Home » » MALAU LAMBE

MALAU LAMBE

Posted by FACE BATAK on Rabu, 15 Juli 2009

  1. MALAU LAMBE


Marga Malau dengan marga adik-adiknya selalu tinggal dan hidup bersama dalam suatu huta, terlebih-lebih di Rianiate dan Pangururan dimana ada Malau maka terdapat juga marga Manik, Ambarita dan Gurning disana. Mereka tidak hanya tinggal dalam satu huta bahkan ada yang satu rumah.

Adalah seorang bermarga Malau yang tinggal satu rumah dengan marga Manik dan istri mereka baru sama-sama melahirkan seorang anak laki-laki. Kebiasaan pada orang batak kuno, ibu yang melahirkan selalu dibuatkan penghangat- marsisuban – tungku pembakaran, untuk menghangatkan ibu dan anak yang baru lahir.Karena SiMalau dan SiManik berada dalam satu rumah maka penghangat itu dibuat cukup satu sehingga bale tidur kedua ibu tersebut berada berdekatan.

Hal ihwalnya oleh karena sesuatu penyakit ternyata anak SiMalau meninggal, alangkah sedihnya istri SiMalau dan kematian anaknya tersebut tidak pula di beritahukannya. Entah karena rasa takutnya kepada SiMalau atau bisikan - bisikan setan yang merasukinya, istri SiMalau malahan menukarkan anaknya yang telah meninggal tersebut dengan anak SiManik saat istri SiManik meninggalkan anaknya sendiri di bale tidur untuk pergi mandi - martapian.

Alangkah kagetnya istri SiManik sekembalinya ke bale tidurnya melihat anak yang berada disana telah meninggal dan ia tidak yakin kalau anak yang berada dibale tidur itu anaknya sebab tadi anaknya masih hidup. Dia bertanya kepada istri SiMalau dan minta anak yang berada pada istri SiMalau itu adalah anaknya tapi istri SiMalau tidak mau memberikan. Terjadilah keributan sampai dengan SiMalau dan SiManik datang untuk mencari kebenarannya tapi tidak berhasil, sampai akhirnya keributan tersebut terdengar seluruh warga huta bahkan didengar oleh Raja.

Dengan bijaksana Raja membuat cara untuk menentukan dan menyelesaikan anak siapa yang masih hidup dan anak siapa kah yang meninggal dan anak yang masih hidup diambilnya sementara dan anak yang sudah meninggal di kuburkan. Raja bersama dengan tokoh dan pengurus huta mengada kan rapat untuk merumuskan jalan pemecahannya dan oleh kebijaksanaan yang ada pada Raja dan dengan rahasia dijalankan lah suatu cara yaitu ;

Istri SiMalau dan istri Simanik harus dihukum untuk menggendong sebuah Gordang (sejenis tabung) yang didalamnya telah masuk seorang tua / pengetua adat secara rahasia. Mereka berdua secara bergantian harus memanggul gordang tersebut dengan berjalan kaki ke Pusuk Buhit. Hal ini disaksikan seluruh warga huta di halaman huta dan baik istri SiMalau maupun istri SiManik harus memanggul gordang tersebut sendiri berjalan.

Dimulai dengan memberikan giliran pertama kepada istri SiManik yang pada saat itu dianggap sebagai pemula keributan. Istri SiManik maju ke tengah halaman kemudian memanggul gordang tersebut dan berjalan menuju puncak Pusuk Buhit. Perjalanan itu sangatlah melelahkan dan medannya berat, sehingga akan membuat orang yang dalam perjalanan demikian akan menggerutu atau mengeluh hal ini tentu akibat terjalnya bukit yang didaki.

Sepanjang jalan ke dolok Pusuk Buhit istri SiManik sangat tabah atas hukuman tersebut dan dalam sungut-sungutnya yang didengar oleh orang tua yang ada dalam gordang kira-kira demikian ; “ Ale Mulajadi Nabolon ( Ya Tuhan Sang Pencipta ) lihatlah penderitaan hambamu ini, dan kuatkanlah saya dalam menjalani hukuman ini, karena untuk mendapatkan kembali anak saya, apapun saya akan lakukan bahkan untuk mati sekalipun”.

Orangtua yang berada didalam gordang tersebut jelas mendengar keluh kesah istri SiManik dan mengingatnya baik-baik, kemudian istri SiManik dapat menyelesaikan perjalanan tersebut dan kembali ke halaman huta. Giliran berikutnya adalah istri SiMalau, dan ianyapun pergi memanggul gordang dengan orang tua yang semula tetap didalam dan berjalan ke dolok Pusuk Buhit.

Sepanjang perjalanan yang berat tersebut diapun ternyata mengeluh juga dan orang tua dari dalam gordang mendengar keluhan istri SiMalau dengan baik-baik. Keluhan itu demikian ; Eh, tahe ! Holan alani roha-rohaku gabe hutaon nasongonon, anakhonku do nian na mate hape hugantion tu anakni SiManik gabe nitaon huhuman nasongonon ;

( Ya, ampun, hanya karena hasrat hatiku jadi kualami penderitaan seperti ini, anakkulah yang meninggal lalu kugantikan dengan anaknya si Manik jadi kujalani hukuman seperti ini).

Demikianlah keluhan dari pada istri Si Malau, dan ia dapat menyelesaikan hukumannya dan kembali ke tengah halaman huta. Setelah itu gordang tersebut dianggkat masuk kedalam rumah Raja dan didalam rumah Raja si orangtua dikeluarkan dan bersama pengurus huta bersama-sama mendengarkan apa yang didengar siorangtua tersebut. Setelah mendengarkan apa yang disampaikan oleh siorangtua tersebut kemudian Raja membuat keputusan dan ditengah halaman huta diumumkannyalah ;

bahwa anak yang masih hidup itu adalah anak SiManik dan anak itupun diserahkannya kepada istri Si Manik.

Kemudian SiMalau dan istrinya dihukum oleh Raja dengan digiring ketengah pasar besar dengan dipakaikan suatu tanda. Dipasar itu sudah dibuat suatu tempat sedemikian rupa, diberikan lumpur yang banyak cacing dan lintah dan dengan pengumuman orang ini telah bersalah.

Hukuman tersebut dikenakan tanda atau dikepalanya diberikan Daun Pucuk Enau, daun pucuk enau inilah yang disebut lambe. Dung diboto Raja i na ripeni siMalau do nasala diuhum ma nasida diebangkon tu onan saran nanigeaon jala marlambe-lambe.”

Demikianlah asal muasal adanya Malau Lambe yaitu keturunan Malau yang mendapat hukuman memakai lambe-lambe dan diarak ketengah pasar dan dimasukkan kedalam tempat yang berlumpur penuh cacing dan lintah. ( CERITA INI DISADUR DARI ORANGTUA)

Thanks for reading & sharing FACE BATAK

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Label

2016 2017 Adat Adat-istiadat Suku Orang Batak Agama Angkola Artikel Artis Artis Batak Asal-Usul Batak Bahasa bahasa batak Bahasa Batak Toba Batak Batak Clan batak host Batak Pengusaha Batak Simalungun Batak Toba BatakAngkola BatakKaro BatakMandailing BatakPakpak BatakSimalungun BatakToba Batu Gantung Belajar tentang Suku Batak Bella Shofie Beon berita batak Berita Orang Batak berita sumut Blackberry Bom Budaya Cerita Humor Christine Panjaitan Cipto Junaedy Danau Toba Danau Toba untuk Semua doloksanggul Download Lagu lagu Batak 2014 Download Lagu lagu Batak 2017 Dunia Anjing Editorial Elviana Fakta dan Opini tentang Orang Batak dan Suku Batak Film Foto Galeri Gallery Photo Gaya Hidup Generasi Batak Gondang History HORAS TANO BATAK Hosting Humor Batak Hybrid Indonesia Merdeka indonesian Internet Marketing Islam Istilah-istilah Batak Kabar Suku Batak Kabar Terkini Kalender Karo Kekristenan Kelahiran Kematian Khas Batak Kisah Klaim Kumpulan Foto-Foto Batak Kunci Gitar Lagu Batak Lagu Lagu Batak Lagu Batak Terbaru 2012 Lagu Gereja Lagu lagu Batak Lagu Natal Lagu Rohani Lagu Rohani Batak Lawak ala Orang Batak Layanan Lebaran Lebaran Batak legend Lintas Suku Lirik dan Arti Lagu Batak Lirik Lagu Lirik Lagu Barat Lirik lagu batak Mahasiswa USU Malvinas Group Mandailing Marga Marlen Manroe Marsada Band Medan Mitos mobil Musik MYCULTURED Nairasaon Natal News Nirwana Trio Opini Batak orang batak Pakaian Pakpak Panatapan Trio Pariwisata Pendidikan Pengetahuan tentang Suku Batak Penipuan Peristiwa Pernikahan pesta bolon Politik Presiden RI Profil PSBI Simbolon Renungan Retta Sitorus Review RNB SINGERS Rohani Ruhut Rumah Rumah Adat Rumah Batak SAM BOYS TRIO SASTRA Sejarah Seo Blog Seoagency.co.id Serba-Serbi Silalahi Simalungun Simbolon Sinamot sipitu ama Situmorang Situs Suku Batak dan Agama Kristen Sumut Surat Batak takbiran Tanaman Tarian TariAngkola TariKaro TariMandailing TariPakpak TariSimalungun TariToba Tarombo Tarombo Batak Template Blog Tentang tentang batak Tentang Orang Batak Tentang Tanah Batak Test Tigor Gipsy Marpaung Tips Kesehatan Toba Toko Online Tokoh Tortor Tourism Lake Toba Toyota Tradisi Trio Aridos Trio Bersama Trio Elexis Trio Gulamo Trio Lasidos Trio Palapa Tuak Tuhan Yesus Tulisan Aneh Tulisan Menarik Tulisan Unik Ucapan Selamat Ulos Umpama Umpasa Umum Uniknya Batak Video Video klip Batak Widget Blog Wisata X Factor Indonesia