , dikalangan keluarga besar kakek neneknya maka Malau Raja lebih mudah diterima dibandingkan bapaknya Silau Raja. Mengingat Silau Raja pernah dianggap telah melakukan penghianatan membocorkan rahasia rencana keluarga untuk melenyapkan Saribu Raja pada masanya. Sedangkan pada Malau Raja tidak akan menyimpan dendam atau sakit hati seperti rasa sakit hati yang ada pada Silau Raja bapaknya yang terusir tersebut. Kakek nenek Malau Raja tentu mampu pula memberikan hati dan simpati kepada Malau Raja sehingga Malau Raja-lah yang selanjutnya dipasang sebagai keturunan keluarga yang paling bungsu dan melupakan nama Silau Raja.

Tugas yang ada pada Malau Raja membuatnya harus bisa mengurusi adik-adiknya dan kemanapun Malau Raja pergi kesana pula para adik-adiknya ikut serta. Malau Raja ternyata sangat mampu menjalankan peran pengganti bapaknya, dan terlihat pula hasilnya sampai saat ini dimana setiap ada perkampungan baru yang dibuka para keturunan Malau Raja maka para keturunan adik-adiknya terdapat pula disana. Tidak hanya itu pada masa lalu tidak jarang terdapat dalam satu rumahpun terdapat disana keturunan Malau Raja bersama keturunan Manik Raja, Ambarita Raja dan Gurning Raja. Mereka menjadi satu kelompok yang tak terpisahkan dan sepenanggungan sangat erat hubungan persaudaraanya.

Dengan tampilnya Malau Raja sebagai pengganti bapaknya Silau Raja didalam semua kegiatan dan keperluan dalam tatanan masyarakat Sianjur Mula-mula maka terselamatkan sudah benang merah asal-usul para keturunan Silau Raja dalam masyarakat Sianjur Mula-mula dan hingga sampai saat ini Malau Raja, Manik Raja, Ambarita Raja dan Gurning Raja tetap sebagai bagian dari masyarakat Batak.

Bagaimana dengan Silau Raja yang disatu sisi pergi dan kembali dari perjalanan sedangkan hak dan kewajibannya sudah lebih diakui diwakili oleh anaknya sendiri Malau Raja, tentulah mengalami sesuatu hal yang tidak begitu mudah saja diterimanya. Sesuatu internal konflik tentu saja bisa timbul bergejolak pada hatinya dan bisa saja menimbulkan frustasi lain, sehingga memilih untuk pergi saja menjauh, pergi lagi lebih jauh dan lebih jauh berjalan mengikuti pengembaraannya.

Masyarakat Pulau Samosir khususnya di Huta Malau, mengklaim bahwa daerah itu dahulunya pernah dilalui oleh Silau Raja atau tempat itu sampai sekarang disebut tempat Pamolusan ni Silau Raja. Hal yang bisa saja dibenarkan karena Silau Raja sendiri selalu berpergian merantau mencari nafkah dan untuk keperluan lainnya.

Kemanakah selanjutnya Silau Raja pergi , bagaimana dengan hatinya yang tidak diakui keluarganya lagi karena keluarga sudah lebih mengakui keberadaan anaknya Malau Raja, apakah yang bisa diperbuat Silau Raja selanjutnya ; mungkin hanay satu jawabnya ; pergi sejauh mungkin dari komunitas orang tuanya, pergi dengan membawa kepedihan dalam hatinya, terpaksa pergi bukan pula karena kesalahannya, pergi dengan tangis yang bertanya-tanya dan tanpa ada pula jawabannya , mungkin hanya langit jualah yang bisa menjawab.

Dimana pula pusara SiLau Raja ?

Kepergian itu telah menjadikan kehidupan yang baru terjadi pada diri Silau Raja, kepergian tak lagi terbebani akan keperluan anak dan keluarga kepergian yang membawa kegetiran hatinya, kepergian tanpa beban dan kepergian yang hanya membawa dirinya untuk pulang ke daerah asal muasal nenek moyangnya.

Seperti diketahui daerah Tambralingga atau Grahi tersebut ada berada disebelah timur laut dari Sianjur Mula-mula, yaitu daerah tempat Kerajaan Grahi berada dan letaknya antara semenanjung Malaya bagian utara dengan Thailand bagian selatan. Maka dalam mencari arah tersebut dengan berpedoman pada kompas bintang dilangit, Silau Raja pergi meninggalkan tanah Sianjur Mula-mula , pergi sebagaimana petunjuk bintang dilangit, pergi menembus hutan belantara, pergi dengan hati yang keras dan dingin, tekadnya yang kuat, pergi dengan kebenaran hatinya saja, pergi atas kebenaran yang tiada orang lain mengerti, pergi mengalahkan hatinya untuk tidak menyakiti hati para keluarganya sendiri.

Perjalanannya secara fisik tidaklah sesuatu kendala berarti baginya karena Silau Raja sendiri sudah terbiasa pergi menembus hutan belantara, dia sudah terbiasa dengan medan hutan dan selalu bisa menyesuaikan dirinya dengan keadaan apapun disetiap tempat yang ditemuinya. Perjalanannya tanpa disengaja dan tidak disadari oleh Silau Raja ternyata membawanya sampai ketempat baru, tempat mana terdapat Kesultanan Perlak. Daerah yang secara geografis maka hanya dengan menyeberang lautan sudah akan bisa mudah sampai ke Grahi daerah nenek moyangnya.

Didaerah Perlak, Silau Raja bergaul dengan para saudagar-saudagar disana dan ternyata berkenalan pula dengan seorang putri dari kalangan saudagar. Silau Raja sendiri bukan pula sulit untuk menyesuaikan diri disetiap tempat yang ditemuinya. Pengetahuannya dan penampilan fisik yang ada padanya mempermudah dia untuk dikenal siapapun. Hal yang ada pada Silau Raja itu , menjadikannya untuk sangat mudah dikenal para saudagar-saudagar dan saudagar-saudagar itu mengenalnya sebagai orang yang berbeda dari orang primitive lainnya.

Silau Raja sangat kentara berbeda dengan para manusia pagan lainnya didaerah Perlak dan atas kemahiran dari Silau Raja membuat para saudagar-saudagar daerah Perlak berniat mengajaknya untuk kerja sama. Mereka mengajak Silau Raja bergabung dengan para saudagar-saudagar disana dalam mengelolah dan mengendalikan jalur rempah-rempah.

Hasilnya Silau Raja bisa menjadi orang kaya sama dengan para saudagar-saudagar dan membuatnya lupa untuk meneruskan perjalanannya ke tempat asal muasal nenek moyangnya. Silau Raja menyesuaikan diri dengan kehidupan para sudagar-saudagar yang mayoritas adalah saudagar-saudagar Arab, Mesir, Persia dan Qurais. Silau Raja menggunakan namanya sesuai bahasa dan dialek para saudagar Arab/Mesir tersebut, tidak digunakannya lagi kata Raja, karena kata raja berbau Hindu dan juga dia sendiri dianggap masih kaum pagan . Silau Raja menyesuaikan namanya dan memakai kata dalam bahasa Arab/Mesir dan menyebut namanya menjadi Marah Silu yang artinya juga adalah Silau Raja . Marah atau Meurat atau Mora mempunyai arti Raja ( bahasa Arab-Persia)

Melihat hal tersebut maka sangat masih bisa diyakini bagaimana adanya perjalanan dari pada Silau Raja tersebut yang tadinya bermaksud pulang ketempat asal nenek moyang malahan bergabung dengan para saudagar di Perlak. Perjalanan yang berkelanjutan dan yang hanya tahu arah seterusnya dan terus kearah timur dan yang memungkinkan Silau Raja dalam perjalanannya itu, masuk juga melintasi daerah Kerajaan Nagur.

Kerajaan Nagur yang menurut cerita dibangun dan didirikan saudagar-saudagar Gujarat dibawah kendali Dinasty Fatimah. Namun sampai saat ini tidak pula jelas dimana letak geografis dari pada Kerajaan Nagur tersebut, bahkan tidak ada pula benda peninggalan yang membuktikan adanya Kerajaan Nagur. Cerita yang mengatakan Kerajaan Nagur berada di daerah Simalungun maka timbul pertanyaan apakah istilah Simalungun sudah ada pada tahun 1200M yaitu sejak yang dikatakan Kerajaan Nagur ada pada tahun 1200M ?

Hal tersebut membuat ketidak benaran semakin nyata karena kata Simalungun atau daerah Simalungun ada dan dikenal baru pada tahun 1339M. Simalungun dikenal dengan arti daerah-daerah yang sunyi penuh dengan kesaduhan dan kerinduan pada kampung halaman. Simalungun menunjukkan pada tempat pedalaman hutan dalam mencari nafkah atau tempat mencari hasil hutan, sehingga orang yang pergi kesana akan tersiksa hatinya dan merasakan begitu sunyi dan sendirinya dalam hutan tersebut dan merasakan rindu untuk cepat pulang. Arti bebas dari kata si-malungun itu adalah si-peng-impian atau orang yang mengimpikan sesuatu.

Pada tahun 1300-an daerah Simalungun sekarang adalah tempat para orang-orang Batak untuk pergi mencari hasil hutan/manombang dan baru saat datangnya Raja Indrawarman yaitu Raja yang lari dari Darmacraya – Jambi yang oleh karena akan diserang tentara Majapahit melarikan diri masuk ke hutan-hutan daerah Simalungun dan medirikan Kerajaan Silo. Jadi istilah Nagur dalam buku dan catatan sejarah mengatakan ada pada tahun 1200M sedangkan istilah Simalungun ada disaat Raja Indrawarman mendirikan Kerajaan Silo ditahun 1300-an dan tidak ada pula dalam catatan atau kronik sejarah pada kurun sebelum tahun 1200 yang telah mengenal istilah ini.

Hal itu tentu sekalian menjawab argument berbagai kalangan yang mengatakan leluhurnya berasal dari Nagur dan sudah berada didataran sumatera bagian utara jauh sebelum abad masehi tiba padahal catatan sejarah tidak ada yang pernah mencatatkan istilah Nagur atau Simalungun sebelum tarikh tahun 1200-1300M. Hal lain yang bisa saja terjadi jika orang-orang tersebut memang mengambil garis leluhurnya dari kalangan proto Malayan yang diperistri oleh leluhur batak walaupun hal ini mempunyai kelemahan karena kaum proto Malayan tentulah mempunyai keterbatasan untuk mencatatkan riwayat sejarahnya. Pada masa itu yang mempunyai kemampuan hanyalah para saudagar maupun pendeta Budha-Hindu.

Dalam sejarah Kerajaan Nagur yang diceritakan tersebut, ada yang dikenal dengan seorang bernama Marah Silu. Marah Silu adalah Raja Pertama dari pada Kerajaan Samudera Pasai yang bukan dari kalangan Gujarat atau yang bukan dari keturunan kaum saudagar melainkan dari golongan batak pagan.

Kata Nagur sulit dicari artinya dalam bahasa batak maupun bahasa melayu atau bahasa Indonesia, namun kata nagur dengan kata sianjur bisa mempunyai splelling yang sama ; na – gur dan sian – jur , penekanan pada gur dan jur menunjukkan kata tunjuk . Dengan demikian tentu dapat diperoleh arti dari pada na- gur berarti dari gur (tempat) . Begitu juga dengan kata sian – jur berarti dari jur (tempat), sehingga Nagur dan Sianjur adalah tempat yang sama yaitu Sianjur Mula-mula.

Kecuali itu kata na-gur paling dekat dikenal dengan istilah di Asia Barat dan Asia Tengah yaitu dalam istilah Kle-Gur yaitu istilah terhadap tentara primitive atau animal warriors atau Krugs pada masa Kingdom of Ehb. Hal demikian sama saja dengan para saudagar dari Arab , Persia, Gujarat dan Eropa dalam memandang kaum pribumi di Sumatera dengan sebutan kaum Nagur atau istilah lain kaum batak pagan.

Perlu juga diperhatikan bahwa kata Sianjur Mula-mula dalam bahasa batak yang ada juga tidak banyak dapat mengartikannya kecuali sebagai nama tempat asal muasal. Seperti dijelaskan diatas bahwa tentara Grahi yang ada di pelabuhan Barus tidak mudah kembali ke Grahi. Sedangkan Grahi telah dikuasai pula oleh tentara dari Siam. Dari itu kata Sianjur Mula-mula bisa saja merupakan suatu deklarasi dari para bekas tentara tersebut untuk menyatakan bahwa mereka adalah bagian dari pada Kerajaan Siam yang ada di Sumatera.

Peradaban masa itu memberikan pengetahuan bagi manusia untuk meniru apa yang sudah ada dan dipandang lebih baik tak terkecuali untuk meniru atau menyebutkan nama sesuatu asal usul untuk nama tempatnya yang baru. Bila diperhatikan nama-nama dari leluhur orang batak seperti : Guru Tatea Bulan, Isumbahon , Uti Raja/Miok-miok, Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja , Silau Raja,atau nama Sorimangaraja jelas bukanlah menggunakan bahasa Batak yang dikenal saat sekarang ini. Nama Sorimangaraja dapat berarti Sri Maharaja jelas nama dari istilah sansekerta atau istilah yang dikenal dalam Kerajaan Sriwijaya . Hal ini memberikan bukti yang kuat bahwa leluhur orang batak atau si Raja Batak tersebut adalah orang yang datang masuk ke daerah sumatera bagian utara. Jelas bukan orang yang berasal dari kaum primitive atau bukan pula dari kaum Melayutibres yang sudah ada kemudian mengalami evolusion.

Sianjur Mula-mula bisa saja berasal dari kata “Siam” dan “Lajur” serta “Mula-mula” yang dapat diartikan Negeri Kekuasaan Pertama dari Garis Kerajaan Siam di Sumatera / negeri tahlukan Siam. Deklarasi demikian perlu agar mendapat hormat dan pengakuan dan agar tidak diserang oleh kekuasaan lain pula. Karena Kerajaan Siam merupakan Kerajaan yang berkuasa besar pada saat itu dan kekuasaannya meliputi Indocina dan seluruh semenanjung Malaya.

Dalam buku-buku sejarah Arab yang mengatakan Marah Silu adalah seorang dari kerajaan Nagur. Untuk itu sangat dapat diartikan Marah Silu adalah mistery dari Silau Raja , yang oleh karena Silau Raja telah menganut agama Islam dan bergaul dengan saudagar-saudagar Arab membuat asal usulnya menyebut dengan demikian yaitu kerajaan nagur atau yang tak lain kerajaan dari sianjur.

Silau Raja tidak lagi memakai bahasa yang dari Sianjur Mula-mula melainkan bahasa yang ada dikaumnya yang baru yaitu bahasa yang dipengaruhi oleh Arab / Masir / Persia / Gujarat. Silau Raja tidak lagi menyebut dirinya dengan bahasa lamanya yaitu berasal dari Sianjur Mula-mula melainkan dengan bahasa yang baru pada kaumnya tersebut. Tetapi menunjukkan asal tempat yang artinya sama, yaitu dari tempat bernama Gur atau Jur atau na - gur atau sian – jur.

Silau Raja tidak bermaksud menutupi cerita dirinya namun cerita yang tumbuh yang menggiring sedemikian dan cerita pula yang diingat oleh orang-orang, sehingga ada berbagai kebenaran yang terpenggal dan dilupakan.

Kerajaan Nagur merupakan kerajaan Batak pagan yang didirikan oleh para Proto Malayan yang terdahulu masuk ke Sumatera yaitu komunitas primitive dan bertumbuh dengan masuknya berbagai pengaruh kepada komunitas tersebut terutama pengaruh dari saudagar-saudagar Gujarat yang dibawah kekuasaan Dinasty Fatimah sehingga membangkitkan mereka untuk membangun suatu pemerintahan dan kerajaan yang disebut Kerajaan Nagur.

Bahwa nama Mara Silu dalam literature marga-marga orang batak tidak ada didapati marga dan identitas marga yang sama seperti itu. Padahal sangat banyak buku menceritakan akan halnya Marah Silu adalah seorang batak pagan yang diwajahnya jelas bertatto selaku keturunan raja pada masa itu. Dan oleh karenanya tentu nama tersebut adalah nama dari suatu orang batak yang telah sengaja untuk menghilangkan identitas batak pagan yang ada padanya pada masa itu dan tentu bukan pula dari kalangan proto Malayan yang ada.

Kalau kita ingat sebelumnya si Raja Batak berasal dari bekas tentara Grahi yang datang dari daerah Bai Tak yaitu daerah sungai Pahang di Pattani. Daerah ini sangat berdekatan dengan Lin’i/Campa atau Vietnam dan saling berhubungan selaku bagian bekas pengaruh dynasty Sanjaya yang direbut oleh Kerajaan Sriwijaya sejak abad 7-12M. Hubungan diantara kedua daerah ini tentu mengakibatkan hubungan budaya pula, tak terkecuali budaya dalam memakai tattoo diwajah khususnya bagi para pembesar. Karena itu Silau Raja sebagai cucu si Raja Batak termasuk juga mempunyai budaya menggunakan tattoo diwajahnya.

Nama Marah Silu jelas mempunyai persamaan arti yang sama dengan kata Silau Raja, dan hal ini telah membuat penulis mempunyai dugaan yang kuat bahwa yang empunya nama tersebut adalah bagian dari Silau Raja. Marah Silu berasal kata dari kata Marah , meura, morat = Raja dan ditambah kata “silu” dari kata silau yang dengan penyebutan cepat menjadi silu.

Hal tersebut sangat dimungkinkan mengingat Silau Raja yang tidak lagi mendapat tempat di Sianjur Mula-mula membuatnya harus keluar pula dari sana dan pergi merantau keluar dari Sianjur Mula-mula. Satu pilihan yang masuk akal adalah kembali kekampung halaman atau kembali keasal usul nenek moyangnya di Grahi. Untuk kembali tersebut ditempuhnya dengan jalan darat dan mengikuti kompas yang ditunjuk oleh bintang dilangit.

Kepergiannya tersebut bisa juga telah bersama para keturunan dari Si Raja Batak lainnya atau bisa juga hanya sendiri namun Silau Raja melakukan adaptasi dan penyesuaian atau dengan mengajak dan menguasai para suku Proto Malayan yang sudah ada di Sumatera bagian utara tersebut. Perjalanan itu telah membuatnya untuk mendirikan komunitas baru dan akhirnya menjadi kerajaan yang boleh jadi itulah yang disebut Kerajaan Nagur. Atau bisa saja kata nagur itu untuk mengatakan asal usulnya berasal ; dari- Gur atau na-Gur.

Marah Silu yang sebelumnya adalah seorang batak pagan disebut-sebut mempunyai tattoo diwajahnya dan memepunyai juga tanda - tanda seorang putra raja lainnya , yang tidak dapat hapus sepanjang hidupnya. Dikatakan pula sebagai orang yang memakan cacing dan dalam dongengan masyarakat daerah Pasai tidak pula dikenal pasti asal usulnya kecuali hanya seorang anak dari bukit Pasai.

Dalam Hikayat raja - raja Pasai dikenal dongengan yang diceritakan sebagai berikut ;

Ayah Marah Silu adalah Marah Gajah dan ibunya adalah Putri Betung yaitu putri angkat dari raja Muhammad. Putri Betung mempunyai sehelai rambut pirang dikepalanya. Ketika rambut pirang itu dicabut oleh Marah Gajah, keluarlah darah putih. Setelah dara putih itu berhenti mengalir, maka hilanglah Putri Betung. Peristiwa itu didengar oleh ayah angkat putri Betung dan membuatnya marah sehingga segera mengerahkan orang-orangnya untuk mencari Marah Gajah.

Marah Gajah yang ketakutan karena kehilangan putri Betung lari menyingkir kerumah ayah angkatnya yang bernama Ahmad. Raja Muhammad dan Raja ahmad adalah dua bersaudara, tetapi akibat peristiwa putrid Betung diatas terjadilah bentrokan antar dua bersaudara tersebut dan kedua-duanya tewas demikian juga Marah Gajah ikut mati terbunuh.

Dua orang putra yang ditinggalkan oleh putrid Betung bernama Marah Sum dan Marah Silu, mereka berdua meninggalkan tempat kediamannya dan mulai hidup mengembara. Marah Sum kemudian menjadi raja di Birun.

Marah Silu membuka tanah dihulu sungai Peusangan. Setiap waktu senja Marah Silu memasang lukah, tetapi setiap pagi lukah itu diangkatnya dari dalam sungai isinya cacing. Karena marah , cacing itupun direbusnya. Marah Silu keheranan karena ketika membuka tutup kuali malahan emas yang ada dilihatnya. Perebusan cacing itu dilakukan oleh Marah Silu berulang-ulang, sehingga tersiar dongengan bahwa Marah Silu pemakan cacing sehingga membuat abangnya Marah Sum untuk mengusirnya dan selanjutnya Marah Silu pergi kenegeri Rimba Jirun kemudian Samudera Pasai. Ia mendirikan istana diatas bukit yang hanya didiami oleh seekor semut yang sangat besar. Semut itu oleh orang setempat disebut semut dara.

Hanya demikian sederhananya cerita asal-usul Marah Silu tersebut tetapi yang paling menarik adalah Marah Silu adalah seorang pengembara, orang tuanya telah meninggal dan mempunyai orangtua angkat di Perlak serta tinggalnya di bukit berarti pula mempunyai bibit Proto Malayan.

Justru lebih menarik lagi jika dipertanyakan, darimana ada orang pribumi atau batak pagan atau seorang proto Malayan yang terdapat di daerah Perlak tersebut , yang pintar dan yang telah mampu membaca menulis.

Tidak mungkin ada saudagar yang mau mengajari pribumi menjadi pintar karena para saudagar lebih membiarkan pribumi tersebut untuk tetap tertinggal/bodoh karena hal itu akan menguntungkan para saudagar.

Para saudagar di Perlak pada saat itu hanyalah kaum Arab ataupun kaum Persia maka selain itu yang mungkin ada seorang yang sudah tergolong pintar tentulah kaum pendatang lainnya. Jika sosok dan postur tubuh tergolong sama dengan pribumi maka kemungkinan besarnya adalah pendatang lain yang berasal dari Asia tenggara juga.

Pendatang lain yang rasnya proto Malayan/ melayutibres yang mungkin bisa sampai di Perlak pada masa itu adalah paling mungkin hanya bisa dilakukan oleh bekas tentara Grahi yang pernah masuk lewat Barus atau keturunannya. Dari mereka inilah yang paling sama atau yang tepat disebut orang pribumi atau batak pagan yang sudah pintar dan bisa baca tulis dan berperawakan sebagai keturunan raja.

Pada masa Silau Raja berada di Perlak tersebut dan dengan segala keberhasilannya berteman dengan para saudagar - saudagar disana membuatnya menjadi kaya dan berhasil pula menikahi seorang putri dari Kesultanan Perlak. Putri tersebut bernama Putri Gangang Sari. Tidak hanya demikian saja ternyata oleh para dinasty Mamaluk yang datang untuk merebut kembali Pasai sedang mencari seorang putra pribumi diluar dinasty Arabian guna dijadikan Sultan .

Dinasty Mamaluk tersebut bertemu dengan Marah Silu dan mengajaknya dalam suatu tugas dan kerja sama. Marah Silu tentu bukan putra pribumi yang sembarangan pada saat itu dan tentu karena memang seorang yang sudah mempunyai pengetahuan dan keahlian sehingga memanfaatkan ajakan dari Laksamana dynasty Mamaluk dimaksud. Marah Silu diajak bekerja sama untuk merebut kembali daerah Pasai yang pada saat itu sedang dikuasai oleh para saudagar Gujarat – Johan Jani yaitu setelah diambil alih para saudagar Gujarat dari tangan dinasty Fatimah.

Dari laut Pasai diserang dinasty Mamaluk sedangkan dari darat diserang tentara batak dipimpin oleh Marah Silu dan serangan itu berhasil sehingga pada tahun 1285 berakhirlah kekuasaan sultan Pasai mazhab Syiah. Timbullah kesultanan baru yang beraliran mazhab Syafi’i dibawah pimpinan Marah Silu.

Marah Silu kemudian ditabalkan menjadi sultan Negara Samudera/Pasai yang pertama dengan nama berubah menajdi Sultan Malikul Saleh. Pengangkatan ini sendiri diperlukan oleh dynasty Mamaluk dari Mesir dengan pertimbangan ;

  1. dinasty Mamaluk memerlukan orang asli/pribumi yang kuat dan beragama Islam mazhab Syafi’i.

  1. menurut pendapat Syaikh Ismail, Marah Silu mempunyai kemampuan untuk membasmi aliran Syiah yang merajalela di pantai timur Sumatera.

  1. Dynasty mamaluk mengaharapkan Marah Silu akan sanggup mengambil alih dagang lada dari tangan para pedagang Persia, Arab dan Gujarat yang beragama Islam mazhab Syiah tersebut.

Sebagai catatan perlu diingat bahwa pimpinan kerajaan / kesultanan pada saat itu baik di Pasai, Peurlak ataupun di kerajaan Jambi atau Sriwijaya haruslah dari keturunan dari pada dynasty yang berkuasa . Karena itu untuk daerah Pasai maupun Perlak maupun Temiang pimpinannya adalah keturunan dari pada saudagar-saudagar kaya baik dari dinasty Fatimah/ Mesir atau juga dari dinasty kalifah Ummayah/ Damaschus/ Baghdad.

Marah Silu alias Sultan Malikul Saleh ternyata berjaya memimpin Negara Samudera Pasai dan mengakibatkan kesultanan Perlak yaitu kesultanan dari pada mertuanya mengalami kemunduran. Samudera Pasai menjadi Bandar utama di pantai timur Sumatera bagian utara. Dengan perkawinannya bersama putri Ganggang Sari, Marah Silu mempunyai dua orang putra bernama ;

  1. yang sulung bernama Mohammad atau Sultan Mohammad Malikul Thahir yang setelah Marah Silu mangkat diangkat menjadi Sultan Samudera Pasai II.

  1. yang bungsu bernama Abdullah atau Sultan Malik Ul Mansur, dan selanjutnya menyeberang masuk kepada agama Islam mazhab Syiah dan pada tahun 1295 mendirikan kesultanan Aru Barumun.

Negara Samudera Pasai selanjutnya dipimpin secara beruturut-turut oleh dynasty Marah Silu dengan tetap memeluk agama Islam beraliran mazhab Syafi’i. Dalam nisan yang tertulis pada nisan Sultan NAHRISYAH pada tahun 1428M / 831H telah tertulis dengan jelas dan dalam nisan tersebut terdapat ayat – ayat Al’quran seperti ayat Kursi, surat Yasiin, Dua kalimat sahadat, pujian kepada ALLAH SWT, pujian kepada Nabi MUHAMMAD SAW. Tulisan tersebut dibuat dengan huruf Arab bergaya Nash dan Kuffah.

Kemudian nisan tersebut menjelaskan adanya 5 (lima) orang Raja yang memerintah di Samudera Pasai yaitu ;

1. Marah Silu alias Malikul Saleh Sultan I 1285 – 1297.

2. Sultan Mohammad Malikul Thahir Sultan II 1297 - 1326.

3. Sultan Ahmad Bahian Syah Sultan III 1326 - 1349

4. Sultan Zainul Bahian Syah Sultan IV 1349 - 14??

Kemudian Samudera Pasai dikuasai oleh kekuatan diluar dynasty Marah Silu dan kekuatan itu merupakan keturunan dari Persia yaitu ;

5. Sultan Nahrisyah binti Zainul Abidin Sultan V 1428 wafat

Sedangkan keturunan dari anak Marah Silu yang kedua yaitu sibungsu bernama Abdullah adalah seorang pembangkang yang terpaksa berpindah kembali kepada agama Islam mazhab Syiiah dan mendirikan Kesultanan Aru Barumun. Hal itu terjadi karena pada tahun 1293 oleh armada Kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin putra mahkota bernama Malik Ul Mansur atau Abdullah pergi menyerang daerah penghasil rempah-rempah di daerah Kuntu/Kampar dan pada saat yang bersamaan disana ternyata kemudian daerah Kuntu/Kampar diserang oleh armada perang dari Kerajaan Muar/Malaya.

Malik Ul Mansur atau Abdullah, ditawan oleh tentara Muar dan dibawah ke Muar/Malaya dan dinikahkan dengan putri Nur Alam Kumalasari binti Sultan Muhammad Al Kamil dan membuatnya kembali beragama Islam mazhab Sjii’ah.

Pada tahun 1295 Kesultanan Muar dimusnahkan oleh armada Kerajaan Siam, Muhammad Al Kamil dan putrid Ratna Husiin ditawan dan dibawa lari oleh tentara Siam ke Kerajaan Siam dan wafat disana. Sedangkan Malik Ul Mansur atau Abdullah dan Putri Nur Alam melarikan diri ke Aru/Barumun yang pada saat itu masih daerah tidak bertuan.

Didaerah tidak bertuan inilah Malik Ul Mansur atau Abdullah atas bantuan dari Negara Samudera Pasai mendirikan Kesultanan Aru/Barumun dan kemudian mampu pula melepaskan diri dari Kesultanan Samudera Pasai dan menjadi kesultanan terseniri. Kesultanan Aru/Barumun itu berturut-turut dipimpin oleh sultan ;

1. Sultan Malik Ul Mansur Sultan Aru I 1299 – 1322

2. Sultan Hasan Al gafur Sultan Aru II 1322 – 1336

3. Sultan Firman Ul Karim Sultan Aru III 1331 – 1364

4. Sultan Sadik Al Kudus Sultan Aru IV 1361 – meninggal

5. Sultan Alwi Al Musawwir Sultan Aru V 1361 – 1379

6. Sultan Ridwan Al hafiz Sultan Aru VI 1379 – 1407

7. Sultan Hussin Dzul Arsa Sultan Aru VII 1407 – 1428

8. Sultan Djafar Ali baki Sultan Aru VIII 1428 – 1459

9. Sultan Hamid Al Muktadir Sultan Aru IX 1459 – 1462

10. Sultan Zulkifli Al Majid Sultan Aru X 1462 – 1471

11. Sultan Karim Al Mukdji Sultan Aru XI 1471 – 11489

12. Sultan Muhammad Al wahid Sultan Aru XII 1489 – 1512

13. Sultan Ibrahim Al Djalil Sultan Aru XIII 1512 – 1523

selanjutnya adalah sultan-sultan dibawah kekuasaan Portugis dan yang memberikan kekuasaan Aru Barumun maupun Samudera Pasai kepada legio legio kesultanan Portugis ; seperti kesultanan Atjeh sejak 1523 – 1904 sebagai bagian dari kekuasaan Portugis.

Perlu dicatat pada masa Sultan III di Samudera Pasai yaitu pada tahun 1339 telah datang pula serangan dari kerajaan Majapahit. Serangan ini dibawah pimpinan amangku bumi Gajah Mada yang bermaksud menguasai Samudera Pasai dan tidak berhasil mengalahkan Samudera Pasai sehingga kembali mundur ke Jawa.

Pada tahun 1351 pada masa Kesultanan Samudera Pasai di pimpin oleh Sultan Zainul Bahian Syah / Sultan Zainul Abidin Bachrum Syah yaitu Sultan ke IV diculik tentara Siam. Selama tiga tahun ditawan di Siam, dan akibatnya Kesultanan Samudera Pasai lambat laun merosot, karena orang-orang batak pagan berdatangan di pedalaman Aceh dan berebutan mengambil alih kesultanan Samudera Pasai.

Hal itu semakin dipeburuk pula dengan tertinggalnya pelabuhan Barus sebagai pusat perniagaan dan berpindah ke Samudera Pasai . Pada masa saat masuknya kekuasaan Portugis mengakibatkan Samudera Pasai dapat dikuasai oleh Portugis . Akibatnya Portugis membuat legio – legio kesultanan baru yang sengaja dibentuk oleh Portugis untuk kepentingan Portugis dan memilih orang-orang pilihannya sebagai sultan dari kalangan pribumi yang baik terhadapnya. Kesultanan baru itu seperti misalnya legio sultan Pidie dan legio sultan Aceh.



Thanks for reading & sharing FACE BATAK

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Label

2016 2017 Adat Adat-istiadat Suku Orang Batak Agama Angkola Artikel Artis Artis Batak Asal-Usul Batak Bahasa bahasa batak Bahasa Batak Toba Batak Batak Clan batak host Batak Pengusaha Batak Simalungun Batak Toba BatakAngkola BatakKaro BatakMandailing BatakPakpak BatakSimalungun BatakToba Batu Gantung Belajar tentang Suku Batak Bella Shofie Beon berita batak Berita Orang Batak berita sumut Blackberry Bom Budaya Cerita Humor Christine Panjaitan Cipto Junaedy Danau Toba Danau Toba untuk Semua doloksanggul Download Lagu lagu Batak 2014 Download Lagu lagu Batak 2017 Dunia Anjing Editorial Elviana Fakta dan Opini tentang Orang Batak dan Suku Batak Film Foto Galeri Gallery Photo Gaya Hidup Generasi Batak Gondang History HORAS TANO BATAK Hosting Humor Batak Hybrid Indonesia Merdeka indonesian Internet Marketing Islam Istilah-istilah Batak Kabar Suku Batak Kabar Terkini Kalender Karo Kekristenan Kelahiran Kematian Khas Batak Kisah Klaim Kumpulan Foto-Foto Batak Kunci Gitar Lagu Batak Lagu Lagu Batak Lagu Batak Terbaru 2012 Lagu Gereja Lagu lagu Batak Lagu Natal Lagu Rohani Lagu Rohani Batak Lawak ala Orang Batak Layanan Lebaran Lebaran Batak legend Lintas Suku Lirik dan Arti Lagu Batak Lirik Lagu Lirik Lagu Barat Lirik lagu batak Mahasiswa USU Malvinas Group Mandailing Marga Marlen Manroe Marsada Band Medan Mitos mobil Musik MYCULTURED Nairasaon Natal News Nirwana Trio Opini Batak orang batak Pakaian Pakpak Panatapan Trio Pariwisata Pendidikan Pengetahuan tentang Suku Batak Penipuan Peristiwa Pernikahan pesta bolon Politik Presiden RI Profil PSBI Simbolon Renungan Retta Sitorus Review RNB SINGERS Rohani Ruhut Rumah Rumah Adat Rumah Batak SAM BOYS TRIO SASTRA Sejarah Seo Blog Seoagency.co.id Serba-Serbi Silalahi Simalungun Simbolon Sinamot sipitu ama Situmorang Situs Suku Batak dan Agama Kristen Sumut Surat Batak takbiran Tanaman Tarian TariAngkola TariKaro TariMandailing TariPakpak TariSimalungun TariToba Tarombo Tarombo Batak Template Blog Tentang tentang batak Tentang Orang Batak Tentang Tanah Batak Test Tigor Gipsy Marpaung Tips Kesehatan Toba Toko Online Tokoh Tortor Tourism Lake Toba Toyota Tradisi Trio Aridos Trio Bersama Trio Elexis Trio Gulamo Trio Lasidos Trio Palapa Tuak Tuhan Yesus Tulisan Aneh Tulisan Menarik Tulisan Unik Ucapan Selamat Ulos Umpama Umpasa Umum Uniknya Batak Video Video klip Batak Widget Blog Wisata X Factor Indonesia