Home » » MisTERY SILAU RAJA

MisTERY SILAU RAJA

Posted by FACE BATAK on Kamis, 19 Agustus 2010





MISTERY SILAU RAJA


Dalam sejarah si Raja Batak dikenal bahwa asal muasalnya adalah dari Pusuk Buhit - Sianjur Mula-mula dan diperkirakan ada pada abad 12. Sejarah ini tidak terlepas dari sejarah peradaban Hindu-Buddha yang datang dari India masuk ke Asia Tenggara baik dibawah oleh dinasty Sanjaya maupun dinasty Syalendra

Mulai Abad 3 – 6 migrasi peradaban Hindu telah masuk ke Sumatera maupun Jawa termasuk semenanjung Malaya dibawah oleh saudagar India khususnya oleh dynasty Sanjaya. Dinasty Sanjaya ini sekaligus membawa kekuasaannya serta mendirikan kerajaannya dengan agama Hindu sebagaimana kita ketahui pada Kerajaan Mol’yu atau Cri’wijaya di daerah Jambi dihulu sungai Batang Hari Sumatera abad 4-6 dan Kerajaan Singhasari dan Mataram Kuno di Jawa.

Pada abad 7 -12 telah datang pula peradaban Buddha yang dibawakan oleh para dynasty Syalendra. Dinasty ini merupakan para pendeta China dan saudagar China yang pergi ke India Selatan untuk belajar dan telah menguasai daerah Asia Tenggara secara umum dengan berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Dinasty ini mampu menahlukkan kekuasaan dynasty Sanjaya yang ada berkuasa sebelumnya. Dinasty Syalendra berkuasa hampir seluruh Asia Tenggara tidak terkecuali dengan Barus.

Pada akhir abad 12 Kerajaan Sriwijaya ini perlahan pecah dan seluruh negeri bawahannya menuntut merdeka dari Sriwijaya. Disaat yang sama dimanfaatkan oleh dynasty Sanjaya untuk bangkit kembali dan berusaha mengambil alih kekuasaan pada bekas negeri bawahan Sriwijaya. Disaat itu pula salah satu raja bawahannya bernama Chandrabhanu telah berontak kepada Sriwijaya dan merebut negeri Tambralingga , daerah Kedah dan Grahi.

Raja Chandrabanu tidak tanggung-tanggung untuk berontak sebab dengan dukungan Kerajaan Chola maka seluruh daerah Asia Tenggara sampai dengan Sri Langka harus dikuasi kembali dibawah bendera dynasty Sanjaya. Barus sebagai salah satu pusat perdagangan rempah-rempah disaat itu tidak luput untuk dikuasainya pula. Chandrabanu mengirimkan tentaranya ke Barus yang dikenal dengan serangan dari pasukan Gergasi.

Harus diingat saat itu setelah Barus diserang oleh pasukan Rajendra Cola maka daerah tersebut selanjutnya dibiarkan untuk diurusi sendiri oleh raja sebelumnya dan menjadi raja bawahan Rajendra Cola karena demikian kebiasaan dari Rajendra Cola dalam menahlukkan musuhnya. Yang penting musuh yang ditahlukannya berkewajiban untuk membayar upeti dan memberikan tanda tahluk.

Untuk daerah Barus yang sebelumnya menjadi bawahan Sriwijaya tentu berlaku hal yang sama yaitu raja bawahan Sriwijaya tetap mempimpin daerah tersebut namun sekarang menjadi raja tahlukan Rajendra Cola dan membayar upeti. Rajendra Cola cukup meninggalkan orang-orang bawahannya disana untuk memungut upeti dan terlihat pula bukti sejarah yang tersisah disana yaitu adanya kelompok masyarakat Tamil pada abad 10-11.

Bandar Barus sebagai Bandar perdagangan rempah-rempah dibiarkan berjalan seperti biasa dan cukup orang-orang bawahan Rajendra Cola yaitu orang Tamil dibuat untuk memungut segala bea-cukai perdagangannya. Sayang kemudian pada awal abad 12 , Barus direbut oleh laksamana Johan Jani yang datang dari Daya Pasai.

Kebangkitan Candrabanu di Grahi tidak menginginkan pula dynasty Johan Jani yang ada di Barus itu ,untuk tetap berada disana karena itu dia mengirim pasukan Gergasi ke Barus . Hal ini diperlukannya agar Barus menjadi daerah kekuasaannya sekaligus menjadikan Chandrabanu menjadi raja bawahan Rajendra Cola yang mampu menguasai daerah seluruh Asia Tenggara.

Akan tetapi kejayaan Chandrabanhu juga ternyata tidak lama karena kemudian para dynasty Syalendra dengan bantuan Tiongkok tidak menginginkan kekuasaan Chandrabanu tersebut. Pusat kekuasaan Chandrabanu di Grahi dapat direbut oleh tentara Siam dan tentara Siam tersebut terus mengejar para dynasty Sanjaya tersebut. Siam berhasil merebut kembali beserta kerajaan yang baru direbut dynasty Sanjaya satu persatu dapat direbut kembali para dynasty Syalendra.

Kekuatan dynasty Syalendra tidaklah tanggung-tanggung sebab dengan bantuan Tiongkok dan yang dikenal dengan serangan Panglima Chengis Khan telah membantu dynasty Syalendra tersebut merebut kembali negeri bawahannya. Tiongkok membantu Siam atau Chieng-san untuk menahlukkan Asia Selatan atau China Selatan. Melalui suku Thai yang berasal dari China Selatan atas bantuan Tiongkok menyerang seluruh daerah China Selatan. Hasil dari serangan tersebut berdirilah Kerajaan Siam.

Dengan adanya bantuan Tiongkok maka bekas raja bawahan Sriwijaya yang dynasty Syalendra bangkit pula menjadi kerajaan-kerajaan baru namun tida lagi tunduk kepada Sriwijaya. Perebutan kembali dengan bantuan Tiongkok telah membuat perpanjangan kekuasaan Tiongkok secara langsung dan merubah bekas negeri bawahan yang diperebutkan menjadi Kerajaan-kerajaan yang baru sebagai negeri bawahan Tiongkok langsung atau ada pula yang menjadi IndoChina.

Bekas tentara Grahi yang telah berkuasa di Barus tersebut dengan adanya kekalahan Grahi kepada Siam membuatnya tidak bisa kembali ke Grahi dan memilih untuk bertahan di Sumatera atau lari kenegeri lain. Kekalahan Kerajaan grahi terhadap serangan Siam membuat daerah Barus menjadi kacau dan tidak terhindar terjadinya peperangan.

Bekas raja bawahan Sriwijaya yang ada sebelumnya dapat saja menyerang kembali atau serangan itu datang dari suku bangsa lain seperti kekuatan bangsa Arab atau Eropa yang ada datang kesana berdagang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang sangat serius bagi bekas tentara Grahi tersebut karena itu mereka harus pergi mengungsi.

Sebagai pihak yang terpaksa harus mengungsi maka pilihan yang paling tepat mengungsi kepedalaman hutan. Melalui perjalanan darat menembus hutan dan adanya arah matahari maupun bintang dimalam hari mereka tahu arah dan letak negeri Grahi semula. Perjalanan itu telah membuat mereka sampai di Pusuk Buhit dan dikiranya pula telah sampai ditepi lautan karena persis ditepi danau Toba yang airnya maha luas seperti lautan.

Tempat itu ternyata cocok dan cukup aman dari perkiraan akan adanya serangan dan ditempat itu mereka kemudian tinggal membuat perkampungan barunya. Mereka menjadi cikal bakal orang batak dan untuk keamanan pula maka mereka mengeluarkan deklarasi sebagai upaya perlindungan Siam dengan menyebut daerah mereka sebagai SIAM JUR MULAMULA, mereka menjadi leluhur masyarakat Batak.

Mereka menjadi manusia yang dominant didaerah yang baru tersebut dan mampu menguasai serta mengendalikan para manusia proto Malayan yang ada disana. Yang jelas nenek moyang masyarakat batak itu tidaklah lahir di tanah batak sekarang bahkan anaknyapun mungkin saja sudah ada lahir dan ikut saat berangkat dari kerajaan Grahi.

Si Raja Batak itu mempunyai beberapa keturunan dengan anak pertama bernama Guru Tetea Bulan atau Ilontungan atau Namarata atau Toga Datu sedangkan anaknya yang kedua bernama Raja Isumbaon.

Guru Tetea Bulan pada masa mudanya masih sempat memperoleh beberapa benda pusaka berupa Hujur Siringis, Batu Martaha dan cincin yang selalu cocok untuk semua jarinya. Guru Tetea Bulan kawin dengan Sibasoburning yaitu putri dari kalangan manusia primitive yang masih berkeliaran di hutan.

Dari perkawinan tersebut lahirlah masing-masing ;
Anak laki-laki pertama diberi nama Raja Biak-biak / Raja Miok-miok.
Anak Kedua laki-laki bernama Saribu Raja dan lahir kembar dengan seorang putrid bernama Siboru Pareme.
Anak Ketiga laki-laki bernama Limbong Mulana, anak ke-empat laki-laki bernama Sagala Raja sedangkan anak laki-laki yang kelima yaitu paling bungsu bernama Silau Raja dan diperkirakan ada lahir pada tahun 1250. Anak perempuan lainnya adalah Siboru Anting Sabungan dan Siboru Biding Laut dan Nan Tinjo.

Dalam pertumbuhannya setelah anak-anak Guru Tetea Bulan tersebut menjadi dewasa ternyata Saribu Raja dan Siboru Pareme menghadapi masalah sebab diantara mereka terjadi perkawinan incest. Hal ini dapat terjadi mengingat mereka adalah kembar dan kebersamaan membuat bibit rasa sayang yang lain timbul. Namun akibatnya perkawinan itu membuat keluarga marah dan memutuskan akan membunuh Saribu Raja. Rencana pembunuhan itu diketahui oleh Silau Raja dan oleh karena itu diberitahukannyalah rencana itu kepada Saribu Raja dan agar pergi melarikan diri saja.

Pada saat rencana melenyapkan Saribu Raja tersebut dilakukan dengan cara membakar rumahnya ternyata oleh keluarga tidak lagi dapat menemui Saribu Raja karena sudah melarikan diri dan akhirnya keluarga saling curiga siapa yang membocorkan rencana tersebut. Rapat keluarga akhirya dapat mengetahui bahwa yang membocorkan rahasia tersebut adalah Silau Raja, karena dia yang paling mungkin membocorkan hal itu dibandingkan dengan keluarga lainnya. Untuk itu maka Silau Raja diusir dari kampung tersebut dan disuruh mencari Saribu Raja yang sudah melarikan diri.


SILAU RAJA & SARIBU RAJA KELUAR
DARI SIANJUR MULAMULA


Karena Silau Raja telah dipersalahkan oleh keluarga dan Saribu Raja telah pergi melarikan diri maka Silau Raja harus menerima keputusan tersebut dengan terpaksa. Dengan kata lain Saribu Raja dan Silau Raja , keduanya terpaksa keluar dari Sianjur Mula-mula, keluar dari komunitas keluarganya. Mereka berdua pergi keluar dari Sianjur Mula-mula dan selanjutnya memilih jalan masing-masing sesuai pilihan hatinya. Sesuatu yang biasa dalam kehidupan manusia jika mengahadapi kesulitan dalam kehidupannya maka pilihannya pergi kembali ketempat asal muasal atau pergi mencari identitas yang baru. Antara Saribu Raja dengan Silau Raja mempunyai pilihan pula yaitu agar memilih arah jalan masing-masing. Untuk itu Saribu Raja memilih pergi menuju daerah yang kearah Selatan dari Sianjur Mula-mula sedangkan Silau Raja pergi menuju daerah kearah Timur.

Saribu Raja memilih pergi kearah selatan karena daerah itu telah terdapat pusat perdagangan yaitu pelabuhan Barus, sebab dengan kapal-kapal yang akan singgah di pelabuhan Barus akan dapat membawa dia kembali ke tempat asal muasal nenek moyangnya. Tujuan pergi untuk bersembunyi melalui daerah Barus dengan orang-orang yang sudah banyak terdapat disana membuat dianya akan dapat mudah menyembunyikan diri. Sedangkan Silau Raja pergi kedaerah timur untuk maksud bisa kembali ke tempat asal muasal nenek moyangnya di Tambralingga – Grahi melalui perjalanan daratan.

Sepanjang perjalanan ke pelabuhan Barus yang dilakukan oleh Saribu Raja ternyata merupakan perjalanan panjang dan jauh. Perjalanan itu telah membuatnya berulang kali mempunyai komunitas baru dan perkawinan baru di setiap kumunitas pada daerah yang dilalui maupun yang didirikannya. Hal ini sangat terlihat jelas dengan didapatinya banyak keturunan Saribu Raja yang terdapat hampir diseluruh selatan dan barat dari Sianjur Mula-mula sebagai klaim daerah asal atau bona pasogit dari pada para keturunan Saribu Raja.

Keturunan dari Saribu Raja tersebut dikenal pula dengan nama si Raja Borbor dan di bagian selatan ini selanjutnya mereka mempunyai dan menggunakan gelar dengan nama Raja Hatorusan . Sebagai daerah perniagaan bagian selatan ini sangat banyak mendapat pengaruh dari luar terutama dalam pengaruh ekonomi termasuk juga pengaruh politik dalam rangka penguasaan dagang rempah-rempah. Pengaruh dari luar dimaksud terutama untuk bagian selatan dan barat dari pada Sianjur Mula-mula datangnya dari bangsa-bangsa Eropah dan India.

Pengaruh bangsa Eropa telah meninggalkan akibat pada masyarakat yang ada berupa ajaran agama , pendidikan, pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari missi Kristen . Sama halnya juga dengan pengaruh bangsa India disana yang meninggalkan berbagai Candi sebagai bukti pernah terdapatnya komunitas Hindu disana.

Bangsa Arab dikemudian hari masuk juga ke daerah ini namun melalui Kesultanan-nya di Aceh atau Pasai , yang melalui penguasaan daerah Kampar Minangkabau turut pula memberikan andil pengaruhnya di bagian selatan Sianjur Mula-mula ini , apalagi letaknya saling berbatasan dengan daerah Minangkabau. Pengaruh itu telah meninggalkan pengaruh agama Islam mazhab Syiiah disana pada saat itu dan dengan ragam budayanya.

Dalam perkembangannya hingga sampai saat ini maka sangat mudah kita kenal para keturunan dari Saribu Raja tersebut baik dengan menyebut marganya saja maupun dengan menyebut asal daerahnya/bona pasogitnya. Apalagi pada saat pendirian Negara Republik Indonesia tidak sedikit pula para keturunan Saribu Raja turut serta menjadi bagian perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Ditambah lagi perjuangan para keturunan Saribu Raja tersebut bukan hanya terhadap penjajahan Belanda akan tetapi secara simultan telah mempunyai bibit-bibit perjuangan jauh sebelum Belanda menjajah di negeri ini. Perjuangan untuk suatu kesatuan masyarakat Sianjur Mula-mula yang ada dan keturunannya yang telah berpencar kemudian dari Sianjur Mula-mula.

Bila dibandingkan antara perjalanan Saribu Raja dengan keadaan pada perjalanan Silau Raja maka yang sangat banyak dan mudah untuk diketahui orang saat ini adalah perjalanan dari pada Saribu Raja , termasuk juga para keturunan Limbong Mulana, keturunan Sagala Raja serta perkembangan dari keturunan Raja Isumbaon.

Hal ini terjadi karena untuk perjalanan seorang anak bungsu seperti Silau Raja yang terbuang dari komunitasnya mungkin tidak pula penting dan tidak berfaedah pada saat itu .
Secara hirarkinyapun , yang mana pada komunitas Batak yang menganut patrineal membuat anak bungsu lebih terbatas dibandingkan dengan yang ada pada derajat para abangnya.

Silau Raja selaku anak bungsu, yang dalam kenyataannya adalah juga berbakat seorang pengembara. Pada mulanya sebelum perjalanannya semakin jauh maka di daerah sekitar Sianjur Mula-mula masih sempat juga ada meninggalkan seorang istri dan seorang putra yang diberinya nama Malau Raja.

Dalam perantauannya sesuai pengembaraan menuju kembali ke tempat asal muasal nenek moyangnya ternyata Silau Raja kemudian kawin lagi di daerah Salaon dengan seorang putri dan memberikannya tiga orang putra yaitu Manik Raja, Ambarita Raja dan Gurning Raja. Yaitu anak-anak yang lahir dikomunitas daerah yang didirikannya kemudian.

Daerah Sianjur Mula-mula sebagai daerah yang terletak diujung sebelah utara Pulau Samosir atau berbatasan dengan daerah Aceh. Pada masa mula-mula adanya Si Raja Batak telah lebih dahulu dimasuki oleh manusia-manusia urban yaitu manusia-manusia Proto Malayan yang datang dari semananjung Malaya. Manusia - manusia urban tersebut sudah datang sejak abad sebelum masehi dan hidup secara nomade/ berpindah-pindah didalam hutan belantara pulau Sumatera bagian utara.

Wilayah Sumatera bagian utara telah terdapat manusia-manusia Proto Malayan yang migrasi dari Yunan ataupun semenanjung Birma/Siam, migrasi yang sejak abad pertama telah terjadi. Para migran ini menghuni hutan belantara disana secara berpindah-pindah/nomade, semua ditentukan oleh kepala suku dan tempat tersedianya makanan. Hidup mereka hanya berjalan sederhana dan primitive dan splendid isolation atau tidak berbaur dengan pihak manapun.

Migrasi itu terjadi akibat adanya kebutuhan akan rempah-rempah yang banyak ditemukan dihutan Sumatera khususnya kemenyan . Hal itu mendorong manusia-manusia untuk melakukan eksplorasi hutan untuk mendapatkan rempah-rempah. Rempah-rempah menjadi mata dagangan utama, sekaligus juga telah mengusik manusia Proto Malayan yang terdapat mula-mula disana.

Perdagangan rempah-rempah semakin membuat daerah Sumatera bagian utara lebih banyak dimasuki oleh para saudagar dan kapalnya dan memberikan kontribusi pengaruh atas peradaban disana. Hanya pasti jelas saudagar-saudagar tersebut tidak pula memberikan kontribusi pada pembangunan manusia-manusia disana, hanya butuh rempah-rempahnya saja dan itu dilakukan dengan membawa budak-budaknya dan juga menangkapi manusia-manusia yang ditemukannya disana yang bisa pula untuk dijadikannya sebagai budak.

Perkembangan selanjutnya para saudagar-saudagar tersebut membuat base camp/agen dagang atau daerah kekuasaannya dan masing-masing para saudagar yang datang berbuat pula demikian. Padahal saudagar-saudagar itu ada yang dari Eropa, Arab, China dan India, dan sebanyak itulah mereka membuat daerah kekuasaannya masing-masing.

Dalam daerah kekuasaan tersebut dalam peningalan sejarah dapat dikenal adanya komunitas India dan candi Portibi di Barus, sedangkan di daerah Perlak sebagai komunitas Arab , di daerah Jambi sebagai komunitas yang dimulai dari India kemudian China sedangkan saudagar Eropa hanya berkuasa dikapal-kapalnya dan kuat berkuasa di pelabuhan Barus.

Masuknya berbagai suku bangsa di pelabuhan Barus membuat Barus dikenal sebagai Negara Lima Pulau Barus yang artinya disana terdapat lima suku bangsa besar yang saling ketergantungan untuk mengeksplorasi hutan guna memperoleh rempah-rempah. Lima suku bangsa tersebut tak lain dari Eropa, China, India, Arab dan Melayu atau Proto Malayan Primitif.

Pelabuhan Barus menjadi sentra bisnis yang diperhitungan secara internasional pada masa itu, membuat Negara/Kerajaan asal muasal dari suku bangsa yang datang tersebut berusaha untuk menguasai Barus. Silih berganti kekuatan datang menyerang dan memperebutkan pelabuhan Barus, dan berlangsung berabad-abad sampai akhirnya Barus itu sendiri habis dan ditinggalkan oleh akibat peperangan.

Si Raja Batak adalah komunitas Proto Malayan yang datang pada abad 12 disaat terjadinya serangan tentara Grahi di pelabuhan Barus . Pelabuhan Barus dapat direbut tentara Grahi dan menguasainya berpuluh tahun. Namun akibat Kerajaan Grahi yang berada di selatan Thaliand telah dimusnahkan oleh serangan tentara Siam membuat tentara Grahi yang ada di Barus terpaksa tertinggal di Barus dan kemudian melarikan diri kedalam hutan.

Sisa tentara Grahi ini terpaksa melarikan diri. Ada yang berlayar keluar Barus dan ada yang melarikan diri ke dalam hutan. Mereka yang lari masuk ke dalam hutan bisa pula sampai di Pusuk Buhit dan tempat itulah dijadikan perkampungan baru mereka dan diberi nama Sianjur Mula-mula.

Kata Sianjur Mula-mula adalah kata yang dalam bahasa batak sulit pula dicarikan arti kecuali menjadi nama suatu tempat asal muasal. Penulis menganggap kata Sianjur Mula-mula adalah perpaduan kata dari bahasa Grahi dan bahasa Sansekerta atau bahasa Tambraligga. Nama tersebut merupakan nama tempat yang diberikan tentara Grahi yang mengungsi itu dan dimaksudkan sebagai suatu tanda deklarasi atas pengakuan terhadap kekuasaan Siam dimasa itu.

Deklarasi dimaksud untuk mendapatkan perlindungan dan agar tidak mendapat serangan dari pihak manapun, karena dengan mendeklarasikan bahwa mereka adalah bagian dari kekuasaan Siam maka akan selamat dari ancaman serangan pihak manapun. Kata Sianjur Mula-mula boleh jadi berasal dari kata SIAM + JUR + MULAMULA.

Silau Raja dalam pengembaraannya yang juga adalah anak seorang bekas tentara kerajaan tentu mempunyai pengetahuan dan naluri menjadi seorang patriot dan pemimpin. Hal itu menjadi potensi yang cukup baik baginya untuk bisa menguasai setiap komunitas-komunitas manusia proto Malayan yang ditemuinya dimanapun dalam perjalanannya saat itu. Kelebihan yang ada pada Silau Raja yang mudah dapat beradaptasi cepat dengan manusia-manusia proto Malayan selaku komunitas primitive membuat Silau Raja untuk mudah pula menjadi pemimpin dan sangat memuluskan setiap perjalanannya.

Secara geografis di abad ke-12 maka daerah Sianjur Mula-mula saat itu diapit oleh masing-masing wilayah kekuasaan ;

a. Sebelah timur laut terdapat Kesultanan Perlak yaitu kesultanan yang didirikan para saudagar Turky, Persia, Mesir, Arab, Qurais terutama kaum Ummayah dan Kesultanan Daya Pasai oleh dynasty Fathima. Kesultanan ini didirikan dalam rangka tempat transit setiap perjalanan dagang rempah-rempah antara China dan Persia. Daerah Perlak sengaja dikuasai dan membuat manusia-manusia proto malayan disana sebagai budaknya.

b. Sebelah selatan/tenggara terdapat Kerajaan Criwijaya/ Melayu Jambi, yang didirikan para saudagar-saudagar India tetapi sayang pada abad 7M oleh bantuan Dinasty Syalendra yang datang dari China menguasai Criwijaya dan mendirikan kerajaan baru yaitu Kerajaan Sriwijaya serta memindahkan pusat kerajaan ke darah sungai Musi.
c. Sebelah selatan/barat daya terdapat pelabuhan Barus yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah saat itu dan hampir seluruh bangsa-bangsa datang kesana dengan membawa pengaruh masing-masing.

d. Sebelah barat laut/utara hanya terdapat berbagai manusia-manusia proto Malayan dan merupakan tempat awal para proto malayan mendarat di tanah Sumatera dan terutama didaerah Singkil.

Keadaan geografis demikian sangat mempengaruhi perjalanan dari pada Saribu Raja dan Silau Raja, dan membuat mereka harus bisa beradaptasi dan membawakan dirinya di setiap tempat dan komunitas yang ditemuinya. Untuk itu mereka mempunyai cara masing-masing sehingga untuk mengawini wanita ditempat yang ditemuinya itu dilakukan mereka juga.

Akan halnya dengan Silau Raja, sebelum perjalanannya makin jauh dari Sianjur Mula-mula masih beruntung sudah mempunyai anak yang lahir dahulu di daerah yang masih dekat dengan Sianjur Mula-mula – Rianiate yaitu anak pertamanya yang bernama Malau Raja. Kemudian mempunyai anak lagi dari istrinya yang berikutnya yaitu Manik Raja, Ambarita Raja dan Gurning Raja yaitu anak-anaknya yang lahir di daerah rantau berikutnya yakni di daerah Salaon.

Setiap anak-anak yang telah lahir itu hanya ditinggalkannya bersama istrinya dan datang dan kembali lagi sesuai dengan keperluannya sebab Silau Raja sendiri tetap berjalan sesuai pengembaraannya. Pengembaraan dimaksud tidak pula lagi hanya untuk mencari jalan menuju tempat asal muasal nenek moyangnya tetapi bertambah dan sudah lebih terfokus mencari keperluan hidup dan hasil mata pencaharian mengingat pada keperluan anak istrinya. Didaerah Sianjur Mula-mula, Silau Raja tidak dapat mempunyai kebebasan untuk mencari nafkah karena terbuang dari komunitas keluarga .

Saat itu bertentangan pula dengan abangnya, membuatnya tidak mendapat hak dan tidak mungkin dapat mengelolah tanah sekitar Sianjur Mula-mula untuk bisa diusahakannya sebagai areal pertaniannya. Kesulitan itu membuat Silau Raja harus berjuang dan terus mencari nafkah bagi anak istrinya jauh ke negeri-negeri lain dan atau hutan belantara lain, sambil mencari jalan untuk bisa sampai ke daerah asal nenek moyangnya.
Keadaan demikian itulah yang memaksanya harus selalu meninggalkan anak istrinya dan akan kembali setelah memperoleh hasil yang bisa dibawa pulang kepada anak istrinya tersebut.

Hal itu pula maka pada saat anaknya Malau Raja sudah besar dimana di daerah Sianjur Mula-mula sudah timbul system kemasyarakatan sebagai aturan hidup dikalangan orang batak disana, maka anaknya Malau Raja-lah yang tampil sebagai wakil dari pada bapaknya. Penampilan Malau Raja selaku anak tertua dari Silau Raja membuatnya kemudian lebih dikenal dibandingkan dengan nama bapaknya. Tugas dan kewajiban Malau Raja sebagai wakil bapaknya tidak pula hal yang sepele sebab Malau Raja juga harus mampu menjadi pengganti orangtua bagi seluruh adiknya.

Aspek lain , dikalangan keluarga besar kakek neneknya maka Malau Raja lebih mudah diterima dibandingkan bapaknya Silau Raja. Mengingat Silau Raja pernah dianggap telah melakukan penghianatan membocorkan rahasia rencana keluarga untuk melenyapkan Saribu Raja pada masanya. Sedangkan pada Malau Raja tidak akan menyimpan dendam atau sakit hati seperti rasa sakit hati yang ada pada Silau Raja bapaknya yang terusir tersebut. Kakek nenek Malau Raja tentu mampu pula memberikan hati dan simpati kepada Malau Raja sehingga Malau Raja-lah yang selanjutnya dipasang sebagai keturunan keluarga yang paling bungsu dan melupakan nama Silau Raja.

Tugas yang ada pada Malau Raja membuatnya harus bisa mengurusi adik-adiknya dan kemanapun Malau Raja pergi kesana pula para adik-adiknya ikut serta. Malau Raja ternyata sangat mampu menjalankan peran pengganti bapaknya, dan terlihat pula hasilnya sampai saat ini dimana setiap ada perkampungan baru yang dibuka para keturunan Malau Raja maka para keturunan adik-adiknya terdapat pula disana. Tidak hanya itu pada masa lalu tidak jarang terdapat dalam satu rumahpun terdapat disana keturunan Malau Raja bersama keturunan Manik Raja, Ambarita Raja dan Gurning Raja. Mereka menjadi satu kelompok yang tak terpisahkan dan sepenanggungan sangat erat hubungan persaudaraanya.

Dengan tampilnya Malau Raja sebagai pengganti bapaknya Silau Raja didalam semua kegiatan dan keperluan dalam tatanan masyarakat Sianjur Mula-mula maka terselamatkan sudah benang merah asal-usul para keturunan Silau Raja dalam masyarakat Sianjur Mula-mula dan hingga sampai saat ini Malau Raja, Manik Raja, Ambarita Raja dan Gurning Raja tetap sebagai bagian dari masyarakat Batak.

Bagaimana dengan Silau Raja yang disatu sisi pergi dan kembali dari perjalanan sedangkan hak dan kewajibannya sudah lebih diakui diwakili oleh anaknya sendiri Malau Raja, tentulah mengalami sesuatu hal yang tidak begitu mudah saja diterimanya. Sesuatu internal konflik tentu saja bisa timbul bergejolak pada hatinya dan bisa saja menimbulkan frustasi lain, sehingga memilih untuk pergi saja menjauh, pergi lagi lebih jauh dan lebih jauh berjalan mengikuti pengembaraannya.

Masyarakat Pulau Samosir khususnya di Huta Malau, mengklaim bahwa daerah itu dahulunya pernah dilalui oleh Silau Raja atau tempat itu sampai sekarang disebut tempat Pamolusan ni Silau Raja. Hal yang bisa saja dibenarkan karena Silau Raja sendiri selalu berpergian merantau mencari nafkah dan untuk keperluan lainnya.

Kemanakah selanjutnya Silau Raja pergi , bagaimana dengan hatinya yang tidak diakui keluarganya lagi karena keluarga sudah lebih mengakui keberadaan anaknya Malau Raja, apakah yang bisa diperbuat Silau Raja selanjutnya ; mungkin hanay satu jawabnya ; pergi sejauh mungkin dari komunitas orang tuanya, pergi dengan membawa kepedihan dalam hatinya, terpaksa pergi bukan pula karena kesalahannya, pergi dengan tangis yang bertanya-tanya dan tanpa ada pula jawabannya , mungkin hanya langit jualah yang bisa menjawab. Dimana pula pusara SiLau Raja ?

Kepergian itu telah menjadikan kehidupan yang baru terjadi pada diri Silau Raja, kepergian tak lagi terbebani akan keperluan anak dan keluarga kepergian yang membawa kegetiran hatinya, kepergian tanpa beban dan kepergian yang hanya membawa dirinya untuk pulang ke daerah asal muasal nenek moyangnya.

Seperti diketahui daerah Tambralingga atau Grahi tersebut ada berada disebelah timur laut dari Sianjur Mula-mula, yaitu daerah tempat Kerajaan Grahi berada dan letaknya antara semenanjung Malaya bagian utara dengan Thailand bagian selatan. Maka dalam mencari arah tersebut dengan berpedoman pada kompas bintang dilangit, Silau Raja pergi meninggalkan tanah Sianjur Mula-mula , pergi sebagaimana petunjuk bintang dilangit, pergi menembus hutan belantara, pergi dengan hati yang keras dan dingin, tekadnya yang kuat, pergi dengan kebenaran hatinya saja, pergi atas kebenaran yang tiada orang lain mengerti, pergi mengalahkan hatinya untuk tidak menyakiti hati para keluarganya sendiri.

Perjalanannya secara fisik tidaklah sesuatu kendala berarti baginya karena Silau Raja sendiri sudah terbiasa pergi menembus hutan belantara, dia sudah terbiasa dengan medan hutan dan selalu bisa menyesuaikan dirinya dengan keadaan apapun disetiap tempat yang ditemuinya. Perjalanannya tanpa disengaja dan tidak disadari oleh Silau Raja ternyata membawanya sampai ketempat baru, tempat mana terdapat Kesultanan Perlak. Daerah yang secara geografis maka hanya dengan menyeberang lautan sudah akan bisa mudah sampai ke Grahi daerah nenek moyangnya.

Didaerah Perlak, Silau Raja bergaul dengan para saudagar-saudagar disana dan ternyata berkenalan pula dengan seorang putri dari kalangan saudagar. Silau Raja sendiri bukan pula sulit untuk menyesuaikan diri disetiap tempat yang ditemuinya. Pengetahuannya dan penampilan fisik yang ada padanya mempermudah dia untuk dikenal siapapun. Hal yang ada pada Silau Raja itu , menjadikannya untuk sangat mudah dikenal para saudagar-saudagar dan saudagar-saudagar itu mengenalnya sebagai orang yang berbeda dari orang primitive lainnya.

Silau Raja sangat kentara berbeda dengan para manusia pagan lainnya didaerah Perlak dan atas kemahiran dari Silau Raja membuat para saudagar-saudagar daerah Perlak berniat mengajaknya untuk kerja sama. Mereka mengajak Silau Raja bergabung dengan para saudagar-saudagar disana dalam mengelolah dan mengendalikan jalur rempah-rempah.

Hasilnya Silau Raja bisa menjadi orang kaya sama dengan para saudagar-saudagar dan membuatnya lupa untuk meneruskan perjalanannya ke tempat asal muasal nenek moyangnya. Silau Raja menyesuaikan diri dengan kehidupan para sudagar-saudagar yang mayoritas adalah saudagar-saudagar Arab, Mesir, Persia dan Qurais. Silau Raja menggunakan namanya sesuai bahasa dan dialek para saudagar Arab/Mesir tersebut, tidak digunakannya lagi kata Raja, karena kata raja berbau Hindu dan juga dia sendiri dianggap masih kaum pagan .

Silau Raja menyesuaikan namanya dan memakai kata dalam bahasa Arab/Mesir dan menyebut namanya menjadi Marah Silu yang artinya juga adalah Silau Raja . Marah atau Meurat atau Mora mempunyai arti Raja ( bahasa Arab-Persia)

Melihat hal tersebut maka sangat masih bisa diyakini bagaimana adanya perjalanan dari pada Silau Raja tersebut yang tadinya bermaksud pulang ketempat asal nenek moyang malahan bergabung dengan para saudagar di Perlak. Perjalanan yang berkelanjutan dan yang hanya tahu arah seterusnya dan terus kearah timur dan yang memungkinkan Silau Raja dalam perjalanannya itu, masuk juga melintasi daerah Kerajaan Nagur.

Kerajaan Nagur yang menurut cerita dibangun dan didirikan saudagar-saudagar Gujarat dibawah kendali Dinasty Fatimah. Namun sampai saat ini tidak pula jelas dimana letak geografis dari pada Kerajaan Nagur tersebut, bahkan tidak ada pula benda peninggalan yang membuktikan adanya Kerajaan Nagur. Cerita yang mengatakan Kerajaan Nagur berada di daerah Simalungun maka timbul pertanyaan apakah istilah Simalungun sudah ada pada tahun 1200M yaitu sejak yang dikatakan Kerajaan Nagur ada pada tahun 1200M ?

Hal tersebut membuat ketidak benaran semakin nyata karena kata Simalungun atau daerah Simalungun ada dan dikenal baru pada tahun 1339M. Simalungun dikenal dengan arti daerah-daerah yang sunyi penuh dengan kesaduhan dan kerinduan pada kampung halaman. Simalungun menunjukkan pada tempat pedalaman hutan dalam mencari nafkah atau tempat mencari hasil hutan, sehingga orang yang pergi kesana akan tersiksa hatinya dan merasakan begitu sunyi dan sendirinya dalam hutan tersebut dan merasakan rindu untuk cepat pulang. Arti bebas dari kata si-malungun itu adalah si-peng-impian atau orang yang mengimpikan sesuatu.

Pada tahun 1300-an daerah Simalungun sekarang adalah tempat para orang-orang Batak untuk pergi mencari hasil hutan/manombang dan baru saat datangnya Raja Indrawarman yaitu Raja yang lari dari Darmacraya – Jambi yang oleh karena akan diserang tentara Majapahit melarikan diri masuk ke hutan-hutan daerah Simalungun dan medirikan Kerajaan Silo. Jadi istilah Nagur dalam buku dan catatan sejarah mengatakan ada pada tahun 1200M sedangkan istilah Simalungun ada disaat Raja Indrawarman mendirikan Kerajaan Silo ditahun 1300-an dan tidak ada pula dalam catatan atau kronik sejarah pada kurun sebelum tahun 1200 yang telah mengenal istilah ini.

Hal itu tentu sekalian menjawab argument berbagai kalangan yang mengatakan leluhurnya berasal dari Nagur dan sudah berada didataran sumatera bagian utara jauh sebelum abad masehi tiba padahal catatan sejarah tidak ada yang pernah mencatatkan istilah Nagur atau Simalungun sebelum tarikh tahun 1200-1300M. Hal lain yang bisa saja terjadi jika orang-orang tersebut memang mengambil garis leluhurnya dari kalangan proto Malayan yang diperistri oleh leluhur batak walaupun hal ini mempunyai kelemahan karena kaum proto Malayan tentulah mempunyai keterbatasan untuk mencatatkan riwayat sejarahnya. Pada masa itu yang mempunyai kemampuan hanyalah para saudagar maupun pendeta Budha-Hindu.

Dalam sejarah Kerajaan Nagur yang diceritakan tersebut, ada yang dikenal dengan seorang bernama Marah Silu. Marah Silu adalah Raja Pertama dari pada Kerajaan Samudera Pasai yang bukan dari kalangan Gujarat atau yang bukan dari keturunan kaum saudagar melainkan dari golongan batak pagan.

Kata Nagur sulit dicari artinya dalam bahasa batak maupun bahasa melayu atau bahasa Indonesia, namun kata nagur dengan kata sianjur bisa mempunyai splelling yang sama ; na – gur dan sian – jur , penekanan pada gur dan jur menunjukkan kata tunjuk . Dengan demikian tentu dapat diperoleh arti dari pada na- gur berarti dari gur (tempat) . Begitu juga dengan kata sian – jur berarti dari jur (tempat), sehingga Nagur dan Sianjur adalah tempat yang sama yaitu Sianjur Mula-mula.

Kecuali itu kata na-gur paling dekat dikenal dengan istilah di Asia Barat dan Asia Tengah yaitu dalam istilah Kle-Gur yaitu istilah terhadap tentara primitive atau animal warriors atau Krugs pada masa Kingdom of Ehb. Hal demikian sama saja dengan para saudagar dari Arab , Persia, Gujarat dan Eropa dalam memandang kaum pribumi di Sumatera dengan sebutan kaum Nagur atau istilah lain kaum batak pagan.

Perlu juga diperhatikan bahwa kata Sianjur Mula-mula dalam bahasa batak yang ada juga tidak banyak dapat mengartikannya kecuali sebagai nama tempat asal muasal. Seperti dijelaskan diatas bahwa tentara Grahi yang ada di pelabuhan Barus tidak mudah kembali ke Grahi. Sedangkan Grahi telah dikuasai pula oleh tentara dari Siam. Dari itu kata Sianjur Mula-mula bisa saja merupakan suatu deklarasi dari para bekas tentara tersebut untuk menyatakan bahwa mereka adalah bagian dari pada Kerajaan Siam yang ada di Sumatera.

Peradaban masa itu memberikan pengetahuan bagi manusia untuk meniru apa yang sudah ada dan dipandang lebih baik tak terkecuali untuk meniru atau menyebutkan nama sesuatu asal usul untuk nama tempatnya yang baru. Bila diperhatikan nama-nama dari leluhur orang batak seperti : Guru Tatea Bulan, Isumbahon , Uti Raja/Miok-miok, Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja , Silau Raja,atau nama Sorimangaraja jelas bukanlah menggunakan bahasa Batak yang dikenal saat sekarang ini. Nama Sorimangaraja dapat berarti Sri Maharaja jelas nama dari istilah sansekerta atau istilah yang dikenal dalam Kerajaan Sriwijaya . Hal ini memberikan bukti yang kuat bahwa leluhur orang batak atau si Raja Batak tersebut adalah orang yang datang masuk ke daerah sumatera bagian utara. Jelas bukan orang yang berasal dari kaum primitive atau bukan pula dari kaum Melayutibres yang sudah ada kemudian mengalami evolusion.

Sianjur Mula-mula bisa saja berasal dari kata “Siam” dan “Lajur” serta “Mula-mula” yang dapat diartikan Negeri Kekuasaan Pertama dari Garis Kerajaan Siam di Sumatera / negeri tahlukan Siam. Deklarasi demikian perlu agar mendapat hormat dan pengakuan dan agar tidak diserang oleh kekuasaan lain pula. Karena Kerajaan Siam merupakan Kerajaan yang berkuasa besar pada saat itu dan kekuasaannya meliputi Indocina dan seluruh semenanjung Malaya.

Dalam buku-buku sejarah Arab yang mengatakan Marah Silu adalah seorang dari kerajaan Nagur. Untuk itu sangat dapat diartikan Marah Silu adalah mistery dari Silau Raja , yang oleh karena Silau Raja telah menganut agama Islam dan bergaul dengan saudagar-saudagar Arab membuat asal usulnya menyebut dengan demikian yaitu kerajaan nagur atau yang tak lain kerajaan dari sianjur.

Silau Raja tidak lagi memakai bahasa yang dari Sianjur Mula-mula melainkan bahasa yang ada dikaumnya yang baru yaitu bahasa yang dipengaruhi oleh Arab / Masir / Persia / Gujarat. Silau Raja tidak lagi menyebut dirinya dengan bahasa lamanya yaitu berasal dari Sianjur Mula-mula melainkan dengan bahasa yang baru pada kaumnya tersebut. Tetapi menunjukkan asal tempat yang artinya sama, yaitu dari tempat bernama Gur atau Jur atau na - gur atau sian – jur.

Silau Raja tidak bermaksud menutupi cerita dirinya namun cerita yang tumbuh yang menggiring sedemikian dan cerita pula yang diingat oleh orang-orang, sehingga ada berbagai kebenaran yang terpenggal dan dilupakan.

Kerajaan Nagur merupakan kerajaan Batak pagan yang didirikan oleh para Proto Malayan yang terdahulu masuk ke Sumatera yaitu komunitas primitive dan bertumbuh dengan masuknya berbagai pengaruh kepada komunitas tersebut terutama pengaruh dari saudagar-saudagar Gujarat yang dibawah kekuasaan Dinasty Fatimah sehingga membangkitkan mereka untuk membangun suatu pemerintahan dan kerajaan yang disebut Kerajaan Nagur.

Bahwa nama Mara Silu dalam literature marga-marga orang batak tidak ada didapati marga dan identitas marga yang sama seperti itu. Padahal sangat banyak buku menceritakan akan halnya Marah Silu adalah seorang batak pagan yang diwajahnya jelas bertatto selaku keturunan raja pada masa itu. Dan oleh karenanya tentu nama tersebut adalah nama dari suatu orang batak yang telah sengaja untuk menghilangkan identitas batak pagan yang ada padanya pada masa itu dan tentu bukan pula dari kalangan proto Malayan yang ada.

Kalau kita ingat sebelumnya si Raja Batak berasal dari bekas tentara Grahi yang datang dari daerah Bai Tak yaitu daerah sungai Pahang di Pattani. Daerah ini sangat berdekatan dengan Lin’i/Campa atau Vietnam dan saling berhubungan selaku bagian bekas pengaruh dynasty Sanjaya yang direbut oleh Kerajaan Sriwijaya sejak abad 7-12M. Hubungan diantara kedua daerah ini tentu mengakibatkan hubungan budaya pula, tak terkecuali budaya dalam memakai tattoo diwajah khususnya bagi para pembesar. Karena itu Silau Raja sebagai cucu si Raja Batak termasuk juga mempunyai budaya menggunakan tattoo diwajahnya.

Nama Marah Silu jelas mempunyai persamaan arti yang sama dengan kata Silau Raja, dan hal ini telah membuat penulis mempunyai dugaan yang kuat bahwa yang empunya nama tersebut adalah bagian dari Silau Raja. Marah Silu berasal kata dari kata Marah , meura, morat = Raja dan ditambah kata “silu” dari kata silau yang dengan penyebutan cepat menjadi silu.

Hal tersebut sangat dimungkinkan mengingat Silau Raja yang tidak lagi mendapat tempat di Sianjur Mula-mula membuatnya harus keluar pula dari sana dan pergi merantau keluar dari Sianjur Mula-mula. Satu pilihan yang masuk akal adalah kembali kekampung halaman atau kembali keasal usul nenek moyangnya di Grahi. Untuk kembali tersebut ditempuhnya dengan jalan darat dan mengikuti kompas yang ditunjuk oleh bintang dilangit.

Kepergiannya tersebut bisa juga telah bersama para keturunan dari Si Raja Batak lainnya atau bisa juga hanya sendiri namun Silau Raja melakukan adaptasi dan penyesuaian atau dengan mengajak dan menguasai para suku Proto Malayan yang sudah ada di Sumatera bagian utara tersebut. Perjalanan itu telah membuatnya untuk mendirikan komunitas baru dan akhirnya menjadi kerajaan yang boleh jadi itulah yang disebut Kerajaan Nagur. Atau bisa saja kata nagur itu untuk mengatakan asal usulnya berasal ; dari- Gur atau na-Gur.

Marah Silu yang sebelumnya adalah seorang batak pagan disebut-sebut mempunyai tattoo diwajahnya dan memepunyai juga tanda - tanda seorang putra raja lainnya , yang tidak dapat hapus sepanjang hidupnya. Dikatakan pula sebagai orang yang memakan cacing dan dalam dongengan masyarakat daerah Pasai tidak pula dikenal pasti asal usulnya kecuali hanya seorang anak dari bukit Pasai.

Dalam Hikayat raja - raja Pasai dikenal dongengan yang diceritakan sebagai berikut ;
Ayah Marah Silu adalah Marah Gajah dan ibunya adalah Putri Betung yaitu putri angkat dari raja Muhammad. Putri Betung mempunyai sehelai rambut pirang dikepalanya. Ketika rambut pirang itu dicabut oleh Marah Gajah, keluarlah darah putih. Setelah dara putih itu berhenti mengalir, maka hilanglah Putri Betung. Peristiwa itu didengar oleh ayah angkat putri Betung dan membuatnya marah sehingga segera mengerahkan orang-orangnya untuk mencari Marah Gajah.
Marah Gajah yang ketakutan karena kehilangan putri Betung lari menyingkir kerumah ayah angkatnya yang bernama Ahmad. Raja Muhammad dan Raja ahmad adalah dua bersaudara, tetapi akibat peristiwa putrid Betung diatas terjadilah bentrokan antar dua bersaudara tersebut dan kedua-duanya tewas demikian juga Marah Gajah ikut mati terbunuh.
Dua orang putra yang ditinggalkan oleh putrid Betung bernama Marah Sum dan Marah Silu, mereka berdua meninggalkan tempat kediamannya dan mulai hidup mengembara. Marah Sum kemudian menjadi raja di Birun.
Marah Silu membuka tanah dihulu sungai Peusangan. Setiap waktu senja Marah Silu memasang lukah, tetapi setiap pagi lukah itu diangkatnya dari dalam sungai isinya cacing. Karena marah , cacing itupun direbusnya. Marah Silu keheranan karena ketika membuka tutup kuali malahan emas yang ada dilihatnya. Perebusan cacing itu dilakukan oleh Marah Silu berulang-ulang, sehingga tersiar dongengan bahwa Marah Silu pemakan cacing sehingga membuat abangnya Marah Sum untuk mengusirnya dan selanjutnya Marah Silu pergi kenegeri Rimba Jirun kemudian Samudera Pasai. Ia mendirikan istana diatas bukit yang hanya didiami oleh seekor semut yang sangat besar. Semut itu oleh orang setempat disebut semut dara.

Hanya demikian sederhananya cerita asal-usul Marah Silu tersebut tetapi yang paling menarik adalah Marah Silu adalah seorang pengembara, orang tuanya telah meninggal dan mempunyai orangtua angkat di Perlak serta tinggalnya di bukit berarti pula mempunyai bibit Proto Malayan.

Justru lebih menarik lagi jika dipertanyakan, darimana ada orang pribumi atau batak pagan atau seorang proto Malayan yang terdapat di daerah Perlak tersebut , yang pintar dan yang telah mampu membaca menulis.
Tidak mungkin ada saudagar yang mau mengajari pribumi menjadi pintar karena para saudagar lebih membiarkan pribumi tersebut untuk tetap tertinggal/bodoh karena hal itu akan menguntungkan para saudagar.

Para saudagar di Perlak pada saat itu hanyalah kaum Arab ataupun kaum Persia maka selain itu yang mungkin ada seorang yang sudah tergolong pintar tentulah kaum pendatang lainnya. Jika sosok dan postur tubuh tergolong sama dengan pribumi maka kemungkinan besarnya adalah pendatang lain yang berasal dari Asia tenggara juga.

Pendatang lain yang rasnya proto Malayan/ melayutibres yang mungkin bisa sampai di Perlak pada masa itu adalah paling mungkin hanya bisa dilakukan oleh bekas tentara Grahi yang pernah masuk lewat Barus atau keturunannya. Dari mereka inilah yang paling sama atau yang tepat disebut orang pribumi atau batak pagan yang sudah pintar dan bisa baca tulis dan berperawakan sebagai keturunan raja.

Pada masa Silau Raja berada di Perlak tersebut dan dengan segala keberhasilannya berteman dengan para saudagar - saudagar disana membuatnya menjadi kaya dan berhasil pula menikahi seorang putri dari Kesultanan Perlak. Putri tersebut bernama Putri Gangang Sari. Tidak hanya demikian saja ternyata oleh para dinasty Mamaluk yang datang untuk merebut kembali Pasai sedang mencari seorang putra pribumi diluar dinasty Arabian guna dijadikan Sultan .

Dinasty Mamaluk tersebut bertemu dengan Marah Silu dan mengajaknya dalam suatu tugas dan kerja sama. Marah Silu tentu bukan putra pribumi yang sembarangan pada saat itu dan tentu karena memang seorang yang sudah mempunyai pengetahuan dan keahlian sehingga memanfaatkan ajakan dari Laksamana dynasty Mamaluk dimaksud. Marah Silu diajak bekerja sama untuk merebut kembali daerah Pasai yang pada saat itu sedang dikuasai oleh para saudagar Gujarat – Johan Jani yaitu setelah diambil alih para saudagar Gujarat dari tangan dinasty Fatimah.

Dari laut Pasai diserang dinasty Mamaluk sedangkan dari darat diserang tentara batak dipimpin oleh Marah Silu dan serangan itu berhasil sehingga pada tahun 1285 berakhirlah kekuasaan sultan Pasai mazhab Syiah. Timbullah kesultanan baru yang beraliran mazhab Syafi’i dibawah pimpinan Marah Silu.

Marah Silu kemudian ditabalkan menjadi sultan Negara Samudera/Pasai yang pertama dengan nama berubah menajdi Sultan Malikul Saleh. Pengangkatan ini sendiri diperlukan oleh dynasty Mamaluk dari Mesir dengan pertimbangan ;

a. dinasty Mamaluk memerlukan orang asli/pribumi yang kuat dan beragama Islam mazhab Syafi’i.

b. menurut pendapat Syaikh Ismail, Marah Silu mempunyai kemampuan untuk membasmi aliran Syiah yang merajalela di pantai timur Sumatera.

c. Dynasty mamaluk mengaharapkan Marah Silu akan sanggup mengambil alih dagang lada dari tangan para pedagang Persia, Arab dan Gujarat yang beragama Islam mazhab Syiah tersebut.

Sebagai catatan perlu diingat bahwa pimpinan kerajaan / kesultanan pada saat itu baik di Pasai, Peurlak ataupun di kerajaan Jambi atau Sriwijaya haruslah dari keturunan dari pada dynasty yang berkuasa . Karena itu untuk daerah Pasai maupun Perlak maupun Temiang pimpinannya adalah keturunan dari pada saudagar-saudagar kaya baik dari dinasty Fatimah/ Mesir atau juga dari dinasty kalifah Ummayah/ Damaschus/ Baghdad.

Marah Silu alias Sultan Malikul Saleh ternyata berjaya memimpin Negara Samudera Pasai dan mengakibatkan kesultanan Perlak yaitu kesultanan dari pada mertuanya mengalami kemunduran. Samudera Pasai menjadi Bandar utama di pantai timur Sumatera bagian utara. Dengan perkawinannya bersama putri Ganggang Sari, Marah Silu mempunyai dua orang putra bernama ;

1. yang sulung bernama Mohammad atau Sultan Mohammad Malikul Thahir yang setelah Marah Silu mangkat diangkat menjadi Sultan Samudera Pasai II.

2. yang bungsu bernama Abdullah atau Sultan Malik Ul Mansur, dan selanjutnya menyeberang masuk kepada agama Islam mazhab Syiah dan pada tahun 1295 mendirikan kesultanan Aru Barumun.

Negara Samudera Pasai selanjutnya dipimpin secara beruturut-turut oleh dynasty Marah Silu dengan tetap memeluk agama Islam beraliran mazhab Syafi’i. Dalam nisan yang tertulis pada nisan Sultan NAHRISYAH pada tahun 1428M / 831H telah tertulis dengan jelas dan dalam nisan tersebut terdapat ayat – ayat Al’quran seperti ayat Kursi, surat Yasiin, Dua kalimat sahadat, pujian kepada ALLAH SWT, pujian kepada Nabi MUHAMMAD SAW. Tulisan tersebut dibuat dengan huruf Arab bergaya Nash dan Kuffah.

Kemudian nisan tersebut menjelaskan adanya 5 (lima) orang Raja yang memerintah di Samudera Pasai yaitu ;

1. Marah Silu alias Malikul Saleh Sultan I 1285 – 1297.
2. Sultan Mohammad Malikul Thahir Sultan II 1297 - 1326.
3. Sultan Ahmad Bahian Syah Sultan III 1326 - 1349
4. Sultan Zainul Bahian Syah Sultan IV 1349 - 14??

Kemudian Samudera Pasai dikuasai oleh kekuatan diluar dynasty Marah Silu dan kekuatan itu merupakan keturunan dari Persia yaitu ;

5. Sultan Nahrisyah binti Zainul Abidin Sultan V 1428 wafat

Sedangkan keturunan dari anak Marah Silu yang kedua yaitu sibungsu bernama Abdullah adalah seorang pembangkang yang terpaksa berpindah kembali kepada agama Islam mazhab Syiiah dan mendirikan Kesultanan Aru Barumun. Hal itu terjadi karena pada tahun 1293 oleh armada Kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin putra mahkota bernama Malik Ul Mansur atau Abdullah pergi menyerang daerah penghasil rempah-rempah di daerah Kuntu/Kampar dan pada saat yang bersamaan disana ternyata kemudian daerah Kuntu/Kampar diserang oleh armada perang dari Kerajaan Muar/Malaya.

Malik Ul Mansur atau Abdullah, ditawan oleh tentara Muar dan dibawah ke Muar/Malaya dan dinikahkan dengan putri Nur Alam Kumalasari binti Sultan Muhammad Al Kamil dan membuatnya kembali beragama Islam mazhab Sjii’ah.

Pada tahun 1295 Kesultanan Muar dimusnahkan oleh armada Kerajaan Siam, Muhammad Al Kamil dan putrid Ratna Husiin ditawan dan dibawa lari oleh tentara Siam ke Kerajaan Siam dan wafat disana. Sedangkan Malik Ul Mansur atau Abdullah dan Putri Nur Alam melarikan diri ke Aru/Barumun yang pada saat itu masih daerah tidak bertuan.

Didaerah tidak bertuan inilah Malik Ul Mansur atau Abdullah atas bantuan dari Negara Samudera Pasai mendirikan Kesultanan Aru/Barumun dan kemudian mampu pula melepaskan diri dari Kesultanan Samudera Pasai dan menjadi kesultanan terseniri. Kesultanan Aru/Barumun itu berturut-turut dipimpin oleh sultan ;

1. Sultan Malik Ul Mansur Sultan Aru I 1299 – 1322
2. Sultan Hasan Al gafur Sultan Aru II 1322 – 1336
3. Sultan Firman Ul Karim Sultan Aru III 1331 – 1364
4. Sultan Sadik Al Kudus Sultan Aru IV 1361 – meninggal
5. Sultan Alwi Al Musawwir Sultan Aru V 1361 – 1379
6. Sultan Ridwan Al hafiz Sultan Aru VI 1379 – 1407
7. Sultan Hussin Dzul Arsa Sultan Aru VII 1407 – 1428
8. Sultan Djafar Ali baki Sultan Aru VIII 1428 – 1459
9. Sultan Hamid Al Muktadir Sultan Aru IX 1459 – 1462
10. Sultan Zulkifli Al Majid Sultan Aru X 1462 – 1471
11. Sultan Karim Al Mukdji Sultan Aru XI 1471 – 11489
12. Sultan Muhammad Al wahid Sultan Aru XII 1489 – 1512
13. Sultan Ibrahim Al Djalil Sultan Aru XIII 1512 – 1523

selanjutnya adalah sultan-sultan dibawah kekuasaan Portugis dan yang memberikan kekuasaan Aru Barumun maupun Samudera Pasai kepada legio legio kesultanan Portugis ; seperti kesultanan Atjeh sejak 1523 – 1904 sebagai bagian dari kekuasaan Portugis.

Perlu dicatat pada masa Sultan III di Samudera Pasai yaitu pada tahun 1339 telah datang pula serangan dari kerajaan Majapahit. Serangan ini dibawah pimpinan amangku bumi Gajah Mada yang bermaksud menguasai Samudera Pasai dan tidak berhasil mengalahkan Samudera Pasai sehingga kembali mundur ke Jawa.

Pada tahun 1351 pada masa Kesultanan Samudera Pasai di pimpin oleh Sultan Zainul Bahian Syah / Sultan Zainul Abidin Bachrum Syah yaitu Sultan ke IV diculik tentara Siam. Selama tiga tahun ditawan di Siam, dan akibatnya Kesultanan Samudera Pasai lambat laun merosot, karena orang-orang batak pagan berdatangan di pedalaman Aceh dan berebutan mengambil alih kesultanan Samudera Pasai.

Hal itu semakin dipeburuk pula dengan tertinggalnya pelabuhan Barus sebagai pusat perniagaan dan berpindah ke Samudera Pasai . Pada masa saat masuknya kekuasaan Portugis mengakibatkan Samudera Pasai dapat dikuasai oleh Portugis . Akibatnya Portugis membuat legio – legio kesultanan baru yang sengaja dibentuk oleh Portugis untuk kepentingan Portugis dan memilih orang-orang pilihannya sebagai sultan dari kalangan pribumi yang baik terhadapnya. Kesultanan baru itu seperti misalnya legio sultan Pidie dan legio sultan Aceh.

Kemudian atas prakarsa dari legio sultan Aceh dan yang dimotori oleh 3(tiga) orang putra dan dibantu seorang ipar membangun Kesultanan Aceh dan menahlukkan seluruh miniature-miniature kesultanan yang ada termasuk kesultanan Pidie. Mereka yang mendirikan Kesultanan Aceh itu adalah :

1. Sultan Ali Mukkayat Syah menjadi Sultan Aceh Pertama.
2. Laksamana Tuanku Burhanuddin Syah menjadi sultan muda di Pariaman / Minagkabau selaku bawahan kesultanan Aceh.
3. Laksamana Tuanku Ibrahim Syah menjadi sultan muda di Indrapura/Minangkabau.
4. Panglima Manag Suka yaitu ipar dan adalah orang batak dari tanah Karo Dusun menjadi Sultan di Deli Tua selaku bawahan kesultanan Aceh dan berganti nama menjadi Sultan Makmun Al Rasjiid atau Sultan Deli Tua Pertama.

Dalam buku yang dibuat oleh Meuraksa mengatakan bahwa kata ACEH berasal dari empat huruf yang merupakan akronim dari ;
a. A : dari kata Arab.
b. C : dari kata Campa atau Lin’i atau Vietnam.
c. E : dari kata Eropa
d. H : dari kata Hindu.

Kata Campa dikaitkan pula dengan pengertian dari kata Aceh yang berarti sebagai arti kata “mantir” atau mante yaitu sebagai pecahan suku bangsa Mon Khmer dari Hindia belakang.


KESULTANAN DAYA PASAI

Kesultanan Daya Pasai merupakan bawahan dari kesultanan Mesir dari Fatimah dynasty dan didirikan antara 1128 -1204 Masehi. Pendiri dari Fathimah Dinasty adalah Ubaid ibn Abdillah, seorang keturunan dari Nabi Muhammad SAW.

Pendiri ini mati karena diracun atas perintah Chalifullah Djafar Al Mansur di Bagdag/Irak. Fathimah Dinasty mampu memerintah selama 200tahun di Mesir yaitu 976-1168M. Kota Cairo/Al-qahir didirkan oleh dynasty ini tahun 977 M dan sekolah Al Azhar pada tahun 984M.

Kesultanan Mesir Fathimah dynasty mampu menguasai Italy/Sicilya dan Masillah/Perancisb dan sejak King Solomon/Raja Sulaiman kota Damascus sudah menjadi pusat pendistribusian rempah-rempah yang datang ke situ dari Asia Tenggara. Rempah-rempah yang dibawa lewat jalan laut maupun lewat darat oleh saudagar Tiongkok/Canton semua bertujuan ke Damascus.

Untuk menguasai dan memonopoli perdaganagan rempah-rempah maka dynasty Fathimah melalui angkatan lautnya perlu menguasai negeri asal rempah-rempah tersebut. Karena itu armada laut tersebut menguasai muara sungai Pasai dibagian utara pantai sumatera.

Muara sungai Pasai dipilih oleh angkatan laut Mesir/Fatimiyah karena daerah tersebut sebelumnya melalui orang-orang Parsi/Persia yang pra-Islam sejak abad 5-11 sudah berada disana dan mengakui atas kekuasaan King of Solomon. Terdapat pula didaerah itu kerajaan P’oli sebagai bawahan kerajaan Sriwijaya. (Catatan : Dalam buku Sriwijaya oleh Prof.Dr.Slamet Mulyana telah mengidentifikasi letak P’oli berada dipantai utara Kalimanatan dan adalah sebutan untuk negeri Brunai).

Dimuara sungai Pasai ini , Dinasty Fathimah mendirikan Kesyabadaran Daya/Pasai. Kesyabandaran Daya/Pasai kemudian menjadi Kesultanan Daya Pasai dan dipimpin oleh Laksamana Abdud Al Kamil yaitu seorang Arab dari Karbella, Iraq . Dalam masyarakat yang ada di Daya Pasai yang mayoritas keturunan Gujarat/Persia membuat tatanan social mengikuti kebiasaan orang-orang Cambay/Gujarat-Persia dan beragama Islam mazhab Syi’ah sedangkan pribumi asli dibiarkan tetap pagan agar mudah dikuasai.

Pada tahun 1168-1204 setelah Laksamana Abdud Al Kamil meninggal dunia diganti oleh cucunya bernama Laksamana Kafrawi Al Kamil. Dalam kekuasaan Laksamana Kafrawi Al kamil disaat meguasai Daya Pasai telah menempatkan putra-putranya ditempat strategis dari pada perdagangan rempah-rempah.

Panglima Zulfikar Alkamil ditempatkan di daerah penghasil rempah-rempah sebelah Minangkabau Timur dan Panglima Burhanudin Alkamil ditempatkan di untuk memantau jalur trasportasi rempah-rempah di Aru/Barumun. Panglima Zulfikar Alkamil digantikan oleh anaknya bernama Sultan Alwi Alkamal.

Di Mesir sendiri yang sejak tahun 976 dinasty Fatimah telah berdiri dan bertahan sampai tahun 1168 namun dynasty ini dapat ditumbangkan oleh Tentara Saldjuk/Mongol pada tahun 1168 dan dimusnahkan oleh tentara Salahuddin dari mazhab Syafi’i. Dengan musnahnya dinasty Fatimah di Mesir membuat keadaan Kesultanan Daya Pasai sebagai negeri bawahannya terputus hubungan dengan pusat kerajaannya di Mesir.

Kesultanan Daya Pasai yang sejak tahun 1168 dipimpin oleh Laksamana Kafrawi al-Kamil selalu mendapat ganguan dari kaum Persia dan akhirnya dapat dikalahkan oleh Laksamana Johan Jani yaitu orang Persia yang setelah Fathimah dynasty menguasai Daya/Pasai , dianya menjadi Bajak laut/buccanners didaerah itu.

Pada tahun 1204 oleh Laksamana Johan Jani yang juga menganut Islam mazhab Syiah dan yang sudah lama berada di pulau We serta merupakan peranakan India – Persia menyerang Laksamana Kafrawi al-Kamil dan berhasil menguasai Daya/Pasai. Johan Jani berhasil membuat Daya/Pasai menjadi suatu kekuatan dan tumbu menjadi negara maritime yang kuat. Sultan Johan Joni memerintah di Kesultanan Daya Pasai selaku Sultan Daya Pasai Pertama, sekaligus menjadi dynasty Iskandar Zulkarnaen.

Pada masa adanya Kesultanan Daya Pasai berdirilah Kesyahbadaran Pasai sebagai pusat dinasty Fhatimah-Mesir beraliran Syi’ah saat itu. Dan terdapat juga Kesyahbandaran Perlak sebagai agen perdagangan para saudagar Persia. Hal ini terjadi karena para saudagar-saudagar Arab yang beragama Islam dengan mazhab Syi’ah masing-masing memerlukan agen perdagangannya di sumatera bagian timur.

Dalam dinasty Fatimah yang lama di Mesir timbullah kekuasaan baru yaitu dinasty Mamaluk dari tentara Salahuddin dan telah menimbulkan pula agama Islam yang baru yang disebut Mazhab Syafi’i. Dinasty ini tidak mengehendaki kelanjutan dari kesultanan Daya Pasai dibawah naungan Johan Jani yang mazhab Syiah tersebut. Dengan demikian tentara Salahudin datang ke Daya Pasai untuk menyerang dan merebutnya kembali dari kekuasaan Persia.

Namun setelah Kesultanan Daya Pasai terlepas dari dynasty Fatimah/ Mesir dan Daya Pasai dikuasai oleh orang-orang Cambay/Gujarat yang dari India tersebut maka berebutan pula silih berganti para Laksamana serta Syahbandar mengangkat dirinya menjadi Sultan Daya Pasai dan pada mulanya dimenangkan oleh dynasty Johan Jani dan menjadi Sultan Daya/Pasai I.

Pada tahun 1207-1211 telah datang pula serangan dari Sultan Alwi Alkamil dan dapat merebut kembali Kesultanan Daya Pasai. Dinasty Alkamil kembali berkuasa di Daya/Pasai sekaligus menjadi Sultan ke-3 Daya Pasai.

Pada tahun 1252 -1274 datang lagi serangan Sultan Ibrahim Djani yaitu cucu dari Sultan Johan Jani dan menjadi Sultan daya/Pasai ke-5. Pada tahun 1274-1285 kesultanan Daya/Pasai berhasil direbut kembali dynasty Alkamil melalui Sultan Bahaudin Alk Kamil selaku Sultan ke-6.

Sultan Bahaudin Alkamil mendirikan pula Kesultanan Bandar Kalipah sebagai bawahan kesultanan Daya/Pasai.

Putra Sultan Bahaudin yaitu Sultan Muda Muhammad Alkamil kemudian pada tahun 1275-1286 memerintah di kesultanan Bandar Kalipah dengan sebutan sebagai Sultan Muhammad Alkamil Perkasa Alam. Kekuasaannya meliputi daerah sumatera timur mulai dari sungai Deli sampai dengan sungai Asahan dan yang kemudian menjadi Kesultanan Deli, Serdang dan Asahan.

Tahun 1284-1285 untuk terakhir kalinya Kesultanan daya/Pasai diserang secara besar-besaran dari empat kekuatan dan kemudian menjadikan Marah Silu menjadi Sultan Samudera Pasai yaitu seorang yang berasal dari pribumi asli.


KESULTANAN PERLAK

Dapat diketahui bahwa para pedagang Persia, Arab dan Gujarat yang datang di pantai timur Sumatera pada permulaan abad 12 membawa agama Islam aliran Syiah. Mereka semula bermaksud untuk berdagang dan mencari rempah-rempah dan kemudian menetap dipantai timur Sumatera. Mereka berhasil pula mendirikan Kesultanan Perlak dimuara sungai Perlak dan Kesultanan Pasai dimuara sungai Pasai dengan adanya bantuan dari dinasty Fathimah di Mesir.

Semenjak dinasty Fhatimah rontok pada tahun 1268 akibat serangan Salahuddin, terputuslah hubungan antara kaum Syiah dipantai timur Sumatera dan kaum Syiah di Mesir. Pada tahun 1285 timbullah dinasty baru di Mesir beraliran Syaf’ii dan disebut sebagai dynasty Mamaluk.

Akibat kekalahan dinasty Fatimah di Mesir oleh tentara Salahuddin atau dinasty Mamaluk maka mengakibatkan didaerah Pasai berdiri legio-legio sultan yang baru. Masing-masing kesyahbandaran yang ada dipantai timur sumatera tersebut seperti Tamiang, Bandar Kalipah, Aru Barumun meklaim dirinya menjadi kesultanan baru. Oleh para saudagar mendirikannya menjadi kesultanan yang baru untuk memperoleh kekuasaan dalam perdagangan rempah-rempah dan lepas dari dinasty Fhatimah.

Bahwa sejak lama bahakan sebelum Nabi Muhammad SAW atau sebelum Tuhan Jesus lahir dimana dikalangan orang-orang Persi saat itu belum bergama Islam sudah terdapat perdagangan rempah-rempah. Dalam perdagangan tersebut orang Persia telah turut melakukannya dan dalam mendukung perjalanan laut dalam lintas perdagangan rempah-rempah dari China ke Arab dan India maka para saudagar Persia tersebut telah membuat daerah pelabuhan persinggahannya di Perlak. Untuk rendezvous persinggahan dari pada kapal-kapal, kaum saudagar Persia mendirikan agen perdagangannya di Bombay - India dan Perlak-Sumatera. Dalam bahasa Persia , Perlak disebut sebagai “Tadj I Alam “ = Mahkota Alam”.
Diwaktu pemerintahan Chalifatullah Umar ibn Chattab pada tahun 634 M negeri Persia telah direbut dan di Islamkan olehnya dan kekuasaanya masuk sampai ke Perlak di Sumatera.

Pada tahun 1159 disaat Persia diserang oleh Turky dan dapat direbut oleh panglima Zalkari Gafur Attabek yaitu Panglima Tentara Turky. Hal ini mengakibatkan beberapa kapal dari angkatan laut Persia melarikan diri dari Teluk Persia dibawah komando Laksamana Sayid Allaidin Alawi dan pergi kembali ke Perlak- Sumatera.

Padahal perjalanannya dari Perlak menuju Teluk Persia baru enam bulan ditinggalkannya. Saat itu di Perlak sendiri sedang diserang oleh batak/gayo pagan dan dia berhasil merebutnya dan dijadikannya Perlak menjadi New Persia dengan nama Kesultanan Perlak dan Laksamana Sayid Allaiddin Alam Syah kemudian menjadi Sultan Perlak Pertama dan yang pertama pula di Sumatera menggunakan gelar Persia ; “ Alam Syah”.

Karena itu disamping adanya Kesyahbandaran Daya Pasai terdapat juga Kesultanan Peurlak yang keduanya berada dipantai bagian timur sebelah utara pulau Sumatera dan berada dihulu masing-masing sungai. Sejak kedatangan pedagang - pedagang asing dari Arab - Persia maka didaerah Timur Sumatera bagian utara tepatnya dihulu sungai Perlak telah membentuk Kesultanan Perlak pada tahun 1028 .

Pengaruh perdagangan di Kesyahbandaran Perlak dengan Kesyahbandaran Daya/Pasai saling bersaing dan saling berlomba menunjukkan kekuasaannya. Kekuatan masing-masing kesyabandaran ini tergantung pula dengan pusatnya di Mesir maupun di Persia.

Seperti halnya Persia ditahun 1159 diserang oleh Turky dan dapat direbut oleh panglima Zalkari Gafur Attabek yaitu Panglima Tentara Turky. Hal ini mengakibatkan beberapa kapal dari angkatan laut Persia melarikan diri dari Teluk Persia dibawah komando Laksamana Sayid Allaidin Alawi kembali kesyahbandaran Perlak- Sumatera.

Pada akhir abad 12, dipantai timur Sumatera tersebut berdirilah Negara Islam bernama Perlak atau Peurlak yang didirikan oleh Laksamana Persia yang kembali tersebut. Laksamana Persia tersebut menikahi seorang putri pribumi dan lahir seorang putra bernama Sayid Abdul Aziz.

Sayid Abdul Azis adalah Sultan Pertama negeri Perlak atau dikenal dengan Sultan Sayid Alaiddin Syah yang memerintah sejak 1161 – 1186 dan menganut agama Islam Syiah dan mendapat kekuasaan dari dynasty Persia.

Sayid Abdul Azis / Sayid Alaiddin Syah Sultan Peurlak I 1161 – 1186
Alaiddin Abdurrahim Syah Ibn Sultan Sultan Peurlak II 1186 – 1210
Alaiddin Sayid Abbas Syah Sultan Peurlak III 1210 – 1236
Alaiddin Mughajat Syah Sultan Peurlak IV 1236 – 1239
Mahdum Alaiddin Abdul Kadir Syah Sultan Peurlak V 1239 - 1243
Mahdum Alaiddin Muhammad Amin Syah Sultan Peurlak VI 1243 – 1267
Mahdum Abdul Malik Syah Sultan Peurlak VII 1267 - 1275
Aladdin Malik Ibrahim Syah Sultan Peurlak VIII 1280 –1296

Namun kemudian Kesultanan Perlak tersebut pecah yaitu dengan bangkitnya dinasti Mamaluk sebagai dinasty baru. Hal itu dilakukan dynasty Mamaluk dengan terlebih dahulu menahlukkan dan menguasai dinasty Fatimah di Arab/Mesir. Dinasty Mamaluk yang baru tersebut menginginkan pula untuk mengambil alih Kesultanan Daya/Pasai selaku negeri bawahan dari dynasty Fathimah sebelumnya yang ada di Sumatera.

Akibatnya terjadinya saling rebutan kekuasaan di Kesyabandaran Daya Pasai antara dynasty Alkamil dengan dynasty Johan Jani ditambah lagi Kesultanan Perlak bermaksud pula untuk menguasai Kesyabandaran Daya Pasai tersebut. Sedangkan Kesyahbandaran Daya Pasai adalah sebelumnya dibawah kekuasaan dynasty Fatimah dari Mesir dan dengan beralihnya kekuasaan dynasty Fatimah kepada dynasty Mamaluk telah membuat dynasty Mamaluk berangkat dari Mesir bermaksud untuk menguasai Kesyahbandaran Daya Pasai sekaligus juga ingin memerangi Mazhab Syah yang ada di Perlak maupun di Daya Pasai dan menggantikannya menjadi mazhab Syafi’i.

Dinasty Mamaluk ini kemudian datang dengan strategi yang sangat handal dan dengan bekerja sama dengan masyarakat pribumi maka Perlak dan Daya Pasai dapat dikuasai mereka. Serangan demikian telah mengakibatkan Daya/Pasai dapat direbut dan mendirikan Negara Samudera Pasai serta sekaligus menahlukkan Kesultanan Perlak.

Serangan terhadap Perlak tersebut semakin sempurna karena di Perlak sendiri terjadi perpecahan. Perpecahan yang terjadi antara keturunan Sayid Abdul Aziz ( Peurlak I /kaum Persia) dengan para keturunan Marah yaitu keturunan saudagar-saudagar dari kaum Arab/Mesir. Yaitu keturunan yang tersisa dari dynasty Fatimah pada masa itu setelah Daya Pasai diambil alih dan disatukan menjadi Kesultanan Perlak oleh kekuatan kesultanan Perlak/Persia.

Antara kedua kekuatan ini terjadi perebutan kekuasaan terutama yang berlangsung sejak masa pemerintahan Aladdin Mughajat ( Peurlak IV ) dengan dinasty Sayid Aziz. Kesultanan Perlak dari keturunan Persia tersebut mengalami kekalahan dan akibatnya Peurlak dipimpin dan jatuh ketangan Dinasty Marah Perlak (saudagar Arab/Mesir) dan itu terlihat sejak kepemimpinan Mahdum Aladdin Abdul Kadir Syah ( Peurlak V ).

Pada masa pemerintahan Abdul Malik Syah ( Peurlak VII ) ternyata terjadi lagi perebutan kekuasaan antara disnasty Sayid Azis/Persia dengan dinasty Marah/Mesir, namun setelah adanya batak pagan yang dinobatkan jadi sultan yang mengakibatkan Kesultanan Peurlak pecah dua menjadi ;

a. Perlak Baroh / bag.Selatan yang dipimpin oleh Alaidin Mahmud Syah yaitu putra dari Mahudum Abdul Malik.

b. Perlak Tunong / bag. Utara yang dipimpin oleh Mahdum Alaiddin Malik Ibrahim dari dinasty Sayid Azis.

Namun Sultan Alaidin Mahmud Syah kemudian meninggal dunia sehingga kedua kesultanan tersebut dipersatukan kembali menjadi kesultanan Perlak dibawah pimpinan Alaidin Malik Ibrahim Syah atau dynasty Sayid/Persia.

Akan tetapi yang perlu dicatat bahwa kekuasaan sebelumnya yang paling besar dan diakui di bagian utara sumatera ini adalah kekuasaan dari pada Dinasty Fatimah. Oleh karena itu sejak dinasty Fatimah dikalahkan dinasty Mamaluk pada tahun 1268 maka dipantai timur sumatera muncullah legio-legio sultan melepaskan diri dan tidak lagi mengakui dynasty Fathima.

Setiap kesyahbandaran yang tadinya ada dibawah kekuasaan Daya Pasai selaku kesyahbandaran dibawah dinasty Fatimah mengklaim diri menjadi kesultanan. Hal ini terlihat dengan berdirinya kesultanan Daya/Pasai dan kesultanan Sitamiang - Samudera.

Keinginan dynasty Mamaluk untuk menyerang bagian sumatera tersebut baru dimulai tahun 1285. Maksud dari pada penyerangan tersebut sekaligus untuk menguasai kesyahbandaran Perlak atau yang berubah menjadi Kesultanan Perlak dan bermaksud pula untuk merebut dan menguasai Kesultanan Daya Pasai serta untuk memerangi mazhab Syah yang sudah terlebih dahulu ada disana. Mazhab Syi’ah yang ada di Daya-Pasai maupun di Perlak harus juga berganti menjadi mazhab Syafi’i.


NEGARA SAMUDERA.

Bahwa semenjak dynasty Fatimah dikalahkan oleh dynasty Mamaluk maka keadaan di Daya/Pasai menjadi kacau. Disisi lain Kesultanan Perlak sebagai tetangga dari Kesyabandaran Daya/Pasai telah direbut oleh bekas tentara Persia yang kembali dari Persia.

Kesultanan Perlak tersebut bermaksud pula untuk menguasai Kesyabandaran Daya/Pasai. Namun yang berhasil justru Laksamana Johan Jani yang saat itu sudah berada di Pulau Weh dan mengangkat dirinya sebagai Sultan baru di Daya/Pasai.

Akibatnya legio sultan Samudera yang tadinya berada dibawah kendali Daya/Pasai diansty Fatimah mengklaim diri menjadi kesultanan baru. Legio sultan ini berada di Tamiang dan melepaskan diri dari Kesultanan Daya Pasai – Dinasty Fatimah dan kemudian berdiri menjadi Negara Samudera.

Hal ini disebabkan oleh karena adanya kekalahan dynasty Fatimah kepada dinasty Mamaluk. Kemudian dinasty Fatimah diganti dan diteruskan oleh dinasty Mamaluk yang menganut agama Islam mazhab Syafi’i.

Pada tahun 1284 , kekuasaan dinasty Mamaluk selaku penguasa baru diatas dynasty Fatimah datang untuk merebut Daya Pasai dengan mengirimkan Syaikh Ismail dan Fakir Muhammad ke pantai timur Sumatera untuk mengambil alih pengembalian negeri Pasai.

Syaikh Ismail dan Fakir Muhammad bertemu dengan Marah Silu yaitu seorang batak pagan yang telah masuk Islam dan adalah juga menantu dari pada Mahdum Alaiddin Abdul Kadir Syah yaitu Sultan Peurlak V.
Marah Silu adalah juga penguasa daerah hulu sungai Peusangan dan sebagai saudagar yang telah berada di kesyabandaran Tamiang dan Samudera.

Disaat itu Marah Silu telah menikah dengan putri Ganggang Sari yaitu putri dari pada Alaidin Abdul Kadir / Sultan Perlak V dan telah menjadi penganut Islam mazhab Syiah dan mampu pula membaca dan berbicara dalam beragam bahasa dan dikenal sebagai penganut Islam yang wajahnya bertatto.

Marah Silu berhasil dibujuk oleh Syaikh Ismail untuk menjadi memeluk agama Islam mazhab Syafi’i dan oleh karena itu Marah Silu kemudian ditabalkan dengan bantuan dinasty Mamaluk di Mesir menjadi Sultan di Samudera dan berganti nama menjadi Malikul Saleh. Pada saat itu oleh para saudagar yang mendirikan Negara Samudera sudah menjadi negara tandingan Kesultanan Peurlak maupun Kesultanan Pasai yang menganut mazhab Syiah.

Bahwa kemudian Negara Islam Pasai yang menganut mazhab Syiah tersebut pada tahun 1285 menjadi perebutan antara Muhammad Amin dari Perlak dengan Yusuf Kayamudin dari Temiang yang sama-sama ingin menjadi sultan di Pasai. Pada saat itu yang menjadi sultan Pasai adalah Baharuddin al-Kamil, sedangkan Sultan Bahruddin al-Kamil sendiri merebutnya dari sultan Ibrahim Jani yaitu cucu dari Laksamana Johan Jani.

Dengan demikian telah terjadi perang segi empat untuk memperebutkan Pasai yaitu antara Muhammad Amin dari Perlak , Yusuf Kayamudin dari Temiang, Baharuddin al-Kamil dan Ibrahim Jani cucu Johan Jani, ditambah lagi golongan dinasty Mamaluk dipimpin oleh Syaikh Ismail dan dari kelompok batak pagan dibawah kepemimpinan orang bernama Marah Silu.

Dari laut Pasai diserang dinasty Mamaluk sedangkan dari darat diserang tentara batak dipimpin oleh Marah Silu dan serangan itu berhasil sehingga pada tahun 1285 berakhirlah kekuasaan sultan Pasai mazhab Syiah. Timbullah kesultanan baru yang beraliran mazhab Syafi’i dibawah pimpinan Marah Silu atas dukungan dynasty Mamaluk.

Marah Silu kemudian ditabalkan menjadi sultan Negara Samudera/Pasai yang pertama dengan nama berubah menjadi Sultan Malikul Saleh. Pengangkatan ini sendiri diperlukan oleh dinasty Mamaluk dari Mesir dengan pertimbangan ;

a. dinasty Mamaluk memerlukan orang asli/pribumi yang kuat dan beragama Islam mazhab Syafi’i

b. menurut pendapat Syaikh Ismail, Marah Silu mempunyai kemampuan untuk membasmi aliran Syiah yang merajalela di pantai timur Sumatera.

c. dinasty mamaluk mengaharapkan Marah Silu akan sanggup mengambil alih dagang lada dari tangan para pedagang Persia, Arab dan Gujarat yang beragama Islam mazhan Syiah tersebut.

Perlu diingat bahwa pimpinan kerajaan/kesultanan disaat itu yakni pada abad ke-12 baik di Pasai, Peurlak ataupun di kerajaan Jambi atau Sriwijaya haruslah dari keturunan dari pada dinasty yang berkuasa . Karena itu untuk daerah Pasai maupun Perlak maupun Temiang pimpinannya adalah selalu keturunan dari pada para saudagar kaya dan harus dari dinasty Fatimah/ Mesir atau juga dari dinasty kalifah Ummayah/ Damaschus/Baghdad atau Persia atau India-Gujarat

Kalau begitu darimana datangnya seorang pribumi yang pintar, seorang pribumi yang disebut dengan batak pagan atau Batak Gayo Alas. Batak pagan yang pintar dan bisa membaca Al Quran, diwajahnya ada tersirat keturunan Raja yang tidak pula lekang dari wajahnya serta wajahnya ditatoo. Istilah Batak Gayo Alas adalah untuk mengidentifikasikan seluruh orang – orang pribumi yang saat itu ada berada dan terdapat di wilayah sumatera bagian utara diluar dari pada para saudagar atau para pedagang atau sebagai sebutan bagi orang pribumi.


NEGARA SAMUDERA PASAI.

Dilihat dari tengah-tengah Indonesia pada jaman pra-Islam, wilayah Sumatera di utara garis kathulistiwa tampak berada jauh sekali. Penduduk wilayah itu hampir tidak tersentuh oleh peradaban besar Sriwijaya maupun Majapahit , disana terdapat tradisi sendiri yang didominasi oleh Islam.

Bahwa para dinasty Mamaluk yang datang untuk merebut kembali Pasai karena tidak menginginkan Pasai dikuasai oleh para aliran Syiah. Untuk itu dynasty Mamaluk datang ke Sumatera dan sekaligus sedang mencari seorang putra pribumi diluar dinasty Arabian guna dijadikan Sultan .

Dinasty Mamaluk tersebut bertemu dengan Marah Silu dan mengajaknya dalam suatu tugas dan kerja sama. Marah Silu tentu bukan putra pribumi yang sembarangan pada saat itu dan tentu karena memang seorang yang sudah mempunyai pengetahuan dan keahlian sehingga memanfaatkan ajakan dari Laksamana dinasty Mamaluk dimaksud.

Marah Silu diajak bekerja sama untuk merebut kembali daerah Pasai yang pada saat itu sedang dikuasai oleh para saudagar Gujarat – Johan Jani sekaligus dapat membantu mertuanya yakni Sultan Perlak. Dari laut Pasai diserang dinasty Mamaluk sedangkan dari darat diserang tentara batak dipimpin oleh Marah Silu dan serangan itu berhasil sehingga pada tahun 1285 berakhirlah kekuasaan sultan Pasai mazhab Syiah. Timbullah kesultanan baru yang beraliran mazhab Syafi’i dibawah pimpinan Marah Silu.

Marah Silu kemudian ditabalkan menjadi sultan Negara Samudera/Pasai yang pertama dengan nama baru sesuai agamanya dan menjadi Sultan Malikul Saleh. Pengangkatan ini sendiri diperlukan dan disengaja oleh dynasty Mamaluk dari Mesir dengan pertimbangan ;

a. dinasty Mamaluk memerlukan orang asli/pribumi yang kuat dan ber-
agama Islam mazhab Syafi’i.
b. menurut pendapat Syaikh Ismail, Marah Silu mempunyai kemampuan untuk membasmi aliran Syiah yang merajalela di pantai timur Sumatera.

c. dynasty mamaluk mengaharapkan Marah Silu akan sanggup mengambil alih dagang lada dari tangan para pedagang Persia, Arab dan Gujarat yang beragama Islam mazhab Syiah tersebut.

Nama lengkap kerajaan Samudera adalah Samudera Aca Pasai yang artinya ‘ kerajaan Samudera yang baik ’ dengan ibu kotanya Pasai. Adapun nama samudera itulah yang dijadikan nama Sumatera sebagai nama pulau oleh bangsa Portugis. Istilah Ac’a berarti “baik” berasal dari bahasa Persia-Gujarat/India dan baru dikenal sejak ada berdirinya Negara Samudera Ac’a Pasai tersebut.

Sebelumnya pulau Sumatera diberikan nama pulau Perca atau para musafir Tionghoa menyebutnya ‘Chin-chou yaitu pulau mas atau juga disebut oleh Raja Kertanegara sebagai Suwarnabhumi ‘ pulau mas’. Kata “Aceh” sendiri mempunyai arti ‘baik’. Pengertian baik dimaksud adalah sebagai masyarakat yang baik atau orang-orang baik yang menerima dan tunduk kepada Samudera Ac’a Pasai dan agamanya Islam mazhab Syafi’i.

Sedangkan orang yang tidak mau harus diusir atau ditangkapi dan mereka ini melarikan diri dan disebut orang-orang yang tak baik atau disebut orang tak baik atau dalam spelling malayu disebut orang baik’tak. Kata Baik atau Ac’a dalam hal ini diartikan karena telah bekerja sama dengan kaum Mesir dari dynasty Mamaluk guna memerangi mazhab Syi’ah yang berbeda dengan mazhab Syafi’i.

Marah Silu alias Sultan Malikul Saleh ternyata berjaya memimpin Negara Samudera Pasai dan mengakibatkan kesultanan Perlak mengalami kemunduran. Samudera Pasai menjadi Bandar utama di pantai timur Sumatera bagian utara sekaligus menjadi Negara Islam bermazhab Syafi’ii yang berkuasa hampir dua abad. Dalam kekuasaan dynasty Marah Silu kejayaan Samudera Pasai mencapai puncaknya dan menguasai perdagangan rempah-rempah termasuk penyebaran agama Islam mazhab Syafi’i.

Pada masa Marah Silu menjadi Sultan maka banyak orang-orang pribumi diajak untuk menganut dan menerima agama Islam mazhab Syafi’i. Dalam catatan Marcopolo yang singgah ke daerah pantai timur bagian utara sumatera atau Pasai dan Perlak mencatat ; Pada tahun 1292 saat dia datang melihat negeri tersebut masih terdapat banyak hutan yang penuh dengan kawanan binatang liar dan jenis kera yang beraneka ragam. Disana banyak orang-orang yang mengaku sebagai raja-raja kecil namun tetap mengakui Khubilai Khan sebagai raja agungnya. Akibat pengembangan agama Islam pada masa itu, dinegeri tersebut padahal penduduk masih enggan beragama. Mereka yang tidak suka menerima Islam menyingkir diri jauh kepedalaman hutan dan mereka ini disebut dengan sebutan ; Batak.

Mereka yang lari kepedalaman ada segerombolan kecil yang berjumlah 27 orang dan dipedalaman hutan mereka bertemu dengan kerajaan kecil dimana disana dijumpai sebuah ‘laut kecil’. Oleh raja kecil di pedalaman tersebut sebagian dari mereka yang 27 orang ini ditambah dengan beberapa orang penduduk asli diperintahkan pulang ke negeri pantai untuk mengambil dan membawa persembahan-persembahan sebagai tanda persahabatan.

Menurut cerita-cerita orang yang menjumpai kerajaan laut kecil itu bahwa kerajaan laut kecil itu tidak besar hanya kira-kira lima ribu keluarga. Rumahnya tinggi-tinggi lebih-lebih rumah rajanya. Raja dan rakyat setempat kalau makan tidak dengan sendok atau alat-alat lainnya tetapi dengan jari mereka. Hukum juga sudah dikenal walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana.

Rakyat umumnya berambut panjang dan sudah mengenal alat musik dan dapat menari. Rakyat setempat menyebut daerah mereka dengan sebutan Lainggow dan rajanya disebut dengan istilah Ghayo o ghayo (raja gunung yang suci). Akibat perlakuan untuk penyebaran agama Islam mazhab Syaf’ii jelas telah membuat para batak pagan yang ada di Samudera Pasai pergi melarikan diri. Orang-orang tersebut tentulah orang-orang pribumi baik itu dari Proto Malayan Tribers / suku melayu tua, yang sudah datang sebelumnya dan sudah bisa beradapatasi dengan peradaban yang ada.

Begitu juga orang-orang pribumi yang dengan Marah Silu selama perjalanan menuju daerah Perlak dan daerah Samudera Tamiang sudah menjadi daerah yang bisa dikuasai oleh Marah Silu.
Disaat Marah Silu naik tahkta menjadi sultan karena bantuan dynasty Mamamluk tersebut , orang-orang batak pagan itu memilih tidak menjadi pengikut Marah Silu. Biarlah tidak menjadi orang baik seperti versi Samudera Aca Pasai asal saja tidak beragama baru itu karena mereka pada dasarnya adalah penganut Hindu Syiwa yang lebih takut pada dewa-dewa gunung .

Dari catatan Marcopolo ini pula dapat diperhatikan bahwa senyata saudara-saudara Marah Silu di tanah batak telahpun melakukan migrasi. Bersama para Proto Malayan Tribers terdahulu datang mereka membentuk komunitas-komunitas masyarakat baru di daerah migrasinya. Salah satunya adalah Kerajaan L’ainggow atau Lingga yaitu kerajaan yang menganut agama Hindu Syiwa juga.

Masyarakat Tamil yang tadinya berada di Barus setelah Bandar Barus ditinggalkan oleh para saudagar dan berpindahnya pusat perniagaan ke Perlak dan Malakka membuat para Tamil tersebut bergerak kearah Perlak melalui daratan. Perjalanan itu tentu mengalami assimilasi baik dengan orang batak dari Sianjur Mula-mula maupun para Proto Malayan lainnya disepanjang perjalanan yang telah mereka lalui maupun temui.

Percampuran itu telah menimbulkan komunitas masyarakat baru bahkan menjadi suatu suku ras yang baru. Ditambah lagi dengan bertemunya mereka dengan para batak pagan yang lari dari Samudera Aca Pasai yang disebut Gayo atau orang lari maka assimilasi itu telah menimbulkan nama baru atas komunitas tersebut. Tidak pula menutup kemungkinan nama batak Gayo baru dikenal setelah ke-27 batak pagan yang kembali dari samudera Aca Pasai masuk di Lingga tersebut sedangkan batak pagan yang ditemui disana menjadi batak Alas dan istilah tesebut baru ada disebut-sebut pada abad 12. Kata Gayo dan Alas saat sekarang ini didaerah Aceh telah jarang digunakan sebagai nama suku, lebih banyak digunakan untuk mengatakan tempat .

Seperti Pegunungan Gayo dan Pegunungan Alas atau disebut dengan istilah Gayo Deureut maupun Gayo Lueus / Gayo Darat dan Gayo Alas. Untuk menamakan suku tidak lagi dipakai karena mengangap semua telah menyatu menjadi bagian dari Aceh. Hal yang sama dapat pula kita bandingkan dengan sebutan Marah Silu , sebutan mana bagi seorang bernama Marah Silu yang berasal dari batak pagan atau dalam ceritanya yang disebut berasal dari kerajaan Nagur.

Kapan adanya Kerajaan Nagur menjadi perdebatan panjang juga bagi kalangan para penulis. Ada yang penulis yang menyebut pada abad 12 , ada pula yang menyebut pada abad 14. Dalam buku Sejarah Kebudayaan Batak oleh Nalom Siahaan, 1964 mengatakan Kerajaan Nagur diperkirakan ada tahun 1400. Hal ini sesuai dengan catatan perjalanan kronik China yang ditulis kembali dalam buku Historical Notes on Indonesia & Malaya, Compiled from Chinese Sources oleh Groenevelt WP ; Jakarta, 1960 yang mengatakan ;

Pada tahun 1400 diketahui ada kerajaan Nagur yang berpusat di Timor Raya (Simeulungun). Luas Kerajaan itu meliputi juga Karo dan sebagian aceh. Pada tahun 1539 Sultan Aceh Aladdin Riayat Syah Al Kahar gagal menahlukkan Nagur. Keberanian Raja Nagur terpuji dalam pertempuran itu. Serangan kedua melemahkan kerajaan Nagur. Kerajaan ini tidak ada lagi dan daerah Raya (sekarang) adalah bekas ibukotanya.

Dalam catatan yang lain dikatakan juga ;
Penduduk kerajaan Nagur hidup dari pertanian,peternakan dan hasil hutan. Selain itu didapati belerang yang berguna juga bagi pedagang-pedagang Tionghoa. Pedagang – pedagang Tionghoa menjual bahan pakaian dan tembikar sebagai tukaran hasil bumi.

Diberitahukan lagi bahwa kaum lelaki suka mewarnai badannya(tattoo) dan rambutnya panjang. Tidak ada penindasan dari golongan yang satu kepada golongan yang lain, semua bekerja gotong royong, tinggi rendah, kaya miskin. Memang Nagur adalah negeri yang penduduknya berkebajikan (virtuous) demikian sumber Tionghoa itu. Kerajan Nagur berpusat di Simeulungun. Rajanya bersemayam disuatu kampong disekitar Raya (sekarang) . Pasukannya terkenal karena keberaniannya bertempur dengan panah beracun. Pengaruh politik Nagur sampai ke Karo, Gayo dan Pidie.

Karena kerajaan Nagur berpusat dipedalaman, lama kelamaan ia tidak dapat mengimbangi kerajan-kerajaan pantai yang semakin berkembang. Pada abad 16 dalam hal kekayaan dan kekuasaan politik dan akhirnya tidak ada lagi kedengaran mengenai Nagur. Disekitar kota Raya (sekarang) masih ada lagi kampung-kampung yang disebut dengan ; Nagur Baya dan Nagur Usang dan dikalangan rakyat ada cerita - cerita tentang kerajaan besar dulu disana yang rajanya berasal dari pulau Samosir.

Catatan ini memberikan alasan kuat bahwa Marah Silu berasal dari Nagur bukan untuk mengartikan Kerajaan Nagur yang ada dimaksudkan dalam catatan Tiongkok ini (abad 14) . Melainkan harus mengartikan kata nagur tersebut untuk dan sebagai asal Marah Silu atau dengan kata lain adalah untuk menunjukkan pada daerah asalnya Siam Jur Mula-mula yang ada di Pusuk Buhit pada tahun 1200-an .

Dengan kata lain kerajaan batak pagan yang ada di Sumatera bagian utara pada mulanya hanyalah ada satu yaitu di Pusuk Buhit dengan sebutan Sianjur Mula-mula. Hanya karena orang-orang dari Pusuk Buhit ini telah melakukan migrasi ke daerah timur khususnya ke daerah Simalungun maka pada saat mereka itu ditanya berasal dari manakah tentu akan mereka jawab Nagur ; atau dari- gur atau dari Sianjur.

Istilah Nagur tersebut telah ada pada tahun 1200-an sebagaimana catatan sejarah terbentuknya Negara Samudera Aca Pasai yang berdiri tahun 1242 dan pendirinya adalah seorang bernama Marah Silu sang batak pagans. Catatan-catatan berikut tentang nama Nagur yang ada dalam kronik China atau lainnya khususnya bertarik tahun masehi 1400 bukan berarti Nagur adalah sejak tahun 1400. Untuk tahun 1400 adalah sebagai pertanda istilah Nagur semakin dikenal masyarakat internasional dan pada saat yang sama migrasi dari Pusuk Buhit sudah semakin banyak pula yang berada didaerah bagian timur.

Para migrasi tersebut selalu menyebut-nyebut asal mereka dari Nagur yang artinya dari - gur / sianjur mula-mula Pusuk Buhit bahkan perkembangan berikutnya mereka telah tinggal menetap secara terpencar didaerah timur tersebut. Tempat menetap mereka itupun kemudian tanpa sengaja menjadi kampung halaman kedua mereka. Namun disaat diperlukan untuk mencari asal muasal yang paling dasar mereka akan tetap kembali menjawab bahwa mereka berasal dari-gur /Nagur atau sianjur mula-mula Pusuk Buhit.

Cara berkomunikasi dan menjawab pertanyaan akan asal muasalnya , yang menjadi terbiasa untuk menyebut Nagur menimbulkan salah pengertian bagi yang mendengarnya. Salah pengertian yang tidak disengaja dan lama kelamaan seakan-akan membuat adanya Kerajaan Nagur yang berbeda dengan Sianjur Mula-mula.

Untuk itu haruslah diluruskan bahwa kata Nagur tidak lain adalah untuk menyebutkan Sianjur Mula-mula Pusuk Buhit. Begitu panjangnya untuk menyebut Sianjur Mula-mula Pusuk Buhit maka untuk mempermudah disebut saja dengan Nagur. Keperluan dalam menggunakan kata Nagur iupun hanya dibutuhkan oleh orang-orang batak pagan yang mengalami migrasi keluar dari daerah Sianjur Mula-mula. Mereka yang mengalami migrasi tersebut telah menetap di daerah barunya, terutama daerah yang berada di sebelah timur atau timur laut dari Sianjur Mula-mula Pusuk Buhit khususnya di Simalungun mereka bertemu dengan saudagar China maupun bekas tentara Sriwijaya.

Negara Samudera Ac’a Pasai mampu berdiri dan berkuasa sampai satu setengah abad lamanya. Pada masa kejayaan Samudera Ac’a Pasai ini yaitu sejak 1285 s/d 1450 dapatlah disebut sebagai masa gemilang Negara Islam Pertama yang mempunyai ras Indonesia/Pribumi berjaya di Asia Tenggara khususnya bumi Sumatera.

Bandar Pasai menjadi pelabuhan internasional yang banyak dikunjungi oleh saudagar-saudagar dari Eropa, Arab, China dan India. Pada masa ini banyak orang Champa/Lin’i (Vietnam) yang datang ke Bandar Pasai. Tanpa disadari hal itu telah membawa dynasty Syalendra masuk mempelajari kekuatan dan kelemahan Negara Samudera Pasai.

Dari perkawinan Marah Silu dengan putri Ganggang Sari, Marah Silu mempunyai dua orang putra bernama ;

1. yang sulung bernama Mohammad, atau Sultan Mohammad Malikul Thahir yang kemudian menjadi Sultan setelah Marah Silu mangkat menjadi Sultan Samudera Pasai II.

2. yang bungsu bernama Abdullah atau Sultan Malik Ul Mansur dan selanjutnya menyeberang masuk kepada agama Islam mazhab Syiah dan pada tahun 1295 mendirikan kesultanan Aru Barumun.

Negara Samudera Pasai selanjutnya dipimpin secara beruturut-turut oleh dinasty Marah Silu dengan tetap memeluk agama Islam beraliran mazhab Syafi’i sebagai berikut ;

1. Marah Silu alias Malikul Saleh Sultan I 1285 – 1297.
2. Sultan Mohammad Malikul Thahir Sultan II 1297 - 1326.
3. Sultan Ahmad Bahian Syah Sultan III 1326 - 1349
4. Sultan Zainul Bahian Syah Sultan IV 1349 - 14??

Setelah sultan ke-4 ini diculik dan dibawa ke Muar maka Samudera Pasai dikuasai oleh saudagar Persia dengan Sultan ke 5 bernama Sultan Nahri Syah.

Pada masa Sultan Ahmad Bahian Syah yaitu Sultan III di Samudera Pasai pada tahun 1339 , Negara Samudera Pasai telah mengalami serangan yang datangnya dari kerajaan Majapahit dibawah pimpinan amangku bumi Gajah Mada . Pada masa itu Majapahit bermaksud menguasai Samudera Pasai sebagai pusat perniagaan rempah-rempah namun tidak berhasil mengalahkan Samudera Pasai sehingga kembali mundur ke Jawa.

Pada tahun 1351 pada masa Kesultanan Samudera Pasai di pimpin oleh Sultan Zainul Bahian syah / Sultan Zainul Abidin Bachrum Syah diculik tentara Siam dan selama tiga tahun ditawan di Siam dan meninggal disana. Hal ini membuat Negara Samudera Pasai mengalami krisis Sultan dan Putra Mahkota. Tentara Siam sangat kuat pada masa itu dan mampu menyerang sampai ke Sumatera.

Kesultanan Samudera Pasai lambat laun merosot, orang-orang Batak pagan dipedalaman Aceh berebutan mengambil alih kesultanan Samudera Pasai akibatnya bermunculan legio-legio kesultanan baru. Lebih dari 150 tahun Negara Samudera Pasai dapat bertahan sebagai negeri Islam tersebesar di Nusantara dan berasal dari kalangan pribumi. Legio-legio kesultanan yang muncul tersebut , berdirilah seperti Kesultanan Pidie dan Kesultanan Aceh.

Disamping Negara Samudera Pasai berdiri sebagai Negara Islam yang besar didaerah tersebut masih ada kekuasaan dari kalangan Persia melalui Kesultanan Perlak maupun kekuasaan Turky akibat penahlukan dynasty Fatimah yang turut masuk sampai ke Sumatera. Khususnya kekuasaan Turky jelas mempunyai hubungan baik dengan Negara Samudera Pasai karena Marah Silu naik tahkta di Negara Samudera Pasai adalah atas bantuan Turky melalui bantuan dynasty Salahudin.

Runtuhnya Negara Samudera Pasai membuat kekuasan seperti Kesultanan dibawah kekuasaan Persia maupun Turky terdorong untuk merangkul kalangan pribumi atau batak pagan untuk bergabung dengan mereka. Disatu sisi menyusul pula datang Portugis sebagai upaya Eropa dalam merebut kekuasaan atas Bandar rempah-rempah.

Legio-legio kesultanan seperti Kesultanan Pidie maupun Kesultanan Aceh adalah upaya untuk tetap mempertahankan kekuasaan Islam di Sumatera bagian utara tersebut dan pada masa itu telah timbul istilah orang baik dan orang baik‘tak yaitu istilah orang yang tidak baik.

Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi para pribumi atau batak pagan yang mau bergabung dengan kesultanan yang ada untuk mereka disebut dengan istilah orang baik. Sedangkan yang tidak mau bergabung dengan kesultanan yang ada mereka disebut dengan istilah orang baik’tak.

Upaya untuk mempertahankan kekuasaan Islam disana sangat serius apalagi dengan masuknya kekuasaan Eropa dibawa oleh Portugis maupun Spanyol. Apalagi dinegeri Turky maupun Persia sendiri Eropa mampu menahlukkannya. Berbagai cara dilakukan oleh Portugis untuk merebut Sumatera bagian utara tersebut dan mereka berupaya pula mengpengaruhi legio-legio kesultanan yang ada. Portugis sengaja berbuat demikian agar lebih mudah memasukkan kekuasaannya sekaligus akan lebih muda untuk memecah belanya kelak.

Atas bantuan dan izin penguasa Portugis dan kemudian salah satu legio sultan dibantu oleh Portugis tersebut untuk kembali menjadi kekuasaan yang pribumi tanpa campur tangan para saudagar atau Persia maupun Turky.
Dalam legio kesultanan Aceh yang ada maka timbul prakarsa dari kalangan pribumi sebagimana memang didirikan oleh 3 (tiga) orang putra dan dibantu oleh seorang ipar, mereka kemudian mendirikan dan membangun Kesultanan Aceh. Mereka itu adalah :

1. Putra sulung ; Sultan Ali Mukkayat Syah menjadi Sultan Aceh Pertama dari tahun 1513 – 1530 M.

2. Putra Kedua ; Laksamana Tuanku Burhanuddin Syah menjadi sultan muda di Pariaman / Minagkabau selaku bawahan kesultanan Aceh dari tahun 1513 -1553 M.

3. Putra Bungsu ; Laksamana Tuanku Ibrahim Syah menjadi sultan muda di Indrapura/Minangkabau dari tahu 1513 -1517M.

4. Menantu ; Panglima Manang Suka yaitu ipar dan adalah orang batak dari tanah Karo Dusun dan menjadi Sultan di Deli Tua selaku bawahan kesultanan Aceh dan kemudian berganti nama menjadi Sultan Makmun Al Rasjiid atau Sultan Deli Tua Pertama dari tahun 1508 -1523M.

Kesultanan Aceh mampu menahlukkan seluruh miniature - miniture kesultanan yang ada, termasuk kesultanan Pidie yang ada di daerah itu pada saat itu. Kesultanan Aceh pada saat itu adalah kesultanan yang saat itu berhubungan baik terhadap pihak Portugis atau masyarakat yang baik terhadap Portugis. Pada masa inipun timbul juga istilah orang baik dan orang tidak baik / baik’tak , dengan perbedaan pada sponsor yang ada. Walaupun kemudian Kesultanan Aceh akhirnya berontak juga kepada Portugis.

Dibagian barat laut pulau Sumatera telah terdapat tempat pedagang India dan Arab yang berlayar menghubungkan China dan Asia dan Eropa. Mereka sudah mendirikan pos perdagangan disitu sejak abad 11 - 13M dan membawa agama Islam dan organisasi politik. Pelabuhan terbesar adalah Samudera (Pasai) dan akibat pelabuhan Samudera tumbuh pesat pada abad 14 membuat nama itu dipakai untuk nama seluruh pulau tersebut. Pelabuhannya sekarang Lhokseumawe dan selama 150 tahun menjadi pelabuhan paling timur pada perdagangan muslim dan pusat ilmu pengetahuan dan perdagangan yang terkemuka.

Seluruh wilayah Sumatera bagian utara dimasuki oleh Portugis bahkan sampai ke semenanjung Malaya. Portugis terus menanamkan akar kekuasaanya di sumatera bagian utara termasuk ke Barus dan Sianjur Mula-mula. Dari pola pikir Portugis yang hendak menguasai seluruh sumatera bagian utara dan karena ingin menguasai perdagangan dan daerah penghasil rempah-rempah maka upaya itu didesaknya melalui kekuatan yang ada di Kesultanan Aceh.

Kesultanan Aceh dijadikan Portugis sebagai ujung tombak kekuasaannya dan daerah yang tidak mau tunduk dianggapnya sebagai daerah yang tidak baik padanya. Orang-orang didaerah itu disebut orang tidak baik atau orang baik’tak yaitu kebalikan dari orang Aceh.

Akibat adanya pergolakan kekuasaan di Eropa dan berdatangan pula berbagai suku bangsa Eropa ke tanah Sumatera terutama Belanda, Inggris dan Spanyol khususnya perjalanan Fernando Vasco da Gama membuat kekuasaan Portugis tidak bertahan di Samudera Pasai. Belanda dengan segala cara berusaha untuk menguasai Samudera Pasai dan tidak hanya itu seluruh Sumatera harus segera dikuasai agar perdagangan rempah-rempah dalam genggamannya.

Pada permulaaan abad ke-15 pada masa pemerintahan kaisar Yung-Lo dari rajakula Ming/Tiongkok, ada seorang laksamana bernama Cheng Ho dalam kunjungannya ke Negara-negara di Asia Tenggara telah menyaksikan adanya pelbagai pedagang Tinghoa di pelbagai pelabuhan.

Pada tahun 1407, setelah kota Palembang dibebaskan dari kerusuhan perampokan-perampokan Hokkian, disitu laksamana Cheng-Ho membentuk masyarakat Tinghoa Islam yang pertama di Nusantara. Dalam tahun itu juga menyusul pembentukan masyarakat Tinghoa di Sambas. Ini berarti bahwa sebelum ekspedisi kaisar Yung-Lo yang dipimpin oleh laksamana Cheng-Ho dilaksanakan maka di kota Palembang dan Sambas telah terdapat orang-orang Tionghoa yang menetap.

Malahan ekspedisi pertamanya di tahun 1405, dibawah pimpinan langsung laksamana Cheng – Ho, telah singgah di Bandar Samudera Pasai. Laksamana Cheng-Ho bertemu dengan sultan Samudera Pasai bernama Sultan Zainal Abidin Bahian Syah – Sultan IV. Kedatangan Cheng-Ho di Samudera Pasai untuk mengadakan hubungan politik dan hubungan dagang.

Dalam kronik Tinghoa dari zaman pemerintahan rajakula Ming, nama Zainal Abidin Bahian Syah juga ada disebut dengan bunyi Tsai Nu Lia Pie Ting Kie. Yang menarik adalah bahwa setelah ada hubungan baik antara Tingkok dengan Samudera Pasai, makin banyaklah saudagar-saudagar Tinghoa datang ke Pasai.

Pada saat itu banyak pula orang-orang Tinghoa yang memeluk agama Islam, kawin dengan wanita Samudera Pasai dan menetap pula disana. Hal ini tentu mengakibatkan semakin bertambahlah percampuran darah dari keturunan Tinghoa dengan warga Samudera Pasai. Keturunan mereka ini terdapat di perkampungan yang ada sekarang di Kroceng Pirak/ Sungai Perak dekat Lho Sukon.

Hal ini sangat dapat dibenarkan karena emigran Tionghoa hanya terdiri dari laki-laki saja dan ditempat-tempat barunya mereka kawin dengan wanita setempat atau dengan wanita Tionghoa peranakan. Oleh sebab itu semenjak rajakula Ming naik tahkta menggantikan rajakula Yuan maka telah tumbuh dan berkembang agama Islam mazhab Hanafi di daerah Tingkok Selatan, terutama didaerah Yunan. Padahal sebelumnya di Tingkok hanya mengenal tiga macam agama yaitu Kong Fu Chu, Budha dan Tao.

Rajakula Ming tahu bahwa untuk menjalankan hubungan politik dan dagang di sentra-sentra perdagangan rempah-rempah khususnya di Asia Tenggara , maka mereka sangat memerlukan agama Islam sebagai sarana untuk merebut hati masyarakat pada umunya disana. Karena itu selanjutnya laksamana Cheng- Ho dalam melaksanakan rencana hubungan politik dan dagang selanjutnya banyak menggunakan orang-orang Islam dari daerah Yunan tersebut . Orang-orang Yunan itu sendiri mengenal dan memeluk agama Islam akibat mempunyai hubungan dengan Negara Samudera Pasai dimulai akibat kontak dagang maupun perkawinan campuran.

Pada awal abad 16 saudagar Spanyol dan Belanda akhirnya bisa lebih leluasa di Aceh dan seterusnya melalui kongsi dagang yang disebut dengan VOC melebar masuk kepedalaman sumatera bagian utara dan akhirnya berkuasa. Politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda membuat satu persatu daerah Sumatera dapat diambil alih Belanda.

Di Eropa sendiri konflik dagang antara Inggris dengan Belanda terjadi sehingga terbentuklah Perjanjian London 1824. Belanda yang membutuhkan pemasukan, tidak dapat diharapkan akan membiarkan Inggris terus menerus mendominasi perdagangan di imperium Belanda sendiri.

Selisih pendapat terjadi terutama menyangkut bea masuk yang dikenakan di Jawa dan diperburuk lagi dengan peraturan yang mewajibkan semua barang ekspor yang diserahkan kepada pemerintah dibawah cultuurstelsel/system tanam paksa.

Belanda bisa sampai ratusan tahun menjajah wilayah lain Nusantara pada waktu itu sejak abad 16 -19 tetapi tidak untuk Sumatera bagian Utara. Didaerah ini Belanda sangat sulit menguasainya kecuali untuk berdagang .

Pada abad 18 dengan pendekatan social (agama/pendidikan/keshatan) dan di sinergikan dengan politik devide at impera maka perlahan kekuasaan Belanda akhirnya bisa masuk di Sumatera.

Kekuasaan itu dilakukan secara politik dan dengan perang yang banyak memakan korban dimulai dari Aceh . Pada akhirnya mampu pula masuk sampai ke Barus dan sentra tanah Batak atau Sianjur mula-mula dan terjadinya perang dipimpin oleh SiSingamangaraja XII.


KESULTANAN ACEH

Kesultanan-kesultanan yang baru dipantai timur sumatera yang terpecah belah dengan sangat tajamnya. Sultan Ali Mukhayat Syah yaitu Sultan Aceh Pertama berupaya mempersatukan seluruh kesultanan-kesultanan yang ada didaerah Aceh sebagai anti Portugis. Melalui markasnya di Pidie (1521) dan Pasai (1524) serangan anti Portugis itu dilakukan untuk mengusir Portugis dan berhasil. Sejak itu dataran pantai utara dipersatukan dengan lembah sungai Aceh (istilah Portugis Aceh Besar / Atjeh Proper/ Groot Atjeh)

Orang Pasai dapat dikatakan sebuah suku bangsa tersendiri, mereka semua menggunakan bahasa Aceh, mengakui sultan-sultan Aceh lainnya dan menganggap dirinya orang Aceh. Sampai pertengahaan abad 17, sanak saudara sultan ditempatkan pada kedudukan penting di Pidi’e, Pasai dan pusat-pusat penting kerajaan Aceh dipantai barat. Pedagang asing boleh berdagang hanya di ibukota, dekat muara sungai Aceh- Banda Aceh Dar-es-Salaam.

Selama satu abad sejak penahlukan yang dilancarkan oleh Ali Mukhayat kekayaan ibukota pelabuhan memungkinkan sultan-sultan berikutnya menundukkan kaum bangsawan yang bergantung pada pertanian sebagai sumber kekayaan mereka. Semua bangsawan diharuskan mendukung kebijakan kerajaan yakni mencapai kejayaan dengan cara mengusir Portugis dan memegang monopoli ekspor hasil bumi produksi sumatera dan Malaka.

Untuk mengusir Portugis dilancarkan perang Sabil terutama di Malaka yaitu perang yang mengaitkan agama dengan patriotisme dan membawa Aceh kedalam hubungan yang lebih dekat dengan Asia Barat.

Setelah Sultan Ali Mukhayat Syah digantikan oleh Sultan Ala’addin Riayat Syah Al Kahar tahun 1537 -1571, sultan yang telah mengambil langkah resmi mengakui Sultan Turky atas Aceh. Dengan imbalan berupa bantuan militer Turky untuk melawan Portugis dan kenang-kenangan dari hubungan singkat ini terus dihidupkan di Aceh . Masih terlihat bendera merah Ottoman yang masih dikibarkan oleh para sultan dan meriam besar lada secupak yang dihormati sebagai pemberian Khalifah.

Kesultanan Aceh didalam negeri dan diluar negeri mencapai puncaknya dibawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda tahun 1607 – 1636M yang dikenal cemerlang tetapi keras. Kendali kerajaan terlaksana dengan lancer disemua pelabuhan penting dipantai barat Sumatera dan dipantai timur, sampai ke Asahan di selatan, ke Pahang dipantai timur Malaka dan pedagang asing dibuat tunduk kepadanya.

Dalam masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda ini membuat system pemeruntahan yang membagi kekuasan Aceh dalam wilayah administrasi yang dinamakan Ul’e’ebalang, mantra dan mukim.
Ul’eebalang sebagai kekuasaan bawahan utama sultan sedangkan mukim untuk menyebut daerah atau himpunan beberapa desa untuk mendukung sebuah mesjid yang dipimpin oleh seorang Imam.

Setelah Iskandar Muda wafat dan dilakukan penggantian kepada sultan lainnya, Aceh mengalami kemunduran terutama setelah dibawah kepemimpi nan raja-raja perempuan sejak tahun 1641 – 1699M. Kesultanan Aceh menciut menjadi sekedar lambang, kekuasaannya memang diakui oleh semua orang Aceh, namun kekuasaan nyata raja dapat dirasakan hanya di pelabuhan dan di ibukota saja. Ditengah masyarakat luas maka kekuasaan nyata berada pada Imam, Ule’ebalang maupun mantri/mantroe dan pejabat pemerintah lainnya yang menjadi kepala wilayah turun temurun dan sekuler.

Di Aceh Besar muncul tiga federasi para pemimpin untuk melindungi kepentingan-kepentingan masing-masing. Setiap federasi atau ‘sagi’ hanya dikenal berdasar jumlah mukim yang dimiliki saat federasi bersangkutan diresmikan. Sperti di sisi kanan sungai aceh ada 26 mukim, disisi kiri 25 dan wilayah yang jauh sampai pegunungan 22-36 mukim.

Ketiga Panglima Sagi ini yang pada mulanya dianggkat untuk memimpin sagi dalam berperang, dengan cepat berubah menjadi pemimpin baru turun temurun, yang menganggap dirinya menduduki tempat khusus sebagai pengawal kesultanan. Lama kelamaaan berubah pula tidak lagi mencerminkan kedudukan resmi menjadi pengawal kesultanan.

Hal ini diikuti pula oleh para Ul’eebalang dan perkembangan itu membuat mereka menjadi memiliki kedudukan resmi yang terkemuka dan diikutkan dalam musyawarah tentang pergantian sultan. Hingga sampai dengan abad 19 di Aceh ada sebanyak 12 Ul’eebalang yang mengangkat dan menurunkan raja dan empat dari setiap sagi.


KERAJAAN MALACCA

Yang mendirikan pelabuhan Malaka adalah Parameswara yaitu seorang raja pelarian dari Tumasik/singapur, karena takut akan serangan balasan dari raja Pahang yanga datang ke Tumasik dengan armadanya untuk membalaskan kematian saudaranya yang telah dibunuh oleh Parameswara. Raja Paremeswara menyingkir ke MUar , kemudian bersembunyi di Malaka yang pada waktu itu masih merupakan desa kecil di pantai barat semenanjung dan menjadi sarang perompak lanun dan nelayan. Di kampung Malaka ini, Parameswara kemudian menjadi orang yang paling berkuasa. Disitu pula kemudian Parameswara dapat berkenalan dengan perutusan dari Tingkok tahun 1403 yang dipimpin oleh laksamana Ying Ching yang bermaksud menuju Jawa dan Kalikut dan singgal di Malaka.

Pertemuan itu telah dimanfaatkan Parameswara dan minta agar supaya diakui oleh kaisar Tiongkok sebagai penguasa pantai Malaka disatu sisi laksamana Yin Ching memang bertugas untuk mencari hubungan dengan negara-negara di Asia Tenggara dan karenanya permintaan Paremeswara dikabulkannya. Akibat pengakuan itu maka kemudian Parameswara mendapat bantuan dan perlindungan dari Tiongkok.

Hal ini terbukti pula disaat Malaka diserang oleh Siam tahun 1409 maka armada Tiongkok dibawah pimpinan laksamana Cheng-Ho atau Sam Po Bo yang disertai seorang Tinghoa Islam bernama Ma Huan yang pada saat itu sedang berkunjung ke Asia Tenggara telah berkunjung ke Malaka. Hal ini dimaksudkan guna menunjukkan pada Siam bahwa Tiongkok benar-benar bersahabat dengan Malaka. Barang siapa mengganggu ketentraman Malaka akan mendapat serangan dari pihak armada Tingkok.

Hal lain juga sangat berkaitan dengan negera Samudera Pasai adalah putri dari Sultan IV Samudera Pasai yang kawin dengan raja Parameswara yaitu putri yang bernama Megat Iskandar Syah .
Parameswara adalah raja pelarian dari Tumasik (singapura) yang karena takut akan serangan balasan raja negeri Pahang karena untuk membalaskan kematian saudaranya yang dibunuh Parameswara maka Raja Parameswara lari menyingkir ke Muar kemudian bersembunyi di Malaka. Malaka senidiri pada saat itu masih merupakan desa kecil dipantai barat semenanjung dan juga bekas daerah yang sudah ditinggalkan oleh tentara Siam akibat terjangkitnya wabah malaria dan tempat itu kemudian menjadi sarang perompak lanun dan nelayan.

Akibat perkawinannya dengan putri kesultanan Samudera Pasai maka Raja Parameswara memeluk agama Islam mazhab Syafi’i dan mengganti namanya menjadi Raja Iskandar Syah sekaligus mengatakan dirinya adalah pewaris utama Kesultanan Muar/ Malaya.

Kemudian Kesultanan Malacca dapat menjadi pusat agama Islam mazhab Syafi’i diseluruh pantai barat dan timur Malaya. Seperti diketahui pada tahun 1397, untuk penghabisan sekali Palembang sebagai pengganti kerajaan Sriwijaya diserang oleh tentara Jawa dan jatuh dalam kekuasaan Majapahit dan pada masa itulah Parameswara melarikan diri ke Tumasik/singapura.

Hal itu pula membuat para keturunan Parameswara atau Sultan Malaka Muhammad Syah bergelar Sri Maharaja karena mengangap dirinya keturunan rajakula Syalendra. Raja-raja Malaka berturut-turut ;

1. Parameswara ( Megat Iskandar Syah) Sultan I 1402 - 14124
2. Sri Maharaja ( Muhammad syah) Sultan II 1424 - 1444
3. Sri Parameswara Dewa Syah Sultan III 1444 – 1446
4. Muzaffar Syah ( Raja Kassim) Sultan IV 1446 – 1459
5. Mansur Syah Sultan V 1459 – 1477
6. Alaudin Ri’ayat Syah Sultan VI 1477 – 1488
7. Mahmud Syah Sultan VII 1488 – 1528

Malaka kemudian mampu menjadi kesultanan Islam, Negara Islam yang pertama di semenanjung Malaya. Saudagar-saudagar Islam dari Arab, Persia, India, yang semula berlayar menyisir pantai timur Sumatera, mengunjungi kota pelabuhan Pasai, Aru, dan Jambi sejak tahun 1414 mulai berlayar menyisir pantai barat Malaya singgah di kota pelabuhan Malaka.

Dalam waktu beberapa tahun saja, pelabuhan Malaka sudah ramai dikunjungi perahu dagang dari tiga jurusan yaitu dari utara /Tingkok, dari barat (India,Persia,Arab) dan dari timur ( Indonesia). Malaka kemudian menguasai lalu lintas dagang dan pelayaran di selat malaka. Hal itu membuat kota-kota pelabuhan di pantai timur Sumatera menjadi sepi.

Paremeswara yang juga bergelar Megat Iskandar selalu giat untuk memperluas kekuasaanya dari pantai timur Sumatera dan pantai timur semenanjung. Daerah Aru, Rokan, Siak, Kampar dan Indragiri termasuk daerah jajahan kesultanan Malaka. Sampai dengan abad ke-15 agama Islam aliran Syafi’I menguasai daerah pantai timur sumatera dan pantai barat semenanjung.

Diawal abad 16, perdagangan rempah-rempah di pantai timur Sumatera mulai dapat dikuasai oleh Eropa khususnya di Aceh. Dari situpula selanjutnya Eropa dapat menyerang Malaka. Kesultanan Malacca kemudian dapat dikuasai oleh Eropa – Spanyol - Potugis namun kesultanan Malacca dapat timbul lagi setelah Portugis dapat diusir oleh tentara Jawa Majapahit maupun tentara Siam serta tentara China.

Dapatlah kita mendapat gambaran sepenuhnya tentang misteri dari pada Silau Raja yang terbuang dari komunitasnya di Sianjur Mula-mula dan pergi merantau kearah timur akan berbuat banyak di daerah timur karena senyatanya adalah orang yang telah mempunyai pengetahuan dan keahlian.

Demikian kondisi masa itu ditetapkan oleh tokoh-tokoh yang hidup dalam masa yang bersangkutan dan didasari oleh kecerdasan, semangat/ keberanian bertindak dan kesempatan/ kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang.

Silau Raja tersebut mempunyai kaitan dengan nama Marah Silu dan mempunyai kaitan dengan Kerajaan Samudera Pasai bahkan keturunannya jelas mempunyai kaitan dengan Kesultanan Malacca dan Kerajaan Siantar serta Kerajaan- kerajaan Islam yang ada di Sumatera bagian Timur .

Kaitan itu bahkan sampai ke pulau Jawa karena memang dinasty Marah Silu diteruskan di pulau Jawa dalam penyebaran agama Islam mazhab Syaf’ii. Melalui kerabat Sultan Samudera Ac’a Pasai agam Islam mazhab Syafi’i diperluas masuk wilayah Jawa. Khussunya oleh Sultan Syarif Hidayat Fatahilla (Sunan Gunung Jati) hingga agama tersebut berada pada Kesultanan Kesepuhan, Kesultanan Kanoman, Keluarga Kecirebonan dan Keluarga Keprabonan.

Hal ini dapat diketahui disaat setelah Kesultanan Samudera Pasai melemah dan datang pula pada tahun 1409 serangan tentara Majapahit yang bermaksud menghancurkan Kesultanan Samudera Pasai . Namun sayang atas bantuan tentara armada Tiongkok yaitu Ming Dinasty dibawah komando panji Laksamana Sam Po Bo yang singgah di Samudera Pasai guna pengisisan kebutuhan air minum setelah berlayar dari Sri Lanka turut membantu Samudera Pasai menyerang balik tentara Majapahit.

Akibat adanya perkenalan Samudera Pasai dengan Laksamana Sam Po Bo atau Laksamana Cheng Ho telah mendorong politik Tiongkok untuk masuk ke sentra-sentra penghasil rempah-rempah dan hasil bumi lainnya terutama masuk ke Pulau Jawa/ Demak. Politik Tiongkok tersebut dapat diselaraskan dengan penyebaran agama Islam berupa mazhab Islam yang baru pula yaitu mazhab Hanafi.

Di Tiongkok dizaman Ming Dinasty (1368 -1645 ), telah bebas berkembang agama Islam mazhab Hanafi, mayoritas didaerah Singkiang, Yunnan dan Hopei. Didalam masa 1405 – 1425 , angkatan laut Laksamana Sam Po Bo atas perintah Kaisar Tai Tsu berkali-kali mengadakan mission ke Asia khususnya ke Pulau Jawa dengan terlebih dahulu menyinggahi Negara Samudera Pasai dan Kesultanan Aru Barumun .

Kesultanan Samudera Pasai dapat diselamatkan dari serangan Majapahit atas bantuan Tiongkok dan kepemimpinannya kembali oleh Marah Silu dynasty. Dengan pengaruh serta dukungan Tiongkok inilah secara bersama-sama menyebarkan agama Islam dan mula-mula dengan mazhab Syafi’i.

Dapat juga diartikan akibat adanya kekuatan tentara Tiongkok tersebut maka dynasty Syalendra mempunyai kekuatan lagi dan mampu pula menguasai daerah Asia Tenggara kembali dan menyebarkan agama Islam keseluruh Asia Tenggara khususnya di Pulau Jawa.

Perlu juga diketahui bahwa Jenghis Khan yang memimpin langsung tentara Mongolia yang melakukan ekspedisi pada tahun 1215 ke sentral Asia (Asia Tengah). Pada tahun 1225, Jengis Khan berhasil meruntuhkan kerajaan Kara-k’tai yang terletak di oase Tukestan antara pegunungan Pamir dan Altai.

Kemudian Jenghis Khan bergerak lagi ke jurusan barat dan berhasil menghancurkan Negara Islam Chwarezm – Turki, Turki pada saat itu Negara Islam yang kuat dan terkenal yang menjajah Persia dan Afganistan. Tentara Turki-Chawarezm berhasil ditundukkan oleh Jenghis Khan dan kota Bochara, Samarkand, Balch, Bamyan dapat direbut dan rajanya sendiri mengungsi ke selatan ke sungai Indus(Sindhu).

Ekspedisi tentara Mongolia terus bergerak ke barat menuju Iran Utara, terus ke Kaukasus, hampir semua negeri yang dilalui tentara Mongolia tergilas dan tunduk, termasuk Rusia Selata sebelah utara Aziv tahun 1223 yang mencoba memberikan pertolongan kepada raja-raja tahlukan Mongolia dapat juga ditundukkan Mongolia .

Jenghis Khan yang sudah mulai tua kemudian kembali ke Mongolia dan tahun 1225 mangkat, kemudian digantikan oleh Guyuk, kemudian oleh Mongka. Sepeninggal Mongka pada tahun 1258, pimpinan Mongolia diambil alih oleh Kubilai Khan. Pada tahun 1259 Kubilai Khan telah berhasil menguasai seluruh Tiongkok dan menyebut dirinya sebagai putra langit.

Terhadap Negara-negara di sepanjang pantai laut China terutama Campa, Annam,dan Kamboja, politik paksa Kubhilai Khan pada tahun 1280 -1287 berhasil dengan baik. Masa kekuasaan Kubilai Khan dianggap sebagai masa kejayaan dynasty Yuan, meskipun Kubilai Khan dicap oleh orang Mongolia sendiri sebagai orang Mongolia yang telah mempunyai tabiat Tinghoa namun selama pemerintahannya , orang-orang Tionghoa benar-benar dibuat merasa dijajah oleh Mongolia. Diseluruh Tiongkok hanya orang Mongolia yang didudukkan sebagai pemegang jabatan tinggi.

Pada tahun 1368, dynasty Yuan dapat dipatahkan oleh anak petani Tinghoa tulen bernama Chu Yuan Chang dan mendirikan dynasty baru yang disebut dynasty Ming. Sebagai kaisar dari dynasty Ming, Chu Yuan Chang dikenal dengan nama Hung Wu tahun 1368 – 1398.

Chung Yuan Chang kemudian diganti oleh cucunya bernama Yung-lo pada tahun 1403 setelah cukup mahir belajar dalam memerintah Peking. Masa pemerintahan kaisar Yung- Lo ini mempunyai arti penting bagi perkembangan agama Islam di Asia Tenggara pada umumnya khususnya pula di Jawa.

Dalam hal demikian yang terjadi dibelahan bumi lainnya maka di tanah Sumatera juga berjalan perubahan akibat pengaruh perubahan dalam kekuasa-kekuasaan yang besar. Keturunan Silau Raja yang terus bertambah banyak terus melakukan migrasi dan semakin menjauh keluar dari Limbong Mulana dan tidak mengikuti jejak keturunan abangnya ke selatan melainkan kerah timur cenderung ke arah timur laut.

Pergerakan migrasi / urban dari pada keturunan Silau Raja yang pergi kearah timur dapat pula dilihat dari catatan sejarah dengan berdirinya dan berkuasanya keturunan Silau Raja di Kerajaan Siantar - Simalungun.

Arah yang telah ditempuh oleh para keturunan Silau Raja dan terutama setelah adanya Malau Raja II adalah juga cenderung kesebelah timur yaitu daerah-daerah yang banyak tumbuh dan berkembang pengaruh dari pada agama Islam.

Disamping itu akibat dengan adanya serangan – serangan dari Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Siam / China maka dibagian timur ini ada banyak timbul dan berdiri kerajaan - kerajaan yang baru sebagai Kerajaan Melayu. Keturunan dari Silau Raja dalam peta Geografis disebelah timur pada abad-abad berikutnya telah menjadi pembesar Kerajaan terutama dikenal dalam cerita-cerita masyarakat di daerah Pematang Siantar / Simalungun.



MANIK RAJA SEBAGAI
RAJA SIANTAR

Adalah seorang bermarga Manik Raja yang kawin dengan seorang boru Manurung dan telah memperoleh seorang putra dan seorang putri. Tetapi tidak lama kemudian istrinya meninggal dan si Manik kawin lagi, oleh karena itu kedua anaknya itu tidak betah diasuh oleh ibu tirinya maka kedua anak itu pergi ke rumah tulangnya Manurung di Uluan dan tinggal bersama dengan pihak tulangnya disana. Setelah dewasa kedua anak ini bekerja sebagi pedagang ke berbagai tempat dan si pemuda itulah yang disebut sebagi Parboniaga Sopunjung yang artinya penderitaan hidup (parsorian na namunjung) yang sangat menyedihkan.

Parboniaga Sopunjung adalah orang yang pandai dan ulet berdagang berjalan kaki dari Siantar Matio ke berbagai tempat di Uluan dan sesekali pergi ke Simalungun berjalan kaki melalui jalan setapak di kaki gunung Siamanuk-manuk dan dari pekerjaannya dia dapat hidup layak dan terhormat .

Kemudian berkeluarga serta memiliki tiga anak. Anaknya yang bungsu bernama Aji Urung dan keluarganya itu bermukim di Siantar Matio sementara dia terus keliling berdagang. Selain anaknya ada seorang perempuan kecil yang juga menjadi tanggungannya yaitu Sitatap yang mana adalah anak ibu tirinya yang sudah meninggal atau adik tirinya juga.

Setelah adik tirinya ini tumbuh menjadi gadis remaja, Sitatap itu dinamai orang sekitarnya dengan nama Si Sanggaranian karena kecantikannya dan kulit wajahnya tak ubahnya seperti kulit sanggar (pimping), licin dan bercahaya.

Parboniaga Sopunjung berencana akan pergi berdagang ke Simalungun, sebelum berangkat dikumpullah barang-barang yang akan dibawa. Mereka membawa dua ekor kuda, satu untuk Parboniaga Sopunjung dan satu lagi untuk si Sanggaranian. Beberapa orang pelayan yang berjalan kaki ikut serta membawa barang-barang dagangan serta perlengkapan di perjalanan, mereka menelusuri kaki gunung Simanuk-manuk lewat jalan setapak.

Begitulah berhari-hari mereka menembus hutan kaki gunung Simanuk-manuk, setelah beberapa hari sampailah mereka di Ajibata. Perjalanan sudah lebih enak karena jalan sudah agak datar. Mereka berhenti sambil menggelar dagangan. Sekejab saja sebagian kecil dagangannya laku dan separuh modalpun sudah kembali.

Hari - hari berikutnya sampailah mereka di Silampiang. Pengulu setempat memberi pondokan untuk tempat tinggal mereka. Apabila ada bertanya Parboniaga Sopunjung menjelaskan bahwa si Sanggaranian itu adalah itonya, bukan istrinya. Sanggaranian berusaha tetap ceria dan selalu membantu Parboniaga Sopunjung berdagang. Walaupun Parboniaga Sopunjung telah berbuat yang tidak patut pada dirinya, dia mendiamkan saja dan berusaha bergaul dengan gadis-gadis setempat.

Di Silampiang itu Parboniaga Sopunjung mendapat banyak untung. Semua orang ingin bergaul dan bersahabat dengan mereka, terutama karena kecantikan Si Sanggaranian banyak pemuda bahkan lelaki yang sudah beristri berkerumun mendatangi mereka.

Parboniaga Sopunjung pun kemudian dengan mudah dapat mengawini putri setempat yaitu Boru Saragih. Karena perkawinan itu membuat Parboniaga Sopunjung disegani dan dihormati orang.

Pekerjaan berdagang tidak lagi dilakukan Parboniaga Sopunjung, dia mulai ikut berjudi, sebab ciri anak raja adalah berjudi pada waktu itu. Adiknya Si Sanggaranian dan istrinya boru saragih selalu ikut dibawanya berjudi. Semua lawannya berjudi itu, kalah sebab perhatian lawannya berjudi selalu tergoda pada Si Sanggaranian dan boru Saragih.

Bila Parboniaga Sopunjung menang, si Sanggaranianlah yang mengambil uang dan menyimpannya. Orang-orang kaya di Silampiang satu persatu bangkrut kalah judi, bahkan mertua Parboniaga Sopunjung sudah terutang kepadanya karena main judi itu. Lawan untuk main judi tidak ada lagi di Silampiang, Parboniaga Sopunjung pergi ke Pematang, disana Raja Sitangganglah yang berkuasa dan kebetulan di tempat Raja Sitanggang itu ada perjudian.

Melihat kedatangan Parboniaga Sopunjung disertai dua wanita cantik, orang-orang setempat heran. Setelah berkenalan, Raja Sitanggang mengajak Parboniaga Sopunjung berjudi, sambil main mata kepada si Sanggaranian.

Merekapun mulai main judi, Parboniaga Sopunjung disertai Boru saragih dan Si Sanggaranian selalu menang. Setelah satu hari satu malam mereka main judi itu, habislah uang Raja Sitanggang.

Dia penasaran dan minta main judi lagi. Raja Sitanggang memper- taruhkan semua harta, rumah, sawah dan jabatannya sebagai penguasa di tempat itu. Sedang Parboniaga Sopunjung hanya mempertaruhkan Si Sanggaranian dan boru Saragih.

Artinya apabila Parboniaga Sopunjung kalah ia menyerahkan si Sanggaranian dan boru Saragih kepada Raja Sitanggang. Ternyata Raja Sitanggang kalah juga.Karena itu beralaihlah, rumah,sawah dan jabatan Raja Sitanggang kepada Parboniaga Sopunjung. Raja Sitanggang tergusur ke Tanah Jawa dan Parboniaga Sopunjung berkuasa di Pematang.

Anak Parboniaga Sopunjung bernama Aji Urung di jemput dari Siantar Matio untuk dinobatkan jadi Raja, sebab Parboniaga Sopunjung merasa sudah tua. Karena menang main judi inilah Aji Urung dari Siantar Matio anak Parboniaga Sopunjung diangkat jadi raja di Pematang. Nama Pematang itupun ditambah menjadi Pematang Siantar. Bekas Kerajaan Siantar dahulunya berada di daerah Pematang yang terdapat di Kota Pematang Siantar sekarang namun tidak pula lagi terdapat istana maupun bekas kerajaannya. Saat ini di Pematang Siantar hanya terdapat Museum Simalungun sebagai lambang adanya kekuasaan Kerajaan Siantar pada zamannya.


ASAL MUASAL PEMATANG SIANTAR

Kota Pematang Siantar terletak di Sumatera Utara, kota kedua terbesar setelah kota Medan, dan kota ini memiliki masyarakat yang terdiri dari beragam suku, agama tetapi masyarakatnya tetap solid dan saling menghargai. Disana pernah berdiri Kerajaan Siantar yang diperkirakan ada sejak tahun 1450M.

Nama asli Kota Siantar disebut Siattar dan masih terkait dengan kerajaan di Simalungun yaitu yang dikenal orang dengan Raja Jumorlang dan Datu Bolon. Nama Pematang Siantar tersebut diawali dari cerita kedua tokoh ini, yang mana keduanya memiliki kesaktian mandraguna dan saling mengadu kesaktiannya.

Disuatu hari kedua tokoh ini mengadakan pertandingan kesaktian dan bagi pemenangnya akan mendapatkan “hadiah” yaitu berbentuk tanah atau wilayah dan harta benda serta istri orang yang telah dikalahkan. Adu tanding kesaktian dikala itu sudah biasa dilakukan, namun pertandingan antara Raja Jumorlang dengan Datu Bolon dinilai sangat luar biasa karena kesaktian mereka sangat tersohor, sehingga masyarakat jadi penasaran dan ingin segerah tahu siapa yang menjadi pemenangnya. Adu kesaktianpun berlangsung di Bukit Parbijaan di Pulau Holong.

Tak diduga dalam adu kesaktian itu dimenangkan oleh Datu Bolon, sedangkan Raja Jumorlang kalah, tetapi secara kesatria , kedudukan Raja Jumorlang berpindah kepada Datu Bolon. Begitu hebatnya ilmu yang dimiliki Datu Bolon, setelah memenangkan pertandingan itu , diapun merubah namanya menjadi Raja Namartuah.

Raja Namartuah atau Datu Bolon akhirnya mengawini bekas permaisuri dari Raja Jumorlang dan posisinya tetap sebagai permaisuri (Puanbolon). Dari keturunan ini kelak akan menjadi penerus kerajaan Siattar, sedangkan anak dari Raja Jumorlang oleh Raja Namartuah dijadikan anak tiri.

Asal mula nama Siattar itu berasal dari nama sebidang tanah di “attaran” pada Pulau Holong. Dalam bahasa Simalungun “attar” ditambah akhiran an artinya kata unjuk untuk sebuah wilayah (areal tanah). Lama kelamaan akhiran an ini berubah menjadi awalan “si”.

Sementara awalan “si” dalam bahasa Simalungun dipakai untuk sebuah kata tempat dan benda. Setelah digabung, akhirnya kata-kata itu menjadi nama sebuah perkampungan . Lama kelamaan daerah ini makin padat penduduknya dan warga pendatang juga terus bertambah.

Sedangkan kata Pematang berasal dan berartikan parhutaan atau perkampungan. Dulu Raja yang berkuasa di Siattar tinggal di Rumah Bolon atau Huta dan dari keadaan demikian inilah muncul ide tempat tinggal raja disebut pematang. Sehingga jika digabungkan nama itu menjadi Pematang Siantar artinya Istana Raja Siattar.

Sebelum mengalahkan Raja Jumorlang, Datu Bolon atau Raja Namartuah dikala itu sudah memiliki daerah kekuasaan yakni kerajaan SIPOLHA, lama kelamaan kerajaan itu digabungkan ke dalam suatu pusat pemerintahan di Siattar. Uniknya, dalam adat Simalungun, partuanon Sipolha berkedudukan sebagai tuan Kaha dan mempunyai hak menobatkan Raja Siattar.

Oleh sebab itu, kerajaan Siattar akhirnya dibagi dalam lima (5) partuanon dan 1(satu) parbapaan yaitu ;
1. partuanon Nagahuta.
2. partuanon Sipolha.
3. partuanon Marihat.
4. partuanon Sidamanik.
5. partuanon Bandar Tungkat.

Partuanon dimaksud jelas mewakili daerah tempat dimana anak-anak Silau Raja membuka perkampungan setelah Sianjur Mula-mula . Partuanon Sipolha bertindak sebagai tuan kaha karena disana pula terdapat daerah dari pada marga Malau khususnya di Huta Mula-Sipolha.

Mayoritas di Huta Mula Sipolha ini terdapat orang-orang bermarga Malau dan masih selalu mempunyai komunikasi yang baik dengan asalnya di Huta Malau Simanindo maupun Rianiate . Sedangkan untuk parbapaan khusus satu yaitu parbapaan Dolok Malela dan Tuan Bangun. Pembagian wilayah ini sampai sekarang masih dipertahankan dan berlaku khususnya dalam budaya.

Bahwa dapat pula menjadi jelas apa yang dimaksud oleh Silau Raja, untuk memberikan nama kepada anak pertamanya dengan nama Malau Raja dan keinginannya yang tersirat dapat menjadi terbukti. Silau Raja yang pernah menginginkan agar keturunannya bernama Malau Raja kelak dapat menjadi Raja di daerah Melayu.

Mengingat pada perjalanan Saribu Raja kearah selatan dan barat banyak berhadapan dengan pengaruh Eropah dan agama Kristen dan keturunannya tentu telah menjadi bagian dari pada perkembangan pengaruh yang masuk tersebut. Sedangkan Silau Raja yang pergi kerah timur dan utara dan berhadapan dengan perngaruh Arabian , China dan agama Islam. Dalam hal ini keturunannya tentu menjadi bagian dari pengaruh yang ada di timur dan utara tersebut.

Bila diperhatikan lagi secara peta geografis maka tanah batak dan orang batak akan dihadapkan dengan dua kekuatan besar. Satu sisi dihadapkan dengan perdaban budaya Eropa serta agama Kristen dan satu sisi lagi dihadapkan dengan peradaban budaya Arab/Persia serta agama Islam.

Tidak dipungkiri hal itu menjadi sesuatu yang alamiah dialami oleh masyarakat batak dan menjadi sesuatu yang otomatis dijalani dan atau menjadi pilihan sebagai penganut salah satu dari agama tersebut. Bahkan disaat sekarang sudah terdapat dalam satu keluarga dimana kedua agama tersebut ada yang menjadi agama bagi anak-anak keluarga tersebut. Hal itu tidak membuat keluarga tersebut menghadapi masalah besar, kuncinya mereka saling hormat menghormati sebagaimana toleransi beragama yang baik.

Khusus didaerah Simalungun maka dapat pula kita lihat dalam lintas sejarah yang terjadi didaerah tersebut sebagai berikut bahwa ;
1293 -1339 berdiri Kerajaan Silo di Simalungun
1550 – 1900 berdiri Raja-raja Berempat di Simalungun sebagai pengganti Kerajaan Silo yang saling diperebutkan yaitu ;
1. Kerajaan Dolok Silau
2. Kerajaan Raya Kahean
3. Kerajaan Siantar
4. Kerajaan Tanah Jawa.

Kemudian setelah zaman VOC berkuasa yaitu dipertengahan abad 16 maka Kerajaan Berempat dipecah lagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang dimaksudkan VOC untuk lebih mudah menguasainya dan untuk mudah melakukan politik de vide at imperanya ;

Kerajaan Dolok Silau :
dikeluarkan dari kerajaan ini daerah Pakam , Sungai Karang dan Bangun Pura dan dijadikan menjadi kesultanan baru yaitu Kesultanan Serdang dan disamping itu didirikan pula Kerajaan Silima Kuta.

Kerajaan Raya Kahean :
dikeluarkan daerah Badegai dan Tebing Tinggi dan didirikan Kesultanan Deli. Didirikan pula Kerajaan Purba , Kerajaan Raya dan Kerajaan Panai.

Kerajaan Siantar :
Dari kerajaan ini dikeluarkan daerah Tanjungkasu.

Kerajaan Tanah jawa :
Dari kerajaan ini dikeluarkan daerah Kisaran .

Sangat disayangkan kedaaan demikian dapat terjadi hanya untuk memperoleh daerah kekuasaan masing-masing, yang hanya mengklaim diri sebagai pihak yang lebih berhak dan lebih berwenang. Pihak-pihak yang tanpa sengaja telah melakukan perang saudara dan tidak lagi menyadari sebagaimana mestinya sama-sama berasal dari kalangan batak pagan pada umumnya di bumi Sumatera. Hanya oleh karena nafsu untuk menguasai wilayah dan pemenuhan kebutuhan ekonomi serta saling curiga membuat perseteruan ada pada mereka dan dimanfaatkan pula oleh pihak imperialis. Memang saat itu belum tumbuh apa yang disebut nasionalisme dan untuk nasionalisme yang bagaimana pula.

Disentral asal batak sendiri yaitu Sianjur Mula-mula Pusuk Buhit maka masuknya pengaruh berjalan secara perlahan-lahan. Dipusat asal muasal ini tanpa disadari maka kecenderungannya justru telah terjadi banyak perang saudara, baik untuk mempertahankan areal pertanian masing-masing maupun akibat adanya hasutan antar kelompok.


BERDIRINYA KEMBALI
KERAJAAN - KERAJAAN MELAYU

Oleh karena itu perlu kita memperhatikan keadaan dan hal-hal yang dalam masa bangkitnya kembali Kerajaan - kerajaan Melayu di Sumatera. Seperti apa yang diuraikan dibawah ini maka berturut - turut dapat diketahui muncul Kerjaaan sebagai berikut ;

976 – 1168 . Kesultanan Mesir dibawah Dinasty fatimah, beragama Islam Syiah merebut monopoli dagang merica lewat jalur laut dan menguasai Gujarat/India termasuk muara sungai Pasai di Sumatera dan rempah-rempah dari hulu sungai Kampar Minangkabau Timur.

1128 – 1204
berdiri Kesyahbandaran Daya/Pasai sebagai bawahan Kesultanan Mesir/ fatimah Dinasty untuk menguasai jalur laut guna ekspor ke Eropa selatan dan Asia Kecil.

1168 - 1297
Kesultanan Mesir Dinasty Fatimah dimusnahkan oleh Sultan Salahudin dari Aiyubi Dinasty dibawah Laksamana Kafrawi Al Kamil.
Berdiri Kesultanan Perlak oleh para Persian refuges.

1204 – 1285
Kesyabandaran Daya /Pasai berubah menjadi Kesultanan Daya/Pasai yang didirikan oleh Laksamana Djohan Djoni yang menggantikan Laksamana Kafrawi Al Kamil dan merupakan pengalihan kekuasaan kepada India/Gujarat.

1252 – 1516
Kesultanan Mesir /Mamaluk dinasty dari mazhab Syafii menyerang dan berusaha merebut Kesultanan Daya/Pasai dibawah Laksamana Ismail As Sidiq karena dianggap peninggalan dari Dinasty Fatimah.

1285
Laksamana Ismail As Sidiq mengangkat penduduk asli yaitu Marah Silu yang merupakan Batak Pagan menjadi Sultan yang baru karena dengan alasan Sultan yang baru jangan dari kaum Gujarat.

Marah Silu diangkat menjadi Sultan dan masuk Islam dengan nama Iskandar Malik dan dengan gelar Sultan Malik Us Saleh dan menjadi Sultan Samudera Pasai yang pertama karena Kesultanan daya/Pasai berubah namanya menjadi Kesultanan Samudera Pasai. Kesultanan samudera Pasai sangat aktif menanamkan agama Islam sampai disekitar selat malaka.

1286
Kesultanan Bandar Kalipah berontak dan melepaskan diri dari Kesultanan Samudera Pasai dan dipimpin oleh Sultan Muhammad Kamil Perkasa Alam atau Sultan Muhamad Al kamil Alam Syah akibatnya oleh armada Samudera Pasai dibawah pimpinan Laksamana Achmad Kiyatudin memusnakan Kesultanan Bandar Kalipah.

Sultan Muhammad Kamil Perkasa Alam melarikan diri ke Muar/Malaya bergabung dengan orang-orang Gujarat yang pernah dikejar-kejar oleh Sultan Samudera pasai.

1286 -1295
Kesultanan Muar/Malaya didirikan oleh Sultan Muhamad Perkasa Alam dengan Putri Ratna Husyin

1299 -1512
Kesultanan Aru/barumun melepaskan diri dari Kesultanan Samudera pasai dan dipimpin oleh Sultan Malik Ul Mansur dengan Putri Nur Alam.

1300 – 1350. Kesultanan Dehli didirikan oleh Tentara Kesultanan Dehli /India dan merebut daerah pengaliran Sungai Deli dan berbenteng di Delitua

1351 -1522
Kesultanan Samudera Pasai mengalami kemunduran akibat pengaruh dari orang-orang batak terutama dari Nagur dan akibatnya Kesultanan Samudera Pasai, pecah menjadi Kesultanan Aceh dan Kesultanan Pidie.

1383 -1511
Kesultanan Malacca menggantikan posisi dari pada Kesultanan Samudera Pasai selaku pusat agam Islam mazhab Syafii.

1405 . Angkatan laut Tiongkok dari dynasty Ming dibawah pimpinan laksamana Sam Po Bo atau nama lain Laksamana Cheng Ho , singgah di Kesultanan Malacca yang mengakibatkan Kerajaan Siam dan Kerajaan Majapahit menyingkir dari Kesultanan Malacca.

1619 – 1942 . Pemerintahan Kolonial Belanda berada di bumi Nusantara dan sukses menguasai perdagangan dan menyebarkan agama Kristen dan menjalankan politik pecah bela dalam system penjajahannya.

1512 – 1523
Pihak Portugis menguasai Kesultanan Malacca sampai ke Pidie dan mendukung Sultan Aceh untk menguasai seluruh bekas daerah kesultanan Aru/Barumun.

1275-1289
Bahwa semenjak Expedition Pamalayu pada 1275-1289 dimana tentara Singosari merebut Kerjaan Darmasraya /Jambi dan kemudian tahun 1293 Panglima Indrawarman tidak mau tunduk kepada Majapahit malahan mendirikan Kerajaan baru di Simalungun yaitu Kerajaan Silo.

1293 – 1339
Kerajaan Silo berdiri di Simalungun dengan pusat kerajaan di Keraksaan ditepi Sungai Bah Bolon atau masa ini adalah juga masa Kerajaan Malayu jatuh pada Majapahit.

Kerajaan Silo kemudian beradapatasi dengan orang-orang Batak yang ada di daerah Sungai Bah Bolon dan bekas tentara dan Panglima Singosari tersebut masuk menjadi bagian marga Siregar, Saragih dan Damanik dan Sinaga.

Disebut-sebut adanya terdapat Kerajaan Nagur yaitu sesuatu Batak Pagan didaerah Simalungun atau daerah yg berada sebelah timur dari Sianjur Mula-mula, yang sudah dikenal dalam literature-literatur Tiongkok pada masa Dinasty Swi dan telah mengirim karet “Balata” guna keperluan membuat water tight kapal-kapal kayu dan pihak Tiongkok sendiri telah mendirikan pelabuhan Sang Pang Tao sebagai pelabuhan pengakutan karet balata dan terletak ditepi Sungai Bah Bolon dekat Kota Perdagangan sekarang.

(Pengertian Nagur disini hanyalah istilah dari para batak pagan yang ada di tempat tersebut bahwa mereka berasal dan beraja kepada Na-Gur yaitu raja mereka yang terdapat di Siam Jur Mula-mula)


1200 -1285
disebut dalam kronik Tiongkok terdapat Kerajaan Nagur di Simalungun yang kemudian diserang batak Karo pada tahun 1508 .
Sedangkan Kerajaan Nagur dilanjutkan oleh penerusnya dengan berpindah ke Hulu Sungai Pasai , Raja Nagur yang meneruskan tersebut bernama Marah Silu. Mara Silu adalah Raja Nagur yang pertama memeluk agama Islam dan menjadi Sultan Samudera Pasai yang Pertama.



1299 – 1512
Kesultanan Aru/Barumun berdiri dan melepaskan diri dari Kesultanan Samudera Pasai dan berturut-turut dipimpin oleh sultan –sultan keturunan dari Sultan Malik Ul Mansur dengan Putri Nur Alam.
Kesultanan Aru Barumun dikuasai oleh Portugis dan mengangkat sultan-sultan dibawah kekuasaan Portugis dan selanjutnya Portugis pula yang memberikan kekuasaan Aru Barumun maupun Samudera Pasai kepada kesultanan – kesultanan Atjeh sejak 1523 – 1904 sebagai bagian dari kekuasaan Portugis.

1508. terdapat Kerajaan Haru / Wampu yang menggantikan Kerajaan Nagur. Kerajaan Nagur diserang dan dimusnahkan oleh orang-orang batak Karo pada tahun 1200 s/d tahun 1508 dan diganti dengan berdirinya Kerajaan Haru/Wampu .

1339
Tentara Majapahit memusnahkan Kesultanan Kuntu Kampar di Minangkabau, menyerang Kerajaan Silo di Simalungun dan merebut Kerajaan Haru Wampu serta menahlukkan Kesyabandaran Tamiang bawahan Kesultanan Samudera Pasai.

Tetapi kemudian Panglima Mula Setia dan Laksamana Hamdan Tammana yaitu angkatan bersenjata Kesultanan Samudera Pasai berhasil memukul mundur tentara Majapahit dan Patih Gaja Mada kembali ke Pulau Jawa.

1339 – 1947
Anak-anak daripada Indrawarman dari Kerajaan Silo mengungsi dan mendirikan Kerajaan baru bernama Kerajaan Dolok Silau dihulu Sei Padang dan Kerajaan Raya Kahean dihulu Sei Ular.

Bekas Kerajaan Silo selanjutnya diambil alih oleh orang batak Pagan bermarga Sinaga dan menggantinya menjadi Kerajaan Tanah Jawa. Kerajaan Tanah Jawa sendiri berpindah ke daerah Tanah jawa yang ada sekarang.

Dalam keadaan demikian berarti daerah bekas Kerajaan Silo menjadi status quo tanpa penguasa resmi, daerah itu berada di Keraksaan sekarang dan pada masa itu telah banyak batak pagan dan batak siamjur Mula-mula yang migrasi kedaerah tersebut.

Sehingga pada saat itu daerah dalam keadaan status quo menjadi penguasaan oleh masyarakat yang kolektif yang berasal dari batak pagan dimaksud. Hal inilah maka dalam kronik Tiongkok ada pula mencatat adanya Kerajaan Nagur yang sebenarnya daerah kekuasaan para batak setelah Silo hancur dan batak pagan yang itu berasal dan beraja kepada Siam Jur Mula-mula atau di Nagur.

Untuk mengimbangi permusuhan antara Kerjaan Dolok Silau dan Kerajaan Raya Kahean dalam mengahadapi Kerjaan Tanah Jawa maka pada kekuasaan Belanda/ VOC agar mudah melaksanakan politik pecah belah maka dibentuk pula Kerjaan Siantar.

Oleh karena itu maka semenjak adanya Kerajaan Siantar maka didaerah Simalungun terdapat adanya Raja-raja Berempat di Simalungun. Perlu diingat bahwa setelah adanya serangan dari Kerajaan Majapahit begitu juga dengan adanya saling menyerang/dendam antara Kerajaan Dolok Silau dan Kerajaan Raya Kahean ditambah pula adanya serangan dari Kesultanan Malaka maka praktis kota Indarapura dan Perdagangan habis berantakan.
Adapun kota tersebut kemudian dibangun kembali oleh dan atas perintah raja – raja Malau dengan dukungan Sultan-sultan Malacca akan tetapi Keraksaan dan Dolok Sinumbah dibiarkan dan tidak pernah dibangun kembali.

1450 – 1500 . Atas dasar dukungan dari Sultan Mansur Syah I yaitu Sultan Malacca maka agama Islam yang dibawa Datuk Sailan masuk ke Simalungun didaerah Kisaran, Tindjauan, Perdagangan, Bandar, Tandjung Kasau, Bedagai, Pakam, Sungai Karang dan Bangun Purba. Kaum Batak yang sudah masuk Islam pada umumnya tidak lagi mau mengaku Batak karena akan identik dengan kafir sehingga mereka pada umumnya mengaku Melayu.

1508 terdapat Kerajaan Haru / Wampu yang menggantikan Kerajaan Nagur.
Kerajaan Nagur diserang dan dimusnahkan oleh orang-orang batak Karo pada tahun 1200 s/d tahun 1508 dan diganti dengan berdirinya Kerajaan Haru/Wampu .

Pada daerah semenanjung Malaya dapat pula kita kenal beberapa kerajaan-kerajaan yang berdiri sebagai cikal bakal Thailand . Kerajaan-kerajaan yang sebelumnya banyak berada dibawah kekuasaan Tiongkok atau juga merupakan bagian para dynasty Syalendra. Kerajaan-kerajaan ini berdiri bersamaan dengan adanya berdiri kerajaan-kerajaan yang baru di Sumatera maupun Jawa.

Abad 7 – 13 M. Kerajaan Lapburi / Lavapura
Kerajaan yang banyak dipengaruhi oleh bangsa Khmer. Bangsa Khmer merupakan suku bangsa dipuncak kekuasaan ANGKOR. Ditemukan beberapa candi Hindu disana walaupun ada juga candi yang diperbuat pada abad 12 atau permulaan abad 13 yang telah ditujukan sebagai pemujaan Buddha Mahayana.

Abad 3 – 13 M . Kerajaan Sri’Vijaya.
Perlu diperhatikan bahwa penamaan Sri’Vijaya didaerah ini karena tidak membedakan Kerajaan Criwijaya/Mol’yu – Jambi , hulu sungai Batang Hari atau Kerajaan Shili Fot’shi abad 3 – 6 dengan kerajaan Sriwijaya – Sungai Musi atau kerajaan San Fot’shi. Peninggalan kerajaan ini di Thailand sekarang atau didaerah semenanjung Malaya adalah ;

a. adanya kesenian India dalam gaya Amravati abad 3 – 5 M
b. kesenian India dari Sarinath abad 5 – 8 M
c. kesnian India dengan gaya Pallawa yang sama dengan Jawa Tengah dan Champa.
d. Lopburi / Lavapura pada abad 11 – 13 M

Menurut pendapat masyarakat didaerah ini penduduk di kerajaan Sri’vijaya sebelumnya menganut agama Buddha Hinnayana tetapi kemudian mengambil aliran Mahayana.

Abad 12 . Kerajaan Sukhothai.
Dalam kerajaan ini dikenal seorang raja bernama Ramkhamhaeng yang berkuasa pada tahun 1279 – 1298. Ianya merupakan raja ke-3 dan yang menemukan huruf Thai dan membentuk kerajaan menjadi Monarkhi Patrinial atau Raja Leluhur, beragama Buddha. Bertolak belakang dengan kerajaan Angkor di Cambodia yang bersifat Raja Dewa. Kerajaan Sukhothai hanya berdiri selama 160 tahun karena kemudian pada tahun 1378 jatuh kepada penguasaan kerajaan Ayutthaya.

Abad 13 – 118 M. Kerajaan Lanna.
Sebuah kerajaan yang juga berada di sebelah utara Thailand sekarang. Didirikan oleh Raja Mangrai tahun 1286 , ibukota kerajaannya di Chiang Mai.
Pada masa Raja Tilokaraja tahun 1455 – 1491 merupakan masa kejayaan kerajaan ini walaupun akhirnya pada tahun 1558 digabung dengan Siam/Bangkok.

Abad 13 – 17 M . Kerajaan Ayutthaya
Merupakan kerajaan Thailand yang selama 4 abad menjadi kerajaan yang kuat dan berdiri sejak tahun 1350 M. Pemerintahannya meniru model Khmer yang raja merupakan titisan dewa dalam mengatur urusan kerajaan. Dinasty Ayutthaya berkuasa selama 417 tahun dan Raja Narai yang agung sejak abad 17 telah mampu mempunyai hubungan dengan Eropa yaitu dengan Perancis dimasa Raja Louis XIV.

Abad 17. Kerajaan Thonburi.
Didirikan oleh seorang jenderal yang melarikan diri dari Ayutthaya yakni jenderal bernama Phraya Tak. Mendirikan kerjaan Thonburi dengan ibukota di Thonburi pada tahun 1768 dan selanjutnya menjadi dynasty Tak Sinh.


Abad 18. Bangkok.
Daerah ini berada disisi timur sungai Chao Phraya sehingga jelas merupakan bagian dari kerajaan Ayutthaya sebelumnya. Didirikan oleh jenderal bernama Raja Tak Sinh.
Pada masa Chao Phraya Cakra yaitu sebagai Raja Rama I telah kembali menguasai daerah Ayutthaya dan pada masa inilah tepatnya tahun 1826 timbul Threaty of Amity and Commerce (perjanjian persahabatan dan perdagangan) antara Thailand dengan Inggris. Disusul lagi pada tahun 1833 telah mempunyai hubungan dengan Amerika Serikat yaitu pada masa Raja Rama IV-Siam.


DARI SILAU RAJA KE MARAH SILU
KEPADA RAJA TUAN SORI MALAU

Kerajaan Nagur sering disebut merupakan kerajaan Batak pagan yang didirikan oleh para Proto Malayan yang terdahulu masuk ke Sumatera yaitu komunitas primitive dan bertumbuh dengan masuknya berbagai pengaruh kepada komunitas tersebut .

Kerajaan ini disebut-sebut pernah ada pada buku-buku sejarah Arab terutama dalam buku perjalanan dari saudagar-saudagar Gujarat yang dibawah kekuasaan Dinasty Fatimah . Sejarah yang seakan-akan membangkitkan masyarakat batak pagan telah mampu sebelum tahun 1200-an untuk membangun suatu pemerintahan dan kerajaan yang disebut Kerajaan Nagur.

Bahwa nama Mara Silu dalam literature marga-marga orang batak tidak ada didapati marga dan identitas marga yang sama seperti itu . Oleh karenanya tentu nama tersebut adalah nama dari suatu orang batak yang telah sengaja untuk menghilangkan identitas batak pagan yang ada padanya pada masa itu terutama setelah masuk kepada masyarakat agama Islam mazhab Syafi’i tentu harus meninggalkan latar belakangnya yang dianggap ka’fir.

Nama Marah Silu yang mempunyai persamaan dengan kata Silau Raja, membuat penulis mempunyai dugaan yang kuat bahwa yang empunya nama tersebut adalah bagian dari Silau Raja.
Marah Silu berasal kata dari Marah , meura, morat yang berarti = Raja dan ditambah kata silu dari kata silau yang penyebutan cepat menjadi silu.

Hal tersebut sangat dimungkinkan mengingat Silau Raja yang tidak mendapat tempat di Sianjur Mula-mula membuatnya harus keluar dari sana. Dalam perjalanannya sebagai orang terbuang maka Silau Raja tersebut telah menimbulkan cerita yang memperdengarkan nama sedemikian rupa.

Dalam mengajak dan menguasai para suku Proto Malayan yang dilaluinya yang sudah ada di tanah Sumatera khususnya, serta dalam mendirikan komunitas baru dan akhirnya menjadikan cerita asal usul yang semestinya Sianjur Mula-mula dirubah oleh keadaan dan lintas bahasa yang dipakai menjadi berasal dari kerajaan yang disebut Kerajaan Nagur.

Marah Silu yang sebelumnya adalah seorang batak pagan disebut-sebut mempunyai tattoo diwajahnya dan memepunyai juga tanda - tanda seorang putra raja lainnya , yang tidak dapat hapus sepanjang hidupnya.
Dikatakan pula sebagai orang yang memakan cacing dan dalam dongengan masyarakat daerah Pasai tidak pula dikenal pasti asal usulnya kecuali hanya seorang anak dari bukit Pasai.

Melihat peta migrasi yang dilakukan Silau Raja dan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh Saribu Raja dan keturunannya yaitu yang menuju kearah Selatan tanah Batak maka disana kemudian banyak dipengaruhi oleh masuknya serangan Perang Padri dan yang paling besar adalah pengaruh Belanda melalui VOC dan masuknya agama Kristen.

Migrasi yang dilakukan oleh Silau Raja serta keturunannya kearah Timur tersebut tidak tertutup kemungkinan keturunan Silau Raja yang sejak tahun 1400 yaitu setelah anak - anak dari Malau raja II lahir maka anak-anak Malau Raja II tersebut telah berimigrasi pula ke Timur dan berbaur ke Kerajaan yang ditemuinya didaerah timur bahkan turut mendirikan kerajaan yang baru ditempat daerah timur sumatera tersebut.

Mengingat pada hal-hal yang terjadi pada tahun 1600 yaitu masa dimana telah diketahui dengan jelas adanya leluhur penulis yang bernama Raja Tuan Sori Malau dan anaknya bernama Oppu Raja Djailalo Malau yang telah berada di Pulau Samosir tepatnya di Huta Malau Simanindo maka hal ini kemungkinannya merupakan arti dari hal sbb ;

leluhur dari keturunan Silau Raja yang tadinya telah berimigrasi ke daerah Timur dan setelah daerah timur dikuasai oleh penjajahan dan kekuasaan Eropa baik Kolonial Belanda maupun Portugis atau VOC membuat mereka terpaksa pergi kedaerah lain termasuk ke Pulau Jawa dan ada pula yang kembali lagi ke tanah Batak.

Terutama akibat dari telah adanya masuk kekuatan tentara Portugis yang menguasai daerah timur sumatera dan seluruh semenanjung Malaya dan memusatkan pula kekuatannya di bekas kesultanan Malacca sebagai pusat kekuasaan. Di Malacca ini , Portugis kemudian menjadikannya sebagai benteng kekuasaan dan dari sanalah disusun segala upaya untuk menahlukkan negeri lainnya.

Keturunan Silau Raja yang kembali itu tidak mungkin pula ke Sianjur Mula-mula karena pada awalnya juga tidak mendapat tempat disana , oleh karena itu kembali ke tanah batak lainnya yaitu Pulau Samosir.

Pulau Samosir, dalam bahasa batak kata samosir tidak pula jelas artinya, dan menurut penulis kata samosir adalah pemberian dari para pedagang Inggris. Saudagar Inggris tersebut terhadap sesama saudagar lainnya telah mengklaim tanah batak terutama pelabuhan Barus adalah dibawah kekuasaan Inggris.

Pada saat itu telah timbul usaha-usaha masyarakat Eropa untuk saling mengklaim daerah-daerah kekuasaanya di Nusantara dan pada masa itu timbul perselisihan antara bangsa Holland dengan bangsa Inggris di pelabuhan Barus. Komuntitas Inggris yang lebih dahulu masuk Barus dan mempunyai markas di Aceh datang ke Barus mendahului bangsa Holland namun bangsa Inggris tersebut tidak berani masuk untuk berkuasa terlalu jauh untuk membuat agen/wakil kekuasaanya di pedalaman tanah Batak hanya berada di pantai Tapian Nauli.

Disaat bangsa Inggris tersebut datang memasuki pedalaman tanah batak terutama memasuki daerah danau toba termasuk daerah pulau samosir mereka menemukan banyak manusia yang menganggap dan menyebutnya dirinya dengan sebutan raja.
Oleh karena itu oleh para pedagang Inggris menyebut pulau tersebut sebagai pulau some - a - sir disebut dengan cepat menjadi samosir yang dapat berarti sebagai pulau sejuta raja.

Dalam segi peta geografis yang sedemikian rupa maka terlihat sebenarnya tanah batak terhimpit oleh dua kekuatan besar dari luar yaitu ;
a. dari sebelah utara dan timur pengaruh perkembangan agama Islam dan
Kerajaan-kerajaan Islam sedangkan
a. dari sebelah selatan dan barat dipengaruhi oleh kekuatan bangsa Eropa dan agama Kristen dan sedikit-sedikit terdapat juga pengaruh Islam dan Hindu.

Akan tetapi tanah Batak tetap menjadi masyarakat yang primus inter phares dan menganut Hindu Kuno sebagaimana dibawanya dari pegunungan Birma/Siam sewaktu masih dalam induk Proto Malayan. Daerah Sianjur Mula-mula sebagai sentra peradaban masyarakat Batak tidak mudah dipengaruhi. Sebaliknya justru masih beruntung hal itu masih bisa ada terpelihara/terjaga sehinggah masih saja ada tersisah peradaban batak kuno hingga saat sekarang ini . Walaupun mengalami penambahan dan perubahan disana sini sebagaimana perkembangan peradaban yang masuk.

Batak adalah Batak , yang splendid isolation dan tumbuh menjadi masyarakat yang percaya diri dan bangga menjadi dirinya sendiri, jelas berkarakteristik dan jelas mempunyai ciri spiritual tersendiri. Suatu masyarakat sampai abad sekarang ini menjadi salah satu suku ras dari bangsa Indonesia.

Bila diperhatikan maka Silau Raja telah mempunyai anak-anak yang tersebar merantau dimana-mana dan boleh jadi anak-anaknya tersebut jika kita uraikan mempunyai nama yang sama yaitu ;

1. Ditanah Batak ;
a. Malau Raja ; arti pertanda akan menjadi Raja Melayu .
b. Manik Raja ; manik ; manik-manikam ; artinya berkilau.
c. Ambarita Raja ; ambarita : berita terkenal ; masyur ; mansur.
d. Gurning Raja ; gurning ; artinya bening ; suci ; thahir.

2. Ditanah Perantauan / Samudera Pasai ;
a. Malik Ul Thahir ( Mohammad ) ; thahir
b. Malik Ul Mansur ( Abdullah) ; mansur

Nama tersebut diatas mempunyai persamaan yang sama yaitu kedua nama anak yang lahir di Samudera Daya Pasai dengan anaknya yang ke-3 dan ke-4 di tanah Batak adalah sama yaitu bernama : MANSUR dan THAHIR

Adalah perhitungan yang wajar untuk mengikuti pola perhitungan bahwa umur satu generasi dalam mendapatkan keturunan rata-rata berumur diantara 20 – 35 tahun. Karena itu uraian-uraian dibawah ini dapat menelusuri masa hidup masing - masing nenek moyang sebagaimana halnya leluhur Silau Raja sebagai berikut :

A. Anak Si RAJA BATAK (1160 M) adalah :
1. Yang Pertama adalah Guru Tetea Bulan atau Raja Ilontungan atau Toga Datu.
2. Yang Kedua adalah Raja Isumbaon
3. Toga Laut ( yang pergi ke Nias)

B. GURU TETEA BULAN ( perkiraan tahun 1190 M )
Disebut juga dengan Raja Ilontungon atau Namarata atau Toga Datu
anaknya terdiri dari ;

1. RAJA BIAK-BIAK. – 1232M
2. SARIBU RAJA - 1234M
3. LIMBONG MULANA – 1236M
4. SAGALA RAJA - 1238M
5. SILAU RAJA - 1240 M
6. SIBORU PAREME
7. SIBORU ANTING SABUNGAN
8. SIBORU BIDING LAUT
9. NAN TINJO

C. OMPU SILAU RAJA ( perkiraan tahun 1240M )
anaknya terdiri dari ;
1. MALAU RAJA
2. MANIK RAJA
3. AMBARITA RAJA
4. GURNING RAJA

D. MALAU RAJA ( diperkirakan tahun 1270 M )
mempunyai anak bernama
PASE RAJA MALAU.

E. PASE RAJA MALAU ( perkiraan tahun 1300 M )
mempunyai anak bernama
1.RAJA PARMAS MALAU
2.GURU PANSUR MALAU
3.GURU LANGGAK MALAU

F. RAJA PARMAS MALAU ( perkiraan tahun 1335 M )
mempunyai anak bernama
1. MALAU RAJA II
2. GURU SOLOBEAN MALAU

G. MALAU RAJA II ( perkiraan tahun 1370 M )
merupakan yang menurunkan TABU TABU GUMBANG dan yang
merupakan leluhur marga Malau di RIANIATE.

F. TABU-TABU GUMBANG ( tahun 1400M)
………………….. generasi terputus ke tahun 1650.

Kalau melihat asal usul orang Batak yang bermula ada dan dari Pusuk Buhit, SIANJUR MULA-MULA maka oleh karena berbagai permasalahan dan penguasaan tanah di Sianjur Mula-mula menimbulkan terjadinya migrasi dan perpindahan keluar dari tempat asal tersebut, termasuk SILAU RAJA yang tidak mendapat tempat dari kedua abangnya Limbong Mulana dan Sagala Raja pada masa itu.

Untuk itu kemudian Silau Raja mengalami migrasi keluar dari Sianjur Mula-mula pergi kearah timur dan bisa saja pergi kearah timur dengan maksud untuk kembali ke daerah asal leluhurnya di Grahi atau Cai’ya dengan melalui daratan dan rimba yang harus ditembus.

Grahi sendiri berada disebelah timur laut dari pada Sianjur Mula-mula, karena itu dimulainya pergi melalui Rianiate terus ke Salaon dan perkembangan selanjutnya ternyata ada terdapat pemukiman marga Malau di berbagai tempat seperti ;
Huta Passur Rianiate, Pangururan, Banjar Malau (Huta Malau) Simanindo, Harianboho , Siattar-attar , Salaon , Huta Mula Sipolha.

Banyak penulis mengatakan marga Malau yang di Rianiate adalah merupakan keturunan dari Tabu - tabu Gumbang dan sampai saat sekarang ini banyak marga Malau yang kita temui berasal dari sana dan tetap masih bermukim disana.

Untuk daerah Pangururan ada juga leluhur marga Malau didapati disana, atas cerita dari banyak orang , keturunan marga Malau tersebut bernama RAJA ITULANNA MALAU yaitu yang merupakan marga Gurning tertua di Pangururan. Sementara itu keturunan dari Guru Pansur Malau dan Guru Langgak Malau serta Guru Solobean Malau tentu juga mengalami migrasi dari tempat asalnya dan mungkin saja menjadi marga Malau yang menurunkan Raja Djailalo Malau . Kenyataannya untuk RAJA DJAILALO MALAU ternyata bermukim di Huta Malau / Banjar Malau yaitu di daerah yang termasuk pada Nagari Simanindo yang hampir berjarak 15 km dari Rianiate . Mereka tidak menganggap mereka berasal dari leluhur Tabu-tabu Gumbang.

RAJA DJAILALO MALAU adalah keturunan atau anak dari OMPU TUAN SORI MALAU ( tahun 1650 ) dan ada meninggalkan suatu warisan yang yang sangat religius bagi keturunannnya / penulis. Warisan tersebut berupa sebuah Tombak yang disebut dengan Hujur Siringis. Tombak pusaka leluhur yang selalu dipergunakan dalam Pesta Bius di Nagari Simanindo.

Disamping itu di Huta Banjar Malau terdapat Jabu Parsattian atau rumah tempat tinggal leluhur Oppu Limbong Malau pada masanya. Sekarang ini tentu didiami oleh generasi penulis yang ada sekarang disana . Jabu Parsantian merupakan lambang spiritual dari kediaman kepala suku/ Raja ni Huta. Dalam rumah tersebut terdapat raga - raga yang menurut orang tua penulis mutlak ada di rumah bagi Raja Huta dalam memimpin acara penyampaian syukur dan doa-doa serta persembahan kepada Mulajadi Nabolon dan kepada para leluhur.

Dalam wilayah daerah Nagari Simanindo yaitu di Huta Malau maka keturunan dari pada RAJA DJAILALO MALAU adalah sebagai berikut ;

1. Ompu Tuan Sori Malau ( tahun 1650) mempunyai anak bernama Ompu Raja Djailalo Malau.

2. OMPU RAJA DJAILALO MALAU sekitar tahun 1686
mempunyai tiga orang putra yaitu ;
- OMPU BARINGIN MALAU ( 2.a )
- OMPU MANGONDOK RAJA MALAU ( 2.B )
- OMPU MANGARHAR MALAU ( 2.c )

Ketiga anaknya ini mempunyai keturunan yang masing - masing sbb ;
Op. Baringin Malau adalah yang tertua , keturunannya banyak berada
dan bermukim di Huta Malau / Lbn.Batu , Simanindo sedangkan
Op. Mangarhar Malau yaitu yang bungsu dan mempunyai keturunan di
daerah Hutaginjang di dolok ni Huta Sitanggang Uruk sedangkan
Op. Mangondok Raja adalah yang anak kedua serta membuka
huta di Banjar Malau , Bokkung bagian dari Nagari Simanindo .

Karena penulis berasal dari leluhur Oppu Mangondok Raja maka silsilah ini mengikuti garis tarombo penulis tersebut sedangkan leluhur lainnya akan dijelaskan pada bagian akhir.

3. OP. MANGONDOK RAJA MALAU (2.B) sekitar 1718 M
mempunyai duaputra yaitu ;
Ompu Tahibajo Malau (3.B.i) dan
Ompu Mangampin Malau (3.B.ii)

4. OMPU TAHIBAJO MALAU (3.B.i) sekitar tahun 1750 M
hanya mempunyai satu putra yaitu ;
Ompu Habiaran Malau. (4.B )

5. OMPU HABIARAN MALAU (4.B ) sekitar tahun 1782 M
mempunyai tiga putra yatu ;
Ompu Lansat Malau. (5.B.i)
Ompu Mangonggop Malau. (5.B.ii)
Ompu Hadjangan (5.B.iii)

6. OMPU LANSAT MALAU ( 5.B ) sekitar tahun 1808 M
mempunyai dua putra yaitu ;
Ompu Siatbagi Malau (6.B.i)
Am. Mintara Malau (6.b.ii) ----- habis.

7. OMPU SIATBAGI MALAU (6.B.i) sekitar tahun 1838 M
mempunyai satu putra juga yaitu ;
Ompu Limbong Malau atau
Am. Darilan Malau (7.B )

8. OMPU LIMBONG MALAU ( 7.B ) sekitar tahun 1865 M
Atau Darilan Malau
Mempunyai satu putra yaitu ;
Ompu Djaparman Malau atau nama lainnya
Am. Limbong Malau (8.B )


9. OMPU DJAPARMAN MALAU ( 8.B) sekitar tahun 1898 M
Mempunyai mempunyai 15 anak yaitu
Ompu Faber Malau atau St. L.A Malau
atau Am.Djaparman (9.B )
Am.Ratni Malau, Gersom Malau, Guliman Malau,
Guliaman Malau,Djihon Malau, Djatimbun Malau.

10. OMPU FABER MALAU ( 9.B) tahun 1925 M
mempunyai 7 anak yaitu ;
St. Djaparman Malau .Bsc (10.B.1)
Erwin Malau, SH.MH (10.B.2)
Wilman Malau, SH (10.B.3)

Bahwa dari silsilah diatas nyata terlihat masih terdapatnya rantai generasi yang terputus sejak dari Si Raja Batak sampai dengan Raja Itulanna Malau maupun Tabu-tabu Gumbang sampai kepada Raja Djailalo Malau terdapat sekitar 6 (enam) rantai generasi yang belum diketahui.

Menjadi tanggung jawab bersama antara generasi Silau Raja untuk mencari rantai generasi yang enam lagi untuk bisa diperoleh di kemudian hari baik melalui penelitian sejarah maupun arkeolog sejarah yang tentu masih bisa dicari terus. Silsilah seperti diatas yang kiranya menggambarkan bahwa penulis mempunyai leluhur dari moyang bernama Silau Raja yaitu yang merupakan CUCU paling bungsu dari si Raja Batak.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara sejauh ini marga Malau belum kelihatan menonjol dibandingkan dengan marga-marga batak lainnya secara umum. Hal ini tentu dapat menjadi spirit yang bernilai tinggi bagi generasi berikutnya agar kiranya dapat lebih menyempurnakannya dimasa yang akan datang dan turut mengambil bagian menjadi Silau Raja-Silau Raja yang baru yang bisa tampil bagi pembangunan manusia. Generasi yang bisa menjadi pemimpin bangsa yang manshur dan thahir.


Kemudian tentulah dapat kita hitung bahwa terdapat rantai generasi yang terputus sejak mulai tahun 1450 sampai dengan tahun 1650 ATAUPUN tahun 1686 . Rantai generasi terputus tersebut yaitu yang lebih kurang berjarak sekitar 200 tahunan atau setara dengan rata - rata generasi manusia untuk mendapatkan keturunan yaitu berumur 35 tahun maka rantai terputus itu ada 6 (enam) rantai generasi .

Pada kurun waktu ini adalah tahun-tahun dimana timbulnya kerajaan-kerajaan baru di geografis Nusantara dan tidak banyak ilmuwan sejarah yang kensentrasi pada kehidupan Silau Raja. Hal yang sangat biasa didapati dalam masyarakat bahwa kecenderungan yang menjadi perhatian adalah masalah atau keadaan yang ada pada sekitar maupun lingkungan dekat saja.

Sedangkan Silau Raja hanyalah anak bungsu dan pergi ke timur dan kurang populer terhadap keadaan yang bisa memberikan sumbangsih yang banyak pada asalnya ataupun juga bisa saja oleh factor yang disengaja dilupakan karena bertentangan dengan esksistensi dari pada leluhur atau keturunan para kakak-kakaknya di tanah batak.





Dari skema diatas maka bila ditarik perhitungan dengan anggapan untuk satu penerus itu telah diasumsikan berumur sekitar 20-30 tahun maka untuk silsilah penulis diatas dapat ditentukan rantai terputus atau leluhur yang belum dapat ditemukan namanya adalah :
antara leluhur dari anak Raja Malau II kepada Tabu-tabu Gumbang dan Raja Itulanna Malau tahun 1400 sampai dengan Ompu Tuan Sori Malau yaitu orang tua dari pada Raja Djailalo Malau yaitu kurun waktu dari tahun 1400 – sampai dengan tahun 1650/1686 maka akan dapat pula diperoleh lebih kurang sebanyak 250 tahun.

Hal ini setara dengan jumlah dari 6 ( enam ) tingkat leluhur atau ada enam generasi yang harus dicari untuk dapat mengetahui para leluhur dari Si Raja Batak langsung sampai ke penulis.

Periode tahun 1400 s/d 1650 adalah tahun mulai runtuhnya Negara Samudera Aca Pasai dan masa dimulai masuknya imperialis Eropa ke bumi Sumatera khususnya VOC yang bertindak kejam kepada pribumi. Keadaan demikian membuat orang-orang pribumi takut menonjolkan diri karena takut dan segan menjadi sasaran musuh maupun target /tawanan dari VOC.

Dikalangan keturunan marga Malau sendiri masih terdapat kotroversi akan leluhur Silau Raja , terutama tentang istri dari pada Oppu Silau Raja tersebut. Kemudian tentang anaknya yang disebut Malau Raja , Manik Raja, Ambarita Raja dan Gurning Raja mendapat beberapa tanggapan apakah termasuk Punguan Silau Raja atau keturunan si Raja Borbor.

Sebab terdapat juga keturunan dari Si Raja Borbor yang bermarga Damanik maupun bermarga Gurning, yang tentu akan menjadi Hahadoli atau abang dari Silau Raja.

Tidaklah berfaedah untuk memperdebatkannya, karena itu setiap orang yang harus tahu sendiri orang tuanya dari leluhur mana, bahwa setiap orang itu yang menentukan dianya adalah masuk rumpun marga manakah dan dia bisa membuktikan , untuk itulah dia harus perlu mencarinya.
Jika bertujuan untuk menyerang orang lain atau mengatakan pihak lain salah sementara dianya sendiri tidak bisa dan tidakpun tahu akan dirinya tentulah menjadi kekeliruan yang baru pula.

Sangat tidak tepat bila ada pihak manapun yang menganggap dirinya lebih akurat atau lebih Batak atau lebih baik dari marga Batak lainnya, ataupun secara fanatisme yang buta dalam mengungkapkan asal leluhurnya sebab senyatanya sejarah Batak masih sulit disempurnakan.

Hanya orang – orang yang bijaksana saja yang menghargai sejarah dan lebih bijaksana lagi turut serta menyempurnakan sejarah dan bukan meninggalkan atau membuangnya begitu saja.

Demikian silsilah ini kami perbuat agar dapat berguna bagi generasi berikutnya. Salam dan doa untuk seluruh kebaikan yang telah diperbuat Silau Raja, sang penyabar, sang penyayang yang budiman, parbahul-bahul nabolon tidak melakukan dendam lebih memilih untuk berkarya ditempat lain.

Meninggalkan apa yang sepatutnya menjadi haknya , mencari penggantinya ditempat lain di negeri-negeri orang lain. Karena itu menjadikannya berkat yang sangat luar biasa dari Sang Pencipta.

Untuk Oppu Silau Raja mempunyai Prinsip Hidup yang diwariskan bagi keturunanya serta sangat tepat untuk selalu dijunjung oleh para keturunannya terutama para generasi-generasi muda yang ada saat ini. Prinsip tersebut mengandung nilai-nilai yang sangat tinggi bahkan sesuatu nilai-nilai yang sangat pantas dibanggakan , karena Oppu Silau Raja sejak zaman dahulu dan telah berabad – abad mempunyai pemikiran yang sangat mulia dan pemimpin sejati yaitu sebagai berikut ;

OPPU SILAU RAJA
Raja natar barita anakni si Raja Batak Targoar ala
Raja yang terkenal, anak si Raja Batak karena memiliki sifat ;

OPPU SILAU RAJA
Parjaba-jaba dibibirna , Bijaksana ucapannya
Na so tanggam mida bohi , Tidak surut menghadapi siapapun
Jala na so maila mida rupa , Tidak pilih kasih
Parlak-lak di tolonan na , Tutur katanya sesuai aturan dan masalahnya
Par hatian na so ra monggal , Membela mati-matian suatu keadilan
Par inggala si bola tali , Mengayomi sampai keujung masalah
Sijaga pijulu sijaga pintu jae , Melindungi dari semua aspek
Tarida urat ditambor-tambori , Memperkecil setiap permasalahan
Masuak dakka di sihor-sihori , Yang tertindas ditolong
Malos bulung taruan aek , Tidak pamrih




Dalam kesempatan ini penulis mengajak pula kepada para generasi berikut dari Silau Raja, agar mana perlu untuk selalu mengenang Silau Raja . Untuk itu ada dapat kita kenang dalam nyanyian sebagai berikut :

OPPU SILAU RAJA
Wilm M Pase


NA UJU I DI SIANJUR MULA MULA
ADONG MA SAHALAK ANAK NI RAJA
NAMARGOAR SILAU RAJA

IBANAMA SIAMPUDAN NI RAJA
NA IKKON RUAR SIAN HUTA
ALA PAMBAHENAN NI PARROHA ROHA

TOMBAK NANG RURA DALANANNA
DOLOK NANG TAO BOLUSONNA
MAMBOAN NASA NA LUNGUN DIBAGAS ROHA


Reff :

DITANO BATAK OPAT MA ANAKHONNA
MALAU RAJA MANIK RAJA AMBARITA RAJA
SIAMPUDANNA MAI GURNING RAJA
AKKA NA BURJU MARDONGAN SABUTUHA

ALAI ANGGO OPPUI SILAU RAJA
NDANG SO I BAHENON NI PARJALANGANNA
LUAT IRISANNA MAI SIDAPOT HONONNA
GABE HUTA NANG HARAJAONNA

DISALUHUT DESA NAWALU TOROP DO PINOPPARNA
AKKA NABURJU MANGULA JALAGOK DORBIANNA
SILAU RAJA MAI DIBAHEN GABE TANDA PARSAORANNA
ANAK NI RAJA SIANJUR MULAMULA


Thanks for reading & sharing FACE BATAK

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Label

2016 2017 Adat Adat-istiadat Suku Orang Batak Agama Angkola Artikel Artis Artis Batak Asal-Usul Batak Bahasa bahasa batak Bahasa Batak Toba Batak Batak Clan batak host Batak Pengusaha Batak Simalungun Batak Toba BatakAngkola BatakKaro BatakMandailing BatakPakpak BatakSimalungun BatakToba Batu Gantung Belajar tentang Suku Batak Bella Shofie Beon berita batak Berita Orang Batak berita sumut Blackberry Bom Budaya Cerita Humor Christine Panjaitan Cipto Junaedy Danau Toba Danau Toba untuk Semua doloksanggul Download Lagu lagu Batak 2014 Download Lagu lagu Batak 2017 Dunia Anjing Editorial Elviana Fakta dan Opini tentang Orang Batak dan Suku Batak Film Foto Galeri Gallery Photo Gaya Hidup Generasi Batak Gondang History HORAS TANO BATAK Hosting Humor Batak Hybrid Indonesia Merdeka indonesian Internet Marketing Islam Istilah-istilah Batak Kabar Suku Batak Kabar Terkini Kalender Karo Kekristenan Kelahiran Kematian Khas Batak Kisah Klaim Kumpulan Foto-Foto Batak Kunci Gitar Lagu Batak Lagu Lagu Batak Lagu Batak Terbaru 2012 Lagu Gereja Lagu lagu Batak Lagu Natal Lagu Rohani Lagu Rohani Batak Lawak ala Orang Batak Layanan Lebaran Lebaran Batak legend Lintas Suku Lirik dan Arti Lagu Batak Lirik Lagu Lirik Lagu Barat Lirik lagu batak Mahasiswa USU Malvinas Group Mandailing Marga Marlen Manroe Marsada Band Medan Mitos mobil Musik MYCULTURED Nairasaon Natal News Nirwana Trio Opini Batak orang batak Pakaian Pakpak Panatapan Trio Pariwisata Pendidikan Pengetahuan tentang Suku Batak Penipuan Peristiwa Pernikahan pesta bolon Politik Presiden RI Profil PSBI Simbolon Renungan Retta Sitorus Review RNB SINGERS Rohani Ruhut Rumah Rumah Adat Rumah Batak SAM BOYS TRIO SASTRA Sejarah Seo Blog Seoagency.co.id Serba-Serbi Silalahi Simalungun Simbolon Sinamot sipitu ama Situmorang Situs Suku Batak dan Agama Kristen Sumut Surat Batak takbiran Tanaman Tarian TariAngkola TariKaro TariMandailing TariPakpak TariSimalungun TariToba Tarombo Tarombo Batak Template Blog Tentang tentang batak Tentang Orang Batak Tentang Tanah Batak Test Tigor Gipsy Marpaung Tips Kesehatan Toba Toko Online Tokoh Tortor Tourism Lake Toba Toyota Tradisi Trio Aridos Trio Bersama Trio Elexis Trio Gulamo Trio Lasidos Trio Palapa Tuak Tuhan Yesus Tulisan Aneh Tulisan Menarik Tulisan Unik Ucapan Selamat Ulos Umpama Umpasa Umum Uniknya Batak Video Video klip Batak Widget Blog Wisata X Factor Indonesia